Good Night, Hakyeon-ah

2K 152 29
                                    

"Nah, hukuman untuk Leo hyung kali ini adalah pelukan dengan N hyung!"

Taekwoon menunduk dengan perasaan campur aduk, malu-malu maju keluar meja. Ekspresi wajahnya menunjukkan penolakan mentah-mentah. Di sisi lain, Hakyeon tersenyum lebar sambil berjalan ke depan meja fansign. "Ayo, kita lakukan."

"Tidak mau," jawab Taekwoon jujur.
Hakyeon mengulum senyum, menepuk punggung Taekwoon berkali-kali hingga membuatnya meringis kesakitan. Pria yang lebih tinggi 3cm darinya itu mengaduh, dan bukannya melakukan saja hukuman di depan mata, ia justru mundur selangkah dari rentangan tangan Hakyeon.

"Hyungie, nanti waktu hukumannya di perpanjang, lho," kata Jaehwan mengingatkan.

Taekwoon tidak terpengaruh, masih bertele-tele di posisi stay cool. Gemas, Hakyeon langsung memeluknya paksa. Reaksi Taekwoon juga tidak bisa dibilang bagus, dia masih tetap berusaha menjauh meskipun pada akhirnya dia menyerah dan memeluk Hakyeon dari samping. Matanya yang pias memberikan tatapan 'tolong aku' sampai membuat fans tertawa.

"Selesai!" seru Jaehwan kemudian memberi komentar yang aneh-aneh. "N hyung dan Leo hyung harusnya bisa melakukan yang lebih baik, Aegideul? Bagaimana kalau lakukan sekali lagi?"

Taekwoon tersenyum malu, memamerkan kepala perinya sekali lagi. "Jangan lagi, Jaehwan-ah!"

Kira-kira itulah skinship terakhir yang Hakyeon lakukan bersama Taekwoon.

↭↭↭↭↭↭

"Kita sampai!" teriak Jaehwan sembari mendorong pintu depan. "Akhirnya kita pulang jugaaaa!"

Teriakannya yang khas itu membuat Wonshik tertawa geli, sedangkan member lain menutup telinga dan tersenyum kalem. Grup terkenal VIXX baru saja kembali ke dorm mereka. Kini genap sebulan sejak album terakhir mereka, Kratos, diluncurkan ke pasaran.

Hakyeon meneguk segelas air putih sementara matanya memperhatikan member lain yang sedang berkumpul di ruang tengah. Melihat mereka tertawa lepas, hati Hakyeon merasa lega. Ia pikir padatnya jadwal promosi membuat mereka kelelahan dan banyak mengeluh. Namun justru sebaliknya, mereka tampak bugar dan dapat bercanda dengan penggemar di setiap fansign.

Tanpa banyak bicara lagi, Hakyeon melintasi sisi ruangan, berpura-pura sibuk dengan melipat mantelnya sebelum masuk dan mengunci rapat pintu kamar pribadinya. Punggungnya menyentuh permukaan dingin kayu, menyerap suara-suara sayup kehebohan di ruang tengah. Hakyeon merasa kecewa, dia berharap akan ada seseorang yang memanggilnya, mengajaknya ikut bermain tepuk 3-6-9 juga. Namun kenyataannya nihil. Ia masuk seperti hantu berjalan, tak diketahui keberadaannya.

Hakyeon menghela napas. Berulang kali mengingatkan bahwa anak-anak kerap bersikap sok cuek pada orang yang disayanginya. Toh sepertinya mereka juga tidak tertarik soal sikap diamnya. Ya, Hakyeon sering mendengar jika mereka tidak suka skinship yang terlalu over, terutama Taekwoon.

Ketika ada salah satu member di dekatnya, Hakyeon berusaha setengah mati menarik kembali tangannya. Mencoba menahan keinginan melemparkan sabitan lehernya. Dan sangat berusaha menjauhi anak-anak dengan harapan mereka merasa kehilangan—yang jatuhnya malah membuat kelima orang itu senang karena merasa lepas dari kecerewetan Hakyeon.

Hakyeon mengambil napas lagi. Lalu menggeleng. Dia tidak boleh putus asa. Itu sama sekali bukan dirinya. Ia harus menjadi pemimpin yang lebih baik lagi, yang dapat memberikan privasi cukup bagi anggota keluarganya, dan ibu yang pengertian bagi mereka.

Namun terkadang dia merindukan perhatian sayang yang tercurahkan hanya untuknya. Dia merindukan kehangatan ibunya, dia teringat nasihat-nasihat ayahnya, lalu candaan-candaan konyol kakak perempuannya, kemudian ajakan-ajakan sesat yang berakhir pengalaman unik serta pelajaran berharga dari sang kakak. Sebagai anak termuda, wajar dia mendapatkan semua curahan. Dan sekarang, dia yang paling tua di sini.

Good NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang