Nayla duduk termenung sambil mendengar lagu dari kedua earphonennya, dan tatapannya nanar ke depan jalan. Tak biasanya nayla seperti ini, biasanya nayla langsung nyerocos pada varo perihal sekolahnya tadi.
“lo kenapa nay?” tanya varo pada nayla yang sekarang sedang diam menatap jalan raya dengan tatapan kosong.
“Gak.” Nayla menjawab tanpa menatap kakaknya, takut kakaknya akan tahu masalahnya. Karena varo selalu tahu apa yang terjadi dengan nayla hanya dengan melihat sikap nayla.
“tadi di ruang bk ada apa sih, kok banyak banget anak anak pada ngerumunin tu ruangan. Jangan jangan ini ada hubungannya sama lo ya nay?” tepat sekali, varo memang selalu tau. Sepertinya varo punya indera ke 6.
“mana gue tau.” Lagi lagi nayla menjawab dengan acuh.
“yauda sih santai.” Balas varo sambil menatap ke depan jalan. Sepertinya nayla, adiknya ini memiliki kepribadian ganda, kadang nayla bisa nyerocos sepanjangan tanpa berhenti dan kadang bisa diam sepanjangan seperti orang bisu.
Mobil jeep merah itu sekarang sedang berlomba kecepatan dengan gedung gedung pencakar langit dan pohon pohon yang menjulang tinggi. Dan benar saja pemenangnya adalah si mobil jeep merah yang telah sampai di garis finish di perumahan elite di kawasan pondok indah.
Tanpa babibu nayla membuka pintu mobil dan turun dari sana, ia bahkan meninggalkan kak varo yang belum sempat mengucapkan sesuatu padanya. Nayla masuk ke rumah dengan langkah lunglai. Nayla tidak menginginkan ini dari rian, dia sudah menganggap rian sebagai teman saat pertama kali mereka bertemu di kelas 11 ini.
Kak varo pun masuk ke rumah, dilihatnya nayla sudah sampai di kamarnya di lantai 2.
“adekmu kenapa varo?” tanya mama heran melihat nayla dengan wajah lesu, tak biasanya nayla seperti ini, biasanya nayla selalu pulang dengan keributan dan segenap celotehannya mulai dari masalah sekolah sampe masalah yang tak penting sekalipun.
“tau tuh ma, sejak di mobil si adek udah kayak gitu kelakuannya. Varo tanya tapi nay bilang dia gak papa.” Sahut varo yang sekarang sedang pergi menuju kamarnya yang berada di sebelah kamar nayla.
“kakak beradik sama saja.” ucap mama dalam hati, mama sedang menyiapkan makan siang di dapur.
Di dalam kamar, nayla langsung meletakkan tasnya di sembarang tempat, merebahkan tubuhnya di kasur bermotif winnie the pooh itu. dia memutuskan untuk tidur sejenak melepas penat karena berbagai macam hal tak terduga yang terjadi di sekolah tadi. Dia mengambil hpnya dan sengaja menonaktifkan pemberitahuannya. Dia benar benar sedang tidak ingin di ganggu saat ini.
Nayla turun ke bawah, dengan pakaian sekolah yang belum digantinya sejak pulang tadi. Sekarang moodnya sudah berubah jadi lebih baik.
“mama sayang kita makan apa hari ini? Nay laper nih. cacing cacing di perut nayla udah pada ngamuk ma ” rengek nayla pada mamanya sambil memeluk tubuh mamanya dari belakang.
“mama udah masak sayur sop sama ikan gurame asam manis sayang, itu kesukaan kamu kan” Jawab mama sambil mengelus puncak kepala nayla sebentar.
Alvaro turun dari kamarnya bersiap untuk pergi ke sekolah untuk eskul basketnya, karena minggu depan akan ada pertandingan persahabatan antara tim mereka dan tim SMA ARNALA. Alvaro melirik nayla sebentar, dia hanya menggeleng gelengkan kepala melihat sikap adiknya itu, nayla kadang manja seperti anak kecil dan kadang galak seperti singa betina.
“mama varo laper.” Sahut varo sambil duduk manis di kursi makan.
“ia sayang tunggu ya.” Jawab mama, sambil menaruh makanan makanan itu ke meja makan.
“manja banget sih lo kak, ambil sendiri tau.” Cibir nayla yang tak suka melihat sifat manja kakaknya.
“suka suka gue lah, bawel lo.” Sinis varo pada nayla yang sekarang sedang membantu mama menaruh makanan.
Nayla hanya membalas ucapan kak varo dengan lidah yang menjulur ke depan.
“mau kemana sayang?” tanya mama pada kak varo. Padahal bila dilihat dari seragam basket yang kak varo pake sudah bisa ditebak kalo kak varo akan eksul basket di sekolah. Dasar mama yang tak mengerti atau tak melihat seragam kak varo, entahlah.
“mau main basket ma, tim varo nanti mau tanding soalnya.” Jelas kak varo yang sekarang sedang menyendoki makanan ke piringnya.
“lo ganti baju dulu kali dek, jorok banget sih.” Cerocos kak varo.
“ia nih nay sayang ganti baju dulu gih, baru makan.” Pinta mama yang baru sadar kalo anaknya sejak tadi masih mengenakan seragam sekolah.
Nayla hanya menggaruk garuk kepalanya, heran. nayla lupa kalo sekarang dia masih mengenakan seragam sekolahnya. Lalu nayla pergi ke kamarnya tanpa menjawab ucapan mama dan kak varo. Mungkin sekarang nayla malu.
Mama hanya bisa menggeleng –gelengkan kepalanya, dan sesekali tertawa melihat tingkah kedua anaknya yang kadang diluar batas kewajaran.
Sekarang varo, nayla dan mama sedang makan siang bersama, varo yang sudah menghabiskan makanan di piringnya duluan berpamitan pada mama untuk pergi eskul basket.
Varo melajukan mobil jeep merahnya dengan cepat, gedung gedung bahkan barisan pohon pun tak dapat mengejar mobil varo.
Varo sampai di sekolahnya, dan langsung menuju ke lapangan basket sekolahnya, disana teman teman tim basket varo terlihat sedang menunggu sang ketua tim basket yang tak lain dan tak bukan adalah alvaro.
Alvaro berjalan ke arah mereka dengan santai, wajah dingin dan datar alvaro sudah biasa bagi teman temannya, bahkan kalo alvaro tidak bersikap seperti itu rasanya aneh.
“maaf bro telat.” Ucap varo datar.
“santai men kita juga baru dateng kok.” Ucap salah satu teman tim basket varo, wira.
“ayok kita mulai.” Ajak varo sambil berjalan ke arah lapangan.
Mereka semua pun berlatih dengan semangat, meskipun ini pertandingan persahabatan tapi mereka tidak akan kalah karena pertandingan ini akan diadakan di sekolah mereka sehingga mau tak mau mereka harus berjuang untuk menang, malu rasanya bila kalah bermain di kandang sendiri.
Tak terasa sudah 3 jam lebih mereka berlatih basket, tidak ada satupun dari mereka yang mengeluh ataupun merasa capek. Mereka semua semangat dan berambisi untuk menang.
Sampai varo akhirnya menyadari kalau mereka terlalu memporsir tubuh mereka.
“lebih baik berlatih sebentar tapi setiap hari, daripada banyak berlatih tapi cuma beberapa hari. Takutnya nanti mereka kurang fit saat bertanding.” Gumam varo dalam hati.
Lalu varo menghentikan permainan dan mengajak mereka untuk briefing sebentar. Setelah itu Varo dan teman teman pun pulang.
Saat varo sudah keluar dari gerbang sekolah dengan mobilnya varo melihat billa sedang duduk menunggu di halte.
“kalo dia nunggu bis mungkin udah gak ada lagi, udah sore gini, atau dia nunggu di jemput pak supir ya.” Pikir varo yang bingung ingin menghampiri billa atau tidak. Pasalnya varo ingin menumpangi billa.
Tapi mengapa varo jadi dilema seperti ini, biasanya varo acuh pada semua orang, entahlah ini perasaan kasihan atau bukan. Hanya varo dan Tuhan yang tahu perasaan varo yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I met you in Korea
Dla nastolatkówNayla "3 tipe cowok yang gak bisa gue jadiin pacar : 1. dia yang gak seagama sama gue. Karena didalem kamus gue gak ada yang namanya cinta beda agama. 2. Dia yang gue anggep sebagai temen gue. Karena di dalem kamus gue gak ada yang namanya sahabat...