Taekwoon paling benci diganggu.
Walau dalam beberapa tahun terakhir toleransinya berhasil membesar terhadap anak-anaknya, akan tetapi kali ini sebuah pengecualian.
"Hyoggi....."
Kepalan tangannya mengencang. Tak dia biarkan Sanghyuk sedikitpun lepas dari zona penglihatannya. Yang jadi sasaran malah nyengir lebar, mengambil langkah mundur perlahan-lahan.
"Maaf, hyung, maaf. Aku tidak sengaja."
"Kau ini...." Taekwoon menyisir rambut basahnya ke belakang—entah mengapa justru terkesan seksi. Lantas berkata, "HYUK! AWAS KAU YA! MULAI SEKARANG JANGAN NGOMONG PADAKU LAGI!"
"Tuh kan Taekwoon hyung mulai lagi. 'Mari bicara formal mulai sekarang!'" Kim Wonshik melompat dari sofanya, meniru gerakan heboh pria itu.
Taekwoon melayangkan tinju ke arahnya secara membabi buta. Orang-orang menonton seakan itu hal biasa. Hongbin bahkan masih santai menyumpit anggur ke bibirnya. Sementara itu, Han Sanghyuk bergegas melerai mereka. Alhasil dia mendapat tiga pukulan gratis dari pria bermarga Jung itu.
"Ya, hyung! Aku tidak sengaja. Pergilah ganti baju dulu," bujuk Sanghyuk.
"Kau berani menyuruhku tanpa merasa bersalah seperti itu?!"
"Aish, hyung, kau itu baru tersiram air, bukan kopi. Tidak lengket, tidak berbau, tidak kotor. Apa jangan-jangan kau mau disiram dengan kopi?"
Hongbin menyelinap masuk ke lingkaran pembicaraan, tak lupa bersama mangkuk isi anggurnya. "Hmm, mungkin dia pikir bisa menjilatnya setelah tersiram? Seperti kucing? Miaw~"
Sementara Sanghyuk tertawa geli melihat keimutan Hongbin, Taekwoon mendengus kasar. Buruk sudah suasana hatinya. Ia kemudian meminta nuna stylist mencari kemeja baru dan melenggang pergi begitu saja.
"Sudah kubilang 'kan jangan main air," Hakyeon geleng-geleng setelah menyelesaikan sesi make-upnya.
"Hyung, kami tidak main air. Kami cuma main mendirikan botol dalam sekali lempar. Siapa yang tahu botolnya tidak tertutup rapat?" tutur Jaehwan cemberut.
"Tapi kalian merepotkan para nuna lagi."
"Kami minta maaf. Bukan kami juga yang mau seperti itu," gumam Wonshik rendah.
"Ya, Han Sanghyuk, kau harus membayarnya," baru beberapa menit, Taekwoon sudah masuk lagi. Kemeja merah mencolok melekat indah di tubuh jangkungnya. Sedangkan rambutnya yang telah tertata cukup rapi kini kembali lurus tak berbentuk. Desahan lelah dia hembuskan keras-keras ketika melihat cermin. "Menyebalkan."
"Aigoo, hyung. Semakin tua kau semakin pendendam ya."
"Apa katamu?!"
"Sudah sudah. Jangan bertengkar. Taekwoonie, duduklah," dalam sekali gerak, Hakyeon mendorong Taekwoon ke sebuah kursi. Ia mengambil beberapa sisir dari keranjang bersusun dan sebuah hairdrayer, tak lupa alat-alat pelengkap lainnya seperti jepitan kecil.
Taekwoon tak dapat menahan diri untuk bertanya, "Kau mau apa?"
"Menata rambutmu."
Dengan cepat Taekwoon menggeser kepala. "Tidak usah. Biar stylish nuna saja."
Sambil mengulum bibir pertanda jengah, Hakyeon menegakkan tubuh Taekwoon ke depan. "Sekali-sekali tidak apa, kan?"
Setelah ledakan amarah sebelumnya, hasrat berdebat Taekwoon kandas total. Ia mendesah, memilih menyamankan punggungnya di sandaran sembari memperhatikan gerakan jemari Hakyeon dengan saksama. Sesekali mencuri pandang ke arah Hakyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Night
RomanceBiasanya mereka berjauhan. Terutama Jung Taekwoon yang dikenal malas bersentuhan terlalu banyak. Bukan karena apa, tapi Cha Hakyeon selalu membuatnya gugup. Lain lagi dengan Hakyeon, dia dikenal keras kepala dan memegang teguh tanggung jawab sebaga...