Setuju dan ikhlas

47.2K 2.9K 34
                                    

"Alifa"panggil abi tiba-tiba mengagetkanku dari belakang. Aku langsung menoleh kearahnya.

"Loh abi? Kok belum berangkat pengajian?"tanyaku menaikkan sebelah alis. Biasanya sebelum jam tengah sepuluh abi udah nyosor aja kemasjid. Katanya lebih cepat lebih baik, tapi ini kok malah lama banget?.

"Libur dulu deh hari ini"jawab abi seadanya dan langsung duduk disofa sebelahku.

"Tumben abi libur. Biasanya gak mau ketinggalan"

"Ada yang mau abi bicarain sama kamu"ucap abi tersenyum. Aku hanya mengangguk. Aku sudah tau arah tujuan abi. Pasti soal lelaki yang telah mengkhitbahku itu?.

"Alifa tau kok, abi mau bahas yang tadikan?"tanyaku to the point. Dan langsung mematikan tv biar lebih serius.

"Iya faaa. Abi minta maaf kalau sebelumnya abi nerima dia tanpa persetujuan kamu. Karena abi juga tidak bisa menunggu untuk mengatakan iya faaa. Abi sudah jatuh hati padanya"ucap abi dramatis membuatku sedikit terkekeh. Jatuh hati. Lah kenapa gak abi aja yang dikhitbah yaaa? HAHA Astagfirullah!.

"Emang apasih kelebihannya bi? Sampai-sampai tanpa persetujuan alifa abi malah iyain aja?"tanyaku membuat abi mengelus pucuk kepalaku sambil tertawa.

"Jangan melihat seseorang hanya dari kelebihannya faaa"

"Hm maaf bi. Habisnya alifa itu gak nyangka aja bi. Banyak jugakan yang mau khitbah alifa. Dan menurut alifa baik, tapi abi malah nolak. Lah ini? Alifa belum kasih persetujuan malah udah diterima aja"

"Percaya dengan pilihan abi,umi dan mas azzam. Dia lelaki yang pantas untuk menjadi imammu faaa. Bahkan abi bisa melepaskanmu dengan tenang jika kamu menjadi istrinya faaa. Abi percaya padanya jika ia bisa membimbingmu"

Spontan aku menangis mendengar perkataan abi. Ntah kenapa aku merasa telah menyakiti perasaan abi dan umi termasuk mas azzam yang sudah mengurusiku hingga kini. Dan mereka bahkan memberikan aku imam yang baik demi kebahagiaanku. Lantas dengan sebab apa aku menolaknya? Mungkin ini takdirku. Dia jodohku, walaupun sebenarnya aku belum siap, aku masih menantikan lelaki itu. Lelaki yang sampai sekarang belum bisa aku lupakan.

"Maafin alifa bi. Alifa yang salah"isakku menangis kuat dan langsung memeluk abi. Abi mencium pucuk kepalaku, aku melirik kearahnya. Ia juga ikut menangis. Aku menepis air mata abi. Abi jarang sekali menangis karena abi bilang menangis hanya membuat kita lemah. Dan kini aku bisa melihat sosok abi yang lemah. Lemah karena anak yang tidak tau diri sepertiku.

"Abi sayang alifa, abi menyayangi alifa lebih dari hidup abi nak. Abi menyayangimu karena Allah. Kamu titipan terbaik yang Allah berikan pada abi dan umi setelah azzam"lirih abi membuatku semakin menangis. Aku semakin terisak dalam pelukan abi. Tak henti-hentinya kukecup punggung tangan abi.

"Bissmillah, alifa ridho bi, alifa ikhlas, alifa setuju. Alifa serahkan semuanya kepada Allah. Dan alifa menerima khitbah lelaki itu bi. Alifa menerimanya karena Allah"ucapku disela-sela isak tangis. Ini jalanku, ini takdirku, dan ini yang terbaik untukku. Allah telah mengirimkanku seorang lelaki melalui perantara abi dan umi. Aku siap, aku siap menjadi makmum nya. Aku siap melayaninya sebagaimana umi melayani abi, sebagaimana kak khanza melayani mas azzam. InsyaAllah aku ikhlas. Aku ikhlas.

"KAMU SERIUS DEK?"tanya mas azzam dan kak khanza bersamaan yang ntah sejak kapan berdiri dibelakang abi. Aku menghapus air mataku tersenyum menatap mereka dan mengangguk dengan yakin.

"InsyaAllah alifa yakin dengan keputusan alifa"jawabku tegas membuat mas azzam spontan memelukmu erat dan mencium keningku.

"Mas azzam percaya dan yakin seratus persen bahwa keikhlasan dan keridhoan kamu tidak akan mengecewakan"ucap mas azzam yang ikutan menangis. Aku sudah sering melihat mas azzam menangis tapi kali ini, ia menangis karena ikut merasakan kebahagiaanku. Aku turut senang mas azzam.

HALALKANMU (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang