four💚

37 6 0
                                    

Tangannya gemetar ketika meraih handle pintu kaca. Sempat melihat pantulan dirinya di kaca tadi, tidak sepenuhnya buruk. Rambut warna mahogany-nya masih rapi, tergerai melapisi punggungnya yang tak mau tegak semenjak tadi. Hanya sedikit riasan saja di wajahnya yang luntur akibat air mata, dan dengan punggung tangan ia mengusap bekas air mata yang mengering di sana. Kedua sudut bibirnya terangkat naik, maksud ingin tersenyum dan terlihat setulus yang dibisanya, namun ternyata gagal. Bibirnya enggan untuk berkompromi lagi sekarang.

Hawa hangat langsung menyergapanya ketika Krysan sepenuhnya masuk ke dalam kafe itu, berbeda dengan udara dingin akhir musim gugur yang seakan menusuk tulangnya. Kali ini ia menghela napasnya dan menghitung sampai hatinya merasa siap dan melangkah ke arah dua insan yang masih saling menggenggam.

Krysan berdiri di antara mereka dengan kikuk. Tak sepantasnya dia kikuk seperti ini, seharusnya wanita cantik inilah yang merasakan rasa gugup saat melihatnya. Namun kenyatannya, tidak sama sekali. Sang wanita cantik tersenyum sinis, semakin mengeratkan genggaman tangannya pada lelaki itu. Sementara sang lelaki merasa tak terganggu sama sekali.

Jantung Krysan seakan tercabut paksa dari tempatnya demi melihat reaksi dari kedua orang di hadapannya. Tak ada raut menyesal di wajah mereka. Tak ada yang memanggilnya, tak ada yang menyuruhnya duduk, tak ada yang memedulikannya. Air mata kembali turun di pipi Krysan. Dengan kedua matanya yang memburam akibat air mata, ia dapat melihat sang lelaki berkata yang segera ia mengerti dari gerak bibirnya. Akhirnya kamu mengetahuinya juga.

summer in heavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang