prolog

25 4 3
                                    

Mereka memandang langit bertabur bintang. Tak ada yang berbicara ataupun beranjak dari sana. Sama-sama sibuk merangkai kata-kata.

"Ka, kata mereka kita tuh nggak jodoh loh" ujar gadis itu pelan, membuat laki-laki di sampingnya terkekeh pelan.

"jika bukan jodoh, maka kita nikmati. Kita sama-sama jatuh dalam dosa karena mencoba jodoh orang lain bukan? Jika kamu sumber dosa ku, aku tak akan menyesalinya" gadis itu memukul bahu laki-laki di samping nya dengan cukup keras.

"hei!! Aku bahkan tak pernah menyentuh kulit mu jadi aku tak berdosa! Yang berdosa itu kau anak bodoh! Setiap hari selalu memukulku!!" protes laki-laki itu dan dibalas dengan tatapan sengit dari gadis di sebelahnya.

"Dika bodoh!! Jika kamu bukan jodohku maka aku dan kamu harusnya meminta dan terus berdoa agar Tuhan mau untuk membuat kita bersatu. Dan jika aku memukulmu itu memang salahmu, aku hanya membalasnya."

" jika kita tak bersatu di dunia maka kita akan bersatu di surga. Dan aah kau memang kejam setiap hari selalu memukulku, apa itu menyenangkan? Dasar titisan mak lampir"

"ya! Memukulmu itu sangat menyenangkan, rasanya seperti candu bagi tanganku. Dan jika aku mak lampir, kamu itu titisan grandong" sahut gadis di samping nya santai tanpa memperdulikan reaksi Dika.

"Di..." gadis itu tetap diam

"Diandra oi!" panggil Dika lagi. Gadis itu berdecak kesal.

"Kanapa ya setiap aku ada masalah kamu selalu ada di sana. Serapi apapun aku menyembunyikannya kamu selalu menemukannya. Begitu pula dirimu, aku selalu datang saat kamu sedih dan menangkap mu sejauh apapun kamu berlari, lucu ya?" Diandra mengangkat bahunya acuh mendengar pertanyaan Dika.

"udah deh ya, apapun yang terjadi nanti kita tetep harus saling menguatkan ok?" jawab Diandra sambil menyambar jagung bakar di hadapannya lalu berjalan turun.

"Di kemana?"

"pulang" Dika menyeringit heran mendengar jawaban Diandra.

"sama siapa?"

"ya sendi- ah iya, tadi berangkat sama kamu" Diandra memutar badannya lalu tersenyum lebar baru menyadari sifat pelupanya.

"ya udah, pulang sekarang Ka!" teriak Diandra dan melanjutkan langkahnya ke beberapa deretan warung kaki lima tanpa melepaskan gigitan jagungnya. Dika menggelengkan kepala atas sifat pikun Diandra, mungkin karena terlalu banyak makan pantat ayam hingga membuatnya seperti ini? Wait, apa hubungannya? Terserah ah.

"Diandra tunggu"

"lama ah!"

"Di! Katanya pulang?" teriak Dika saat melihat Diandra malah berbelok ke salah satu ruko penjual nasi goreng.

"makan dulu!!" teriak Diandra tak kalah keras. Dika kembali menggeleng tak percaya dengan tingkah ajaib Diandra.

Like A Old SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang