Pening.
"Oh, baby love me do,"
Denyutnya semakin menggila.
"Oh, baby love me do,"
Dunia Hakyeon terasa berguncang setiap ketuk musik menendang gendang telinganya. Hakyeon tak dapat membedakan lagi yang mana detak jantungnya atau napasnya setiap dia bergerak. Fokus pada mata sendunya mulai kabur. Dan semua makin diperparah oleh keringat dingin yang membasahi setiap inci wajahnya.
'Bertahanlah, N-ssi, sedikit lagi bagian solomu,' batin Hakyeon.
Wonshik melakukan rapp dengan bagus. Semua penggemar berteriak histeris, membuat Hakyeon makin tak tega untuk meminta staff mematikan musik. Saat ia berjongkok dia mengatur napas sebisa mungkin.
Akhirnya bagian solonya datang. Hakyeon berusaha melakukan semaksimal mungkin meski semua tubuhnya terasa bisa rontok saat itu juga. Namun usaha tidak mengkhianatinya. Dia berhasil.
"Syukurla-" suaranya terpotong dengingan tajam yang masuk ke telinganya. Pandangannya buram. Dan ia tak merasakan apa-apa lagi selain angin yang berhembus melewati tubuhnya.
"Hyung!"
↭↭↭↭↭↭
Cha Hakyeon termenung beberapa detik sebelum menyadari apa yang terjadi.
Memalukan.
Sebagai leader VIXX, orang yang perfeksionis, dan public figure, pingsan di tengah pekerjaan jelas-jelas sangat melukai harga dirinya. Ia tak berani mengecek ponselnya, dan kepalanya tidak mau berhenti mengutuk dirinya sendiri.
Apa gunanya latihan selama 20 tahun kalau menari dibawah terik panas matahari bisa membuatnya pingsan tak berdaya?
"Argh," Hakyeon mengacak rambutnya frustasi. Dia tak punya muka lagi untuk bertemu member VIXX, dan syukurlah manajer mengerti keinginannya.
Sejenak dia mengira pintu rumah sakit bisa hancur kapan saja bila anak-anaknya sudah kelewat gelisah. Hakyeon buru-buru meminta manajernya bahwa dia menginginkan istirahat total, tak lupa menitipkan permintaan maaf yang amat sangat atas kejadian tadi siang.
Sayup-sayup, di bawah pengaruh obat tadi sore, dia bisa mendengar lengkingan protes Jaehwan. Namun itu tak berlangsung lama. Leo membentak pria hiperaktif itu dengan satu kalimat dan mendadak keheningan membawanya terlelap hingga dia terbangun di tengah malam, masih berjuang kabur dari perasaan 'tak berguna'.
Hakyeon menggigit bibir, melirik ponsel di atas meja kecil. Satu sisinya berkata untuk mencari tahu apa yang terjadi di internet. Tapi sisi rasionalnya melarang keras. Mengabari anggotanya saja dia bimbang setengah mati, mengapa dia malah tergoda untuk melihat reaksi netizen yang mungkin saja 60% isi komennya penuh dengan kata cemooh?
"Cha Hakyeon,"
Suara lembut itu menyapa bersamaan ketukan halus pintu. Hakyeon memandangi permukaan pintu lama-lama. Sesak, rindu dan perasaan bersalah bercampur menjadi satu ketika wajah itu muncul dalam benaknya.
"Taekwoon-ah?" bibirnya reflek berucap, namun buru-buru ia bungkam. Hatinya belum siap menghadapi kekecewaan sang adik.
"Cha Hakyeon... Kau masih tidur?" tanya Taekwoon selembut kapas.
Pria berkulit gelap itu meringkuk dalam selimut. Mendadak suhu kamar turun dalam indranya. Mungkin itu bisa dia gunakan sebagai alasan kalau-kalau Taekwoon menghancurkan pintu.
"Ternyata masih tidur ya?" Sarat sedih tak mampu disamarkan Taekwoon meski dia berada di luar ruangan. Keningnya menempel pintu. Sebelah tangannya terkepal sejajar dengan mata. Ia membuang napas berat, duduk di lantai sambil bersandar ke pintu. "Maaf, aku tak akan meninggalkanmu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Night
RomanceBiasanya mereka berjauhan. Terutama Jung Taekwoon yang dikenal malas bersentuhan terlalu banyak. Bukan karena apa, tapi Cha Hakyeon selalu membuatnya gugup. Lain lagi dengan Hakyeon, dia dikenal keras kepala dan memegang teguh tanggung jawab sebaga...