Part 3*

147 6 0
                                    


Setiap Hari Minggu Ara dan keluarganya akan berolah raga di sekitar komplek. Mereka jalan beriringan menuju ke lapangan komplek.

Sesampainya di lapangan riuh suara semangat orang-orang mulai terdengar. Suara hitungan dan diiringi gerakan mulai terlihat oleh keluarga Ara. Setiap ketukan dalam gerakan dibarengi sorak-sorai gembira dari setiap warga. Semuanya mengikuti instruktur senam yang gerakannya sangat lincah dan penuh power.

Disisi lain lapangan ada sekelompok orang berkreativitas dengan sepeda miliknya. Sepeda itu seperti melayang di depan keluarga Ara dengan jagonya.

Ada juga sekelompok lansia (lanjut usia) yang terus saling menyemangati untuk kuat dalam berjalan mengelilingi lapangan komplek. Suara kebanggan dari setiap lansia yang melapor tentang pencapaian berapa kali jumlah mengelilingi lapangan komplek dengan berjalan, terdengar dari setiap ujung pertemuan kelompok itu.

Anak-anak kecil pun tak kalah asiknya. Mereka berlari kesana kemari untuk mengambil bola yang ditendang oleh kakak dan ayahnya. Sesekali mereka harus lari bolak-balik untuk mengambil bola yang tergelinding bebasnya ke arah mana pun.

Para bayi yang sedang belajar berjalan pun mengembangkan senyum andalannya. Mereka tertawa senang ketika hendak sampai di pegangan berikutnya. Orang tua mereka terkadang sibuk mengambil foto anak kesayangan mereka itu.

Ayah Ara mulai mencoba fasilitas menginjak batu-batu yang tersedia untuk pengobatan. Ayah Ara melepas sandalnya sebelum berjalan diatas batu itu. Ketika hendak putaran kedua, Ayah Ara mulai mengaduh kesakitan. Menurut warga, jika menginjak batu itu terasa sakit, mengartikan bahwa di dalam dirinya terdapat penyakit. Akhirnya Ibu Ara pun mulai melepaskan sandalnya dan mencoba berjalan diatasnya.

Ara yang tersenyum menyemangati kedua orang tuanya mulai mengeluarkan suara melengking khasnya.

"AYOOO IBU PASTI BISA!!"

"KALAHKAN AYAH BU!!"

"AYOO AYAH JUGA COBA LAGI!!"

"JANGAN PUTUS ASA!!"

Ara yang melihat adanya tempat duduk disamping indahnya bunga-bunga yang tumbuh cantik, langsung duduk dan menaruh barang-barang bawaan keluarganya tepat disampingnya.

Ayah dan Ibu Ara yang kelelahan mulai menghampiri Ara untuk mengambil minum. Ayah Ara terlalu bersemangat hingga membuat baju kaos yang digunakannya basah karena keringat. Ibu Ara mengelap keringat di wajah Ayah Ara dengan romantisnya.

Pedagang, dari yang menjual makanan hingga lem untuk perangkap tikus lengkap berada pula di pinggir lapangan. Suara pedagang yang sibuk mempromosikan barang-barangnya mengusik minat Ara untuk menghampiri mereka. Setelah Ara izin kepada kedua orang tuanya untuk melihat semua dagangan yang di jual, Ara langsung pergi.

Ara melihat sederetan boneka teddy bear berukuran sangat besar tertata dengan lucunya. Ara tersenyum melihatnya lalu membayangkan bagaimana ia setiap hari bisa memeluk boneka yang sangat besar itu. Pasti aku tak akan merasa kesepian. ucap Ara dalam hati.

Tak terasa Ara terpejam dengan masih mengembangkan senyumnya. Ara membayangkan bagaimana rasa nyaman dari boneka itu.

Tiba-tiba ada tubuh seseorang yang menabrak Ara hingga membuat Ara terkejut dan hampir kehilangan keseimbangannya. Ara diam seketika ketika melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang. Bagaimana orang ini bisa ada disini. Batin Ara lagi.

Seseorang dihadapan Ara belum sepenuhnya sadar akan Ara. Dia sibuk menatap ke arah belakangnya mencari siapa yang tadi mendorongnya. Ara yang melihat orang didepannya tidak meminta maaf karena mengganggu imajinasinya mulai kesal. Ara ingin kembali ke arah kursi yang tadi di dudukinya bersama kedua orang tuanya.

My Curse [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang