"Emang dasarnya lo itu laki-laki bejat yang nggak tau diri! Gara-gara lo, orang yang paling gue sayang pergi!" Lana sangat murka dan sedih mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu saat orang yang sangat ia sayangi pergi karena seseorang yang menurutnya tidak pantas untuk hidup.
"Sorry, emang dasarnya orang yang lo bilang yang paling lo sayangi itu bodoh. Jadi, lo nggak usah menyalahkan orang yang nggak salah. Udah lah, gue capek ngomong sama lo yang nggak ada capeknya bahas masalah ini terus." Rivan dengan rasa amarahnya yang sudah ia tahan, mulai beranjak pergi meninggalkan Lana yang murka dengan apa yang barusan Rivan katakan kepadanya.
"Dasar laki-laki bajingan!"
"Terserah." Ucap Rivan dengan tenangnya sambil melangkahkan kakinya.
"You better kill yourself or I will kill you myself!" Teriak Lana yang mulai mengepalkan kedua tangannya yang sedari tadi sebenarnya sudah siap untuk meninju wajah laki-laki itu.
Rivan yang mendengarnya hanya memberikan ibu jarinya pada wanita itu dan pergi menjauh sambil menyembunyikan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
Teen Fiction"The best feeling is when you look at him and he is already staring." -Kaylana "There isn't one person in this world that I want more than I want you." -Rivan