Part 7#

155 6 2
                                    

Faro segera menghabiskan nasinya karena perasaannya sudah ketahuan oleh kedua sahabatnya dan itu membuatnya malu dan salah tingkah.

"Wah wah wah!! si Faro mulai yakin nih kayanya sama Ara!" ucap Rio.

"Ro menurut kita sih lo cepetan napa deketin si Ara. Lo kan ga buluk Ro, terus lo pinter dan anak baik-baik pula. Lagian lo kurang apa coba dimata para cewe?" kata Gio meyakinkan.

"Dia bukan cewe sembarangan Gio. mungkin dapetinnya juga harus pake pengorbanan" Kata Faro sambil sesekali menerawang di sela suapan nasinya.

"Namanya juga cinta Ro pasti butuh perjuangan dan pengorbanan. Tapi selama lo baik-baik aja ke dia kata gue sih oke-oke aja." kata Rio.

"Jangan pesimis gitu dong Ro. Coba dulu, ada aja kan cewe yang kalo udah ditembak ga bisa berkata-kata dan langsung nerima. Gue sih udah nemu" kata Gio sambil tersenyum.

"Gue jadi inget kejadian tadi di kelas" kata Rio bersender ke kursi kantin sambil mengingat kejadian di kelas tadi.

"Gue juga disitu ga bisa bayangin kalo si Ara jawab 'IYA' sekolah ini atau dunia sekalipun bakal kayak apa" kata Rio lagi membayangkan seorang Ara yang cantik dan pintar.

"Lebay lo ah" kata Aro dan langsung pergi membawa mangkok bekas makannya ke arah penjaga kantin. Setelah melihat Ara juga beranjak dari duduknya, Faro sedikit berlari menyusul Ara yang pergi ke kelas mereka.

Sebenarnya gue juga khawatir loh Ra, untung lo ga bilang 'Iya'. Jadi gue masih ada kesempatan. Faro berkata dalam hati sambil mengikuti Ara dari belakang.

Langkah kaki mereka memasuki kelas bersamaan dengan suara bel masuk. Setelah ini kelas 3A akan belajar mata pelajaran IPA. Dan Faro tersenyum setelah melihat Bu Rima yang duduk di kursi guru.

----

"Sebelum belajar ibu akan memberikan beberapa pengumuman" seluruh murid kelas 3A bersiap mendengarkan penjelasan.

"Di kelas 1 kalian disibukkan dengan ekstrakulikuler, di kelas 2 kalian disibukkan dengan organisasi.. dan sesuai pembelajaran di sekolah ini kelas 3 adalah masa untuk meningkatkan kualitas belajar, sebentar lagi kalian akan mengikuti Ujian Nasional dan seluruh perlombaan juga menanti kalian.

Ibu harap kalian bisa berpartisipasi dalam perlombaan apa pun, terutama di mata pelajaran IPA. Siapkan diri kalian dalam meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan. Ibu akan membagi kelompok belajar kalian..." Bu Rima yang menjadi guru wali kelas 3A pun memberi nasehat penting untuk semua muridnya.

"Bu kalau kelompok belajar itu berlaku di semua pelajaran ga?" tanya Lina.

"Tergantung gurunya. Seperti ibu, kelompok belajar yang ibu buat akan berlaku di pelajaran Fisika, Biologi, Kimia.." Bu Rima menjelaskan.

"Waduh bu kelompok belajar matematika saya dengan siapa ya nanti?" tanya Juan sambil menunduk frustasi.

"Tunggu pengumuman dari Bu Siska saja Juan. Minggu depan kalian sudah mendapat daftar kelompoknya. Bersiap lah!"

"Jadi deg-degan gue" ucap Lina lirih.

"Iya baik semuanya kita quiz" ucap Bu rima memecah keheningan.

"APA BU?" tanya Juan lagi.

"BU SAYA BELUM BELAJAR" kata beberapa murid bersamaan.

"Jangan pelit ya kalian, kunjawnya bagi-bagi..."

"Gue sayang kalian, bagi-bagi jawaban oke?"

"Ibu akan menjelaskan teknisnya... setelah Ibu membacakan soalnya, kalian harus langsung menjawab dengan waktu kurang dari 2 menit"

"Ibu ko jahat sih?"

"Ibu ayolah, ibu kan wali kelas kita"

"Tidak ada alasan. Quiz ini menentukan kelompok IPA yang ibu jelaskan tadi. Jangan ada contek mencontek! Kerjakan semampu kalian!"

"Bu belum mulai aja saya ga mampu"

"Ohiya satu lagi, nilai akan di ranking jadi harapan kalian ingin satu kelompok dengan orang pintar di kelas ini ditentukan oleh poin yang kalian dapatkan.. Baik nomor satu..."

Seluruh murid kelas 3A langsung berpikir keras untuk menjawab quiz yang diberikan Bu Rima. Setiap soal yang diberikan Bu Rima adalah soal analisis yang tak jarang harus menggunakan pendapat untuk menjawabnya.

Setiap soal berganti, level kesulitannya juga akan bertambah. Keluhan demi keluhan keluar dari bibir setiap murid. Kalimat saling menyemangati pun saling bersautan ketika jumlah soal tinggal sedikit lagi.

Dan bersamaan bel berbunyi siswa kelas 3A yang dianggap paling pintar itu saling menyusul untuk pulang ke rumah masing-masing. Soal-soal yang diberikan Bu Rima membuat kepala setiap murid ingin pecah.

Ara yang keluar kelas terlebih dahulu diikuti oleh Faro. Semua guru sedang rapat jadi kemungkinan besar Ara akan menunggu ibunya. Langkah Faro semakin cepat saat melihat Ara memasuki perpustakaan. Sudah jam 4 sore perpustakaan SMA Pancasila sebentar lagi akan sepi.

Ara sudah mengambil buku yang menjadi tujuannya dan terduduk di meja dekat jendela. Ia terlihat sangat serius dalam membaca, sampai dia tidak menyadari kehadiran Faro di meja sampingnya.

Setelah 30 menit Faro dan Ara berkutat dengan buku masing-masing, Faro melihat ke arah jendela yang memperlihatkan sebentar lagi akan turun hujan. Faro melihat Ara tertidur di mejanya beranjak untuk menghampirinya. Ia juga melihat buku yang dibaca Ara, dan ternyata buku pelajaran IPA. Faro bertanya-tanya dalam hatinya.

Kenapa harus buku IPA?
Apa dia ingin memperdalam pelajaran ini? Apa jangan-jangan dia kesusahan tadi menjawab soal dari Bu Rima?

Faro terkejut melihat cahaya petir yang terlihat jelas dari jendela. Sampai gemuruh suara petir itu menyusul tepat di telinga Faro dan membangunkan Ara yang sedang tertidur.

Ara terkejut dan bangun dengan memegang dadanya dan sedikit meringis. Ara langsung membuka tasnya dan mengambil kotak obat dari tasnya. Tapi kilatan dan suaranya kembali datang membuat Ara semakin kembali terkejut dan menjatuhkan kotak obatnya.

Ara yang hampir terjatuh karena memungut obatnya langsung di tolong oleh Faro yang sejak tadi ada di meja sampingnya menyaksikan ketakutan Ara. Faro langsung membuka tutup obat di depan wajah Ara yang masih meringis.

"Berapa Ra?" Faro bertanya sedikit berbisik.

"Du--a.." ucap Ara lirih tanpa melihat wajah Aro sambil memegang dadanya dan meringis kesakitan.

Aro yang mendengar itu langsung mengambil tangan Ara dan menaruh 2 butir obat itu ke tangannya. Setelah itu Aro langsung memberikan sebotol air yang dibelinya tadi sebelum ke perpustakaan. Ara pun langsung menyambar dan meminumnya.

Setelah meminum obat, Ara masih terduduk dan memejamkan matanya menahan rasa sakit. Ara pun langsung lemas dan kembali menaruh kepalanya diatas meja. Faro yang melihat Ara seperti itu langsung khawatir. Ia berusaha mendekatkan telinganya ke arah wajah Ara dan mendengar nafasnya yang kembali tenang tertidur.

Faro membereskan kotak obat yang berserakkan dan memasukkannya ke tas Ara. Ia langsung menarik kursi ke meja Ara dan melihat wajah Ara yang tertidur dengan tenang. Setelah itu dia melepas jaket seragam angkatannya dan memakaikannya ke tubuh Ara yang sedang tertidur. Hati Aro sangat sakit ketika melihat Ara kesakitan seperti tadi.

"Ada apa dengan lo Ra? Gue khawatir banget Ra... Dilihat-lihat lo lucu juga kalo tidur... Pipi lo yang tembem makin kaya bapau tau! Jangan sakit lagi ya, gue juga sakit kalo liat lo kaya gini. Udah jam 5 Ra, gue pulang dulu ya nanti sekalian gue kasih tau ibu lo, lo ada di sini" Faro berbisik di telinga Ara yang tidak meresponnya dan langsung pergi keluar perpustakaan untuk mengabarkan kepada Ibunya Ara.

Sengaja Aro meninggalkan tasnya tepat di meja penjaga perpustakaan agar terlihat masih ada orang di dalam dan penjaga tidak mengunci pintunya.

****

Tinggalkan jejak yaa
Vote komen kalian sangat berarti bagi aku 😊

05022017
Edit 01052018

My Curse [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang