'Kriiingg...kriiingg'
Ya, bunyi penganggu yang mungkin dibenci oleh semua orang di muka bumi ini saat pagi hari. Lana meraih iPhone nya di nakas samping tempat tidur queen size nya. Lana sempat terbelalak saat melihat jam yang ada di layarnya menunjukan waktu pukul 06.50 pagi yang tandanya 10 menit lagi adalah waktu bel masuk berbunyi.
"Aduh! Mampus gue! Ini kan telat gue yang ketiga kalinya! Pasti dipulangin nih gue." Sekolah Lana memang mempunyai aturan yang cukup aneh, setiap murid di sekolah hanya diberi tiga kali kesempatan untuk bisa telat, tapi jika sudah melewati itu pasti harus dipulangkan dan tidak ada toleransi lagi.
Aku langsung bergegas menuju kamar mandiku untuk mandi dan berganti seragam sekolahku. Setelah itu, aku langsung menuju meja riasku untuk memberi sedikit riasan di wajahku dan meng-curly rambutku. Walaupun sudah telat, aku tetap mementingkan penampilanku, padahal orang-orang bilang kalau wajahku sudah mempunyai kecantikan yang alami tanpa harus diriasi oleh berbagai produk kecantikan yang ada.
Setelah selesai, aku langsung menyambar shoulder bag hitamku dan memasukan handphone, charger-powerbank, pouch make-up, binder, dan curling iron ku yang memang itu semua bukanlah alat-alat yang dipakai untuk sekolah. Buku-bukuku tidak pernah kubawa ke rumah karena memang aku jarang sekali belajar. Aku belajar jika memang benar-benar ada ujian di keesokan harinya. Aku langsung keluar kamar dan menyusuri anak tangga menuju meja makan dan mengambil sehelai roti bakar yang sudah disiapkan oleh Bi Imah.
"Bi, kok sepi? Pada kemana?" Tanyaku pada Bi Imah yang sedang membereskan meja makan.
"Tuan sama nyonya tadi subuh udah pergi ke bandara, katanya ada acara penting gitu deh di Sing..Sing.. opo kuwi mboh ora mudeng aku Dek. Kayaknya Singaparna deh Dek, lah wong Bibi juga bingung kok ke Singaparna pake naik pesawat segala. Terus kalo si Kakak barusan aja berangkat ke tempat temennya, katanya dia nggak mau nganterin dedek." Jawab Bi Imah panjang lebar dengan logat Bahasa Jawanya.
"Singapore kali Bi bukan Singaparna. Loh kok si Abang ngeselin sih Bi? Yaudah deh aku dianter Pak Yanto aja."
"Walah piye toh kok lupa, kan Pak Yanto lagi sakit dari kemaren. Pak Agus juga kan lagi nganterin Tuan sama Nyonya ke bandara belum balik."
"Ah ribet deh kalo gini. Malah mobilku masih di bengkel lagi! Yaudah, aku naik gojek aja deh." Aku langsung memesan gojek dan berdoa agar mendapatkan driver dengan cepat, apalagi pagi hari adalah hari yang hectic. Untungnya, keberuntungan sedang berpihak padaku dan aku langsung mendapatkan gojek tanpa harus menunggu lama.
"Udah dapet Dek?" Tanya Bi Imah yang dibalas olehku dengan anggukan. Aku langsung berlari mendekati Bi Imah dan mengecup pipi wanita paruh baya itu. Bi Imah adalah salah satu pelayan di rumahku yang sudah bekerja dengan keluargaku sebelum aku dan abangku lahir dan dia adalah orang yang jujur dan sangat ku sayangi.
Aku langsung menuju halaman rumah dan melambai pada Pak Ucup, satpam rumahku yang tadi membukakan pagar rumah.
-
Jam sudah menunjukan pukul 7.30 saat aku menapakkan kakiku di lobby sekolah. Aku berpikir sejenak untuk memikirkan rencana agar bisa masuk ke kelas tanpa sepengetahuan guru piket yang sedang berjaga. Akhirnya, aku mengendap-mengendap masuk melewati pintu samping dan berlari sambil memperhatikan sekeliling meja piket yang sudah dipenuhi oleh murid-murid yang terlambat. Keberuntungan kedua hari ini.
Namun, tiba-tiba terdengar suara wanita yang Lana yakin jika ada orang yang mendengarnya, akan menutup telinganya rapat-rapat. Sialnya, kali ini yang mendengarnya adalah dirinya sendiri.
"Kaylana! Berhenti disitu atau kamu akan tahu konsekuensinya!" Teriak Bu Susan dari balik meja piket.
"Duh! Ibu tau kan kalo suara Ibu itu merdunya ngalahin suara gonggongan anjing tetangga saya?!" Jawab Lana dengan suara lantang dibarengi pelototan Bu Susan dan murid-murid yang ada di depan meja piket.
"Gila berani banget..." Suara bisikan murid-murid.
"KAMU IKUT SAYA SEKARANG!!" Tunjuk Bu Susan pada Lana dibarengi suara merdunya.
Mau tak mau, Lana pun mengikuti Bu Susan yang ia yakini menuju Ruang BK. Ini udah masuk BK yang keberapa ya di bulan ini? Pikir Lana acuh tak acuh.
Diantara murid-murid yang telat, Lana tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan kejadian barusan dengan senyum kecilnya.
"Hiburan yang unik."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
Teen Fiction"The best feeling is when you look at him and he is already staring." -Kaylana "There isn't one person in this world that I want more than I want you." -Rivan