EMPAT // BERTEMU DI TAMAN BELAKANG

9 0 0
                                    

"Hai, Put!" sapa Lana dan kawan-kawannya di kantin saat jam istirahat. Puput yang disapa kaget bukan main karena dia tahu, Lana dan kawan-kawannya merupakan si pembuat onar dan mereka juga tidak akan sudi menyapa orang-orang yang mereka tidak kenal. Kecuali, orang yang mereka sapa itu akan mempunyai urusan dengan mereka.

"Ehh? Hai! Mau duduk di sini ya? Gue pindah ya." jawab Puput gelagapan. Lana dan kawan-kawannya hanya cekikikan melihat ekspresi Puput.

"Ohh engga kok, Put. Santai aja, kita cuma mau nyapa lo kok." jawab Lana sambil menepok punggung Puput. Sayang sekali, Puput tidak menyadari maksud Lana yang menepok punggungnya itu. Lana menempelkan kertas yang berisi tulisan,

GUE TUKANG NGUTANG
-Puput, Anak Donatur Terbesar-

"Duluan ya, Put." kali ini Zara yang berbicara. Mereka berempat akhirnya pergi mencari meja lain untuk mereka tempati.

Belum ada 2 menit, orang-orang seisi kantin mulai berbisik-berbisik melihat tulisan yang menempel di punggung Puput. Ada juga yang langsung frontal dengan meneriakinya. Puput yang bingung, langsung memutar kepalanya menatap seisi kantin yang tertuju pada dirinya.

"Bayar dulu kali utang lo."

"Donatur terbesar? Kok nggak bisa bayar utang?"

"Kasian amat tukang kantin diutangin mulu."

"Sini, gue bayarin dah. Anggep aja buat amal."

Lana dan kawan-kawannya pun ikut tertawa. Hanna mulai memanggil tukang kantin yang pernah dihutangi oleh Puput dan sampai sekarang belum di bayar. Sekitar 10 penjual makanan di kantin berkumpul di depan Puput untuk menagih hutangnya. Seisi kantin langsung rusuh dan tertawa. Puput yang melihatnya, langsung lari menjauh sambil meninggalkan beberapa lembar rupiah berwarna biru.

"WOY!! MASIH KURANG!!" teriak salah satu anak yang langsung dibarengi oleh suara tawa seisi kantin.

-

Setelah kejadian itu, Lana pamit pergi ke toilet pada teman-temannya. Bukan Lana namanya kalau tidak bisa berbohong, ia malah melangkahkan kakinya menuju taman belakang. Lana duduk di bawah pohon beringin yang rindang sambil memasang earphone dan mulai menyalakan musik. Sebenarnya, Lana ini bukan gadis yang suka menyendiri mendengarkan musik dan menatap langit seperti tokoh-tokoh gadis yang ada di drama atau novel. Namun sejak kejadian itu, ia lebih suka menyendiri dan menutupi kesedihannya pada teman-temannya.

Disaat sedang asyik-asyiknya mendengarkan musik sambil memejamkan mata, tubuh tinggi dan kokoh dengan wangi tubuh khasnya menghampirinya. Lana langsung membuka mata dan tidak kaget melihat siapa orang yang ada di sampingnya saat ini.

"Mau apa?" tanya Lana dengan suaranya yang tiba-tiba jadi serak.

"Mau kamu." jawab Rivan sambil menautkan jarinya dengan jari Lana. Mata mereka saling menatap dengan kerinduan yang amat dalam.

Lana langsung melepas pautan jari mereka dan mulai berdiri. Ada apa dengan otaknya? Bukannya langsung pergi malah sempat-sempatnya bertanya kemauan laki-laki itu.

"Kay-"

"Don't." Lana mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat itu.

"Mau sampe kapan kamu menghindar dari aku, Kay?" Tanya Rivan dengan suara seraknya.

"Selamanya." Jawab Lana yang mulai menjauh dengan suara lirihnya.

"I miss you." Bisik Rivan dengan genangan air mata yang mulai menutupi matanya dan Lana tidak mendengar bisikkan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang