Dikhitbah?

99.4K 3.4K 41
                                    

"APAAA?! KENAPA ABI SAMA UMI MALAH IYAIN AJASIH. KAN ALIFA BELUM SETUJU. BELUM LIHAT WAJAHNYA JUGA, BELUM LIHAT PEKERJAANNYA, KE-SHALEHANNYA DAN BELUM LIAT SELUK BELUK KELUARGANYA. BISA AJAKAN DIA HANYA PENCITRAAN DIDEPAN ABI SAMA UMI!!!"teriakku syok saat mengetahui seorang lelaki telah mengkhitbahku melalui perantara abi dan umi tanpa sepengetahuanku.

"Tenang dulu dek, tenang"ucap mas azzam yang berusaha menenangkanku.

"Alifa cuma gak habis fikir sama abi dan umi. Alifa itukan belum jatuhin keputusan"ujarku melemah, aku langsung terduduk dikursi makan menepis air mataku yang sudah jatuh keluar.

"Abi tau kamu pasti syok dan gak terima. Tapi dia lelaki baik-baik dan abi jamin dia bisa membuat kamu bahagia di-syurga dan dunia alifa dan kamu gak boleh su'udzon gitu ah. Dosa"abi mengelus pucuk kepalaku. Aku hanya menunduk tidak berniat menjawab ucapannya. Baru kali ini aku menentang omongannya dan bicara keras dan tidak sopan pada kedua orangtuaku.

"Abi dan umi juga gak akan ngambil keputusan sebesar ini kalau lelaki itu gak yang terbaik untuk kamu dek"seru kak khanza, dia adalah kakak iparku. Dia dan mas azzam baru menikah sekitar tigabulan lalu.

"Bener kata kak khanza. Mas azzam juga pasti pikir-pikir jugalah kalau mau nikahin kamu. Secara mas azzam juga udah ketemu calon kamu, dan dia gak bakal ngecewain kamu deh dek"timpal mas azzam dengan senyuman manisnya. Aku hanya menghela nafas melirik kearah umi yang ikut menangis. Sedaritadi ia tak ada berbicara sedikitpun. Antara sakit hati karena perkataanku atau ia memilih diam membiarkan aku tenang dulu. 

"Terserah!!! Alifa mau keluar dulu cari angin"finalku males. Aku langsung meninggalkan abi, umi, kak khanza dan mas azzam tanpa salam. Tidak biasanya aku seperti ini, tapi aku tidak menyangka mereka akan melakukan ini padaku. Ini tidak adil, aku tau banyak perjodohan yang akhirnya membahagiakan. Tapi dizaman sekarang aku selalu berfikir apa ada lelaki yang sesuai dengan kriteriaku? MUSTAHIL.

Aku menginginkan lelaki penghafal Al-Qur'an yang mempunyai suara merdu yang bisa menenangkan jiwaku saat aku sedang bersedih, aku menginginkan lelaki yang mempunyai sifat seperti Rasullullah. Penyayang, tak pernah marah, pemaaf, lemah lembut, sabar, tegas dan dia sempurna. Aku tau tidak ada seorangpun manusia yang sempurna, tapi setidaknya aku menginginkan seseorang yang mempunyai kepribadian seperti Rasulullah.

"Abi dan umi jahat!"ringisku menepis air mata yang kembali membasahi kedua pipiku. Aku berjalan tak tentu arah, jam menunjukkan pukul 16.26. Angin bertiup sepoi-sepoi menerbang-nerbangkan jilbabku yang panjang menutupi dada. Tak ada pilihan lain, kakiku melangkah menuju masjid diujung jalan yang kebetulan tidak jauh dari rumahku. 

"Kak alifa?"pekik seorang gadis berusia sekitar 17tahun. Ia tersenyum dan langsung menghampiriku. "Kok melamun aja kak?"tanyanya menatapku intens. Aku hanya menggeleng pelan.

"Hm, kamu mau kemana Syah?"tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Kemasjid kak, kalau kakak?"

"Sama syah. Bareng aja yuk"ajakku tersenyum kearahnya. Ia mengangguk. Sesekali ia bercerita tentang sekolahnya dan aku tertawa karena mendengar ceritanya. Tentang teman-temannya, gurunya. Ah aisyah, kamu mengingatkanku pada sekolah. Aku jadi merindukan sekolah.

"Tumben banget kak alifa kemasjid jam segini? Biasanya juga baru pulang kerjakan?"

"Libur syah, soalnya gak ada jadwal masuk kelas hari ini"jawabku tersenyum. Syukurlah ada aisyah, yaaa hitung-hitung ia sedikit mengurangi rasa sedihku.

"Hm kak, aisyah boleh nanya gak nih?"ia melihat kearahku ragu-ragu. Aku hanya mengangguk.

"Tanya aja"

"Mata kak alifa kenapa bengkak sama sembab gitu? Kak alifa habis nangis?"

Aku terdiam beberapa saat, lalu melirik kearah aisyah yang masih setia menanti jawabanku. Aku hanya menggeleng. "Enggak kok"

HALALKANMU (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang