Closer

2.9K 180 0
                                    

Hari-hari pun berlalu, tak terasa Ujian Tengah Semester tiba, Fahmi makin mengagumi Sella kala ia bersedia datang ke kampus di hari libur untuk mengajarkan beberapa materi kepada teman-temannya.

"Semoga lo dapat laki-laki terbaik yang bisa membahagiakan lo, Sella. Gue nggak pantes sama lo. Gue cuma cowok brengsek seperti yang orang-orang bilang tentang gue." Ujar Fahmi dalam hati penuh sesal.

Sella sadar bahwa Fahmi tengah memperhatikannya, ia menahan air matanya yang hampir keluar dari tempat persembunyiannya.

"Sampai lo menemukan perempuan yang baik, izinkan gue tetap menyimpan rasa pada lo ya, Mr. Sun!" Ujar Sella dalam hati.

"Gue nggak bisa mengakhiri perasaan ini, karena gue nggak pernah memulainya." Sella menghela nafas agar air matanya tertahan.

Mr. Sun! Bolehkah aku memanggil namamu seperti itu? Bagiku, kau adalah Tuan Matahari yang mampu menerangi kembali hatiku yang sudah lama tenggelam dalam kegelapan malam.

***

"Ya Tuhan, jika Fahmi adalah laki-laki yang Engkau kirimkan untukku, maka dekatkanlah kami, persatukanlah kami. Jadikan ia laki-laki yang baik budi pekertinya, dan jadikanlah ia imam yang baik untuk aku. Namun, jika Fahmi bukan untukku, maka berikanlah perempuan yang baik padanya, yang sayang padanya, dan berikan juga padaku laki-laki baik yang menyayangiku sepenuh hati." Ujar Sella dalam doanya. Tak kuasa ia menahan air matanya yang akhirnya keluar dengan deras.

***

Enam bulan kemudian.

Tak ada yang spesial selama ini, Sella tetap menyukai Fahmi dari kejauhan, walaupun dengan tangisan saat ia mengetahui Fahmi sering berganti-ganti pasangan.

Sella tetap mendoakan yang terbaik untuk Fahmi, sampai Fahmi menemukan perempuan yang terbaik untuknya. Sella tetap ingin menunggu datangnya keajaiban dari mimpi yang Tuhan berikan padanya, walau tanpa pernah berharap Fahmi akan menyambut harapan dan doanya.

Fahmi pun tetap menyukai Sella meskipun ia mencoba mencocokan hati dengan perempuan yang lain. Sudah tiga perempuan yang mengisi hatinya selama ini. Namun Sella yang tetap ada dipikirannya. Ia masih berharap Sella membuka sedikit hatinya. Fahmi masih bersikap baik pada Sella, bahkan kini ia lebih berani memandangi Sella dan melakukan interaksi fisik dengan Sella, seperti mengajaknya "tos".

"Eh, Va. Adain malam keakraban kelas, yuk?" Kata Rizal pada Deva.

"Ayo, ajakin aja anak-anaknya."

"Mau kemana? Puncak atau pulau?"

"Yang deket aja dulu. Puncak."

"Yaudah nanti kita omongin, ya. Sel, lo ikut nggak kalau makrab ke puncak?" Tanya Deva saat Sella tengah serius membaca materi untuk UTS statistika.

"Hah? Iya, gue ikut." Sahutnya.

Sella kembali fokus pada bacaannya. Lalu fokusnya tiba-tiba hilang kembali mendengar ada laki-laki memanggil namanya.

"Eh, Dion, itu Sella. Mana sini gelangnya." Ujar Fahmi memanggil Dion yang baru datang. Dion pun mengeluarkan beberapa gelang kain buatan lalu memberikan kepada Sella.

"Ini Sel, buat lo." Ujar Dion memberikan.

"Buat gue? Emang kenapa?" Sella terheran melihat kedua temannya itu tersenyum senang.

"Nggak apa-apa. Semalem gue bikin gelang ini sama Fahmi buat lo."

"Oh, gitu.. Wah, bagus gelangnya, makasih yaa."

"Cobain dulu, kesempitan nggak?" Ujar Dion meledek.

"Ih, kegedean malah. Tuh, liat!" Sella menunjukkan bahwa gelang yang diberikan Dion terlalu besar di tangan kirinya.

"Dikecilin aja, bisa kok."

Sella mulai mengakali gelang tersebut agar pas ditangannya. Beberapa kali ia terlihat kesulitan, lalu dengan gentle -nya, Fahmi yang semula berdiri segera duduk didepan Sella dan memakaikan gelang untuknya sambil mencocokan ukuran yang pas untuk Sella. Sella terkejut bukan main, matanya seketika membulat menerima perlakuan Fahmi.

"Segini cukup nggak? Atau masih kegedean?" Tanya Fahmi.

"Hah? Ehm, masih kegedean, Mi." Ujar Sella gelagapan.

Fahmi mengeluarkan gelang dari tangan Sella, lalu memotongnya dengan gunting yang ia keluarkan dari tasnya. Sella tersenyum melihat tingkah Fahmi. Dan setelah memotong sedikit, ia memasangkan gelang kembali ke tangan Sella.

"Segini?"

"Dikit lagi, nih segini aja." Sella menjelaskan.

Tanpa sadar, perlakuan Fahmi menjadi pusat perhatian Indra yang memperhatikan sahabatnya sejak tadi.

"Woy, nggak usah pake pegangan tangan segala, kali!!" serunya.

Suara Indra yang besar, cukup membuat teman-teman yang ada di depan koridor kelas memperhatikan apa yang dilakukan oleh Fahmi pada Sella.

Anggun, Tia, Rifka, dan Indah pun tersenyum meledek ke arah Sella. Sella menunduk malu. Fahmi segera membuka gelang dari tangan Sella, mengikat gelang agar lebih pas dan memberikan gelang tersebut pada Sella, lalu pergi ke arah Indra.

Wajah malu Sella tak dapat ia sembunyikan. Ia begitu bahagia mendapat perlakuan tadi dihadapan teman-temannya.

Satu hal yang Sella lupakan adalah, Terima kasih! Sebuah ungkapan terima kasih karena telah membuatkan gelang yang indah dan memakaikannya langsung pada Sella.

***

Tbc.

Sun's Romance (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang