Suara penyanyi dangdut yang sedang naik daun itu mengalun dari speaker kamar Lana.
"Sayang...opo kowe krungu jerite atiku mengharap engkau kembali..." Lana ikut mengalunkan lagu dangdut berjudul Sayang yang dinyanyikan Via Vallen itu sambil menggoyangkan badannya.
"STOP LAN!! Sumpah selera musik lo makin hari kenapa makin bobrok sih?" Seru Zara sambil berusaha mematikan speaker itu yang langsung dihalang oleh Lana. Setelah mereka berjalan-jalan tadi, mereka memutuskan untuk bermain di rumah Lana sebelum pulang ke rumah masing-masing. Lagipula, waktu masih menunjukkan pukul 20.00 malam.
"Ye bacot dah lo. Ini lagu kane banget tau. Pak Yanto, Pak Agus, sama Pak Ucup sering dengerin ini juga jadinya kebawa deh gue."
"Kaya tau artinya aja lo, Lan." Kali ini Hanna yang bersuara.
"Tau lah! Kan ada Bi Imah yang ngasih tau. Pokoknya artinya kaya cewek nya ditinggalin cowoknya gitu deh." Jelas Lana.
"Hahaha, mirip sama cerita lo ya Lan. Cuma kalo cerita lo, lo nya yang ninggalin. Eh, atau dia nya yang ninggalin? Kok gue jadi lupa ya sama cerita lo." Mulutnya Hanna memang suka kurang dikontrol.
Lana mendadak jadi diam setelah mendengar omongan Hanna. Duh, si Hanna minta di tinju deh, jadi keinget lagi kan. Batin Lana.
"Han, ngerusak suasana aja deh lo bisanya. Mulut lo kenapa jadi ketularan si Lana sih." Alicia menegur Hanna sambil berjalan dari walk-in-closet yang dibalas Hanna dengan kekehannya.
"Udahan deh! Santai aja, lagian gue nggak kenapa-kenapa kok." Bohong lagi. Batin Lana.
Zara yang melihat ada kebohongan di mata Lana, langsung memeluknya. Kasihan sahabatnya ini yang harus menahan sakitnya dibohongi dan dikhianati.
"Udah hampir 1 setengah tahun loh, Lan. Lupain dong." Ucap Zara.
"Nggak tau deh gue, Zar. Udah ah, jadi menye gini deh. Mending besok kita kerja." Usul Lana.
"Mantap!! Ci, buka listnya di buku kita dong. Ada di elo kan?" Tanya Hanna.
"Iye. Bentar gue ambil di tas dulu." Jawab Cia.
"Besok jadwalnya si Puput." Seru Cia sambil membolak-balikkan kertas di buku itu.
"Buset, siapa tuh?" Tanya Zara.
"Informasi dari si Uyun sih dia kelas 11 IPA 4 yang kalo makan di kantin, kerjaannya selalu ngutang dan berakhir dengan pedagang kantin yang ngeikhlasin karena nggak pernah dibayar dan malah ngutang lagi." Jawab Cia sambil membolak-balikan kertas di buku itu. Uyun adalah orang kepercayaan Lana dan kawan-kawannya dalam mencari informasi untuk memberantas kuman-kuman kecil.
"Baru jadi aud aja udah belagu. Nggak modal pula. Lagian kenapa tukang kantin pada mau sih?" Tanya Lana.
"Gue juga sempet denger sih. Katanya, dia ngerayu semua tukang kantin pake embel-embel dia salah satu anak dari donatur terbesar di sekolah." Ucap Hanna.
"Bangsat! Besaran mana sama nyokap gue?!" Tanya Lana yang langsung ditanggapi dengan tawa dari sahabat-sahabatnya.
"Kuy nggak?" Tanya Cia sambil menutup buku itu.
"Kuy!" Sorak tiga sahabatnya dan langsung melanjutkan aktivitas masing-masing.
Berbeda dengan yang lainnya, Lana sudah tidak menikmati lagu dangdutnya. Lana berjalan menuju balkon dan duduk di kursi sambil membuka gallery photo di handphonenya. Membuka foto-foto yang seharusnya ia hapus. Bikin memory handphone penuh aja. Batin Lana sambil mengunci handphonenya sebelum sahabat-sahabatnya memergokinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
Teen Fiction"The best feeling is when you look at him and he is already staring." -Kaylana "There isn't one person in this world that I want more than I want you." -Rivan