Selir...(Part 3)

706 11 0
                                    

Dalam Ruangan utama kerajaan Maharaja Danendra dan kesepuluh penasehat istana berkumpul mendengarkan laporan Bestari sekembali dari pertemuan dengan Adipati Haditha.

" Sebuah kelompok yang tidak membeda-bedakan kasta dan cinta damai.. mereka saling tolong-memolong dan mengingatkan untuk selalu berbuat kebaikan. Kelompok ini bernama Islam.. masuk melalui kota-kota pelabuhan di seluruh pulau Jawa ini.. salah satunya adalah kota pelabuhan di Kadipaten Kubaro yang di pimpin oleh adipati Haditha...

Mereka tidak menyembah Dewa seperti kita tetapi mereka mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan Alam semesta dan seluruh isinya tanpa harus memberikan sesembahan namun wajib melaksanakan pemujaan yang di sebut Sholat dan dilaksanakannya dalam waktu-waktu tertentu sebanyak lima kali dalam satu hari.

Penyebar agama adalah pedagang-pedagang yang berasal dari negeri timur tengah atau pedagang-pedagang dari negeri kita sendiri yang berniaga ke negeri Syria, Jordania dan negara timur tengah lainnya.. jadi tidak benar mereka menentang perintah Adipati untuk menyerahkan sesembahan kepada Dewa namun mereka telah mempunyai kepercayaan sendiri dan mentaati ketentuan yang berlaku dalam agama mereka salah satunya tidak mempercayai adanya pencipta alam semesta lain selain Tuhan mereka..."

" Lalu bagaimana Adipati Hadita menghadapi sepak terjang kelompok mereka?.." Raja yang dari tadi mendengarkan penjelasan Bestari tiba-tiba bertanya...

" Baik, Gusti... setelah mengadakan pertemuan dengan pemimpin kelompok mereka yang bernama syeih Abdollah yang kebetulan paman saya sendiri, dan mendengarkan visi dan misi mereka, Adipati Haditha menyadari bahwa kecurigaannya selama ini tidak terbukti.

Kadipaten Kubaro adalah kota pelabuhan terbesar di kerajaan ini... Penduduknya yang ramai berdatangan dari berbagai daerah bahkan dari berbagai negeri dan berniaga di sana. Jadi kehadiran bermacam-macam ajaran baru jika tidak mengganggu jalannya roda pemerintahan tidak akan menjadi masalah besar.

Saya sempat berkeliling kota pelabuhan dan menemukan banyak sekali etnis-etnis dari negeri seberang seperti dari Canton, Hindustan dan bangsa timur tengah... mereka hidup rukun saling berdampingan padahal kepercayaan mereka berbeda-beda..."

" Cukup diajeng Bestari... silahkan kembali ke kaputren... saya mengucapkan selamat atas keberhasilan mengemban tugas kerajaan kali ini..."

" Salam hormat Gusti Raja ... saya mohon pamit..."

Sepeninggal Bestari.. Raja dan para penasehat kerajaan terlihat mengadakan pembahasan terhadap masuknya aliran baru di kerajaan mereka.

" Gusti.. saya mohon maaf.. apa yang akan saya sampaikan mungkin ada hubungannya dengan gusti Bestari... menurut penjelasan beliau pemimpin aliran baru itu pamannya sendiri.. mungkin saja ada penilaian berdasarkan hubungan kekerabatan.."

" Oh.. bersabarlah kakang Pramudya.. saya mengenal sekali keluarga diajeng Bestari... keluarga saudagar kaya yang tidak hanya mahir berniaga namun juga pintar dan bijaksana... saya sering bertemu dan berdiskusi dengan beliau sejak Tuanku Raja Danendra berumur enam tahun.. " Paman Samodra seorang penasehat Istana khusus ilmu pengetahuan memberikan penjelasan.

" Kalau begitu keputusan paman gusti Bestari memeluk aliran agama baru tersebut merupakan keputusan yang sudah difikirkan matang-matang.. tidak asal ikut tanpa pertimbangan... bukan begitu kakang Samodra.." Paman Setra penasehat istana khusus bidang Pertanian unjuk bicara.

*****

Dalam kamarnya Bestari berbaring namun tak mampu memejamkan matanya.. berita dari Paman Panji yang mengatakan ayah ibunya telah menjadi seorang muslim sangat mengganggu benaknya.

SelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang