Is he?

4.6K 190 0
                                    

Aku pun mulai mengenali sosok yang kini tengah memegang dahiku dengan lembut. Laki-laki berperawakan tinggi besar namun tidak gemuk, dan sesuai dengan tubuhnya, mengenakan kaos berwarna hitam dengan gambar cahaya matahari ditengah kaosnya. Seperti sosok teman baru ku dikelas, tapi mungkinkah ia?

"Makasih ya, udah anter cewek gue kesini." Ujar laki-laki tersebut pada dua orang temanku.

"Iya, sama-sama.." Jawab temanku.

Pertanyaanku hampir terjawab ketika aku mendengar suaranya.

Ia menghampiriku, Seketika itu pula ia berbaring ditempat tidur, kemudian memberikan lengannya untuk dijadikan bantal untukku. Tak hanya itu, ia memelukku dan menyandarkan kepalaku tepat didepan dadanya yang bergambar cahaya matahari. Karena tubuhku masih lemas, aku pun menurutinya seolah terbiasa bersamanya.

Aku masih tak dapat melihat wajahnya karena silauan, aku hanya bisa melihat gambar cahaya matahari itu tepat didepan dadanya.

Ku rasakan degupan detak jantung berirama indah mengiring lembut di telingaku, membawa kenyamanan dan kehangatan saat ia mendekap erat tubuhku.

Aku mulai berpikir, kemudian bertanya dalam hati. "Tuhan, mengapa dipeluknya aku begitu nyaman?"

Begitu nyamannya saat ia memelukku dan mencium kepalaku dengan lembut. Rasanya tak ingin aku melepaskan pelukannya, aku menyukainya.

"Wah, wah.. bisa sakit mata gue liat lo berdua. Ayo As, pergi aja yuk." Ujar temanku lalu pergi meninggalkan kami.

***

Author's.

KRING..............

Alarm pagi membangunkan Sella. Ia segera terbangun lalu mengusap wajahnya. Tak lupa ia mengambil ponsel di atas meja yang tak jauh dari jangkauan tangannya, kemudian mengecek beberapa pesan BBM. Salah satu pesan dari grup ia buka.

"Buat hari senin ada tugas apaan, yee?" Tanya Fahmi.

"Gak ada kayaknya Mi, udah nikmatin liburan tiga harinya aja sih." Balas Surya.

"Oke oke.." Balas Fahmi.

DEG.

Perasaan Sella tiba-tiba berdetak cepat ketika membaca nama Fahmi di grup tersebut. Seketika ia mengingat-ingat kembali mimpi yang mengejutkannya itu.

"Ya ampun, semalam aku mimpi apa? Mengapa wajah Fahmi tak asing dalam mimpiku? Mungkinkah itu Fahmi? Mungkinkah Fahmi yang datang menutupi silauan matahari dan memelukku saat aku sakit dalam mimpi?" Tanya Sella pada dirinya sendiri dengan gusar.

"Enggak, enggak. Engga mungkin. Jangan memulai-mulai Sel, jangan mulai pokoknya. Itu cuma mimpi, mimpi itu bunga tidur. Dan yang membahayakan adalah, dia teman sekelas lo. Gak boleh ada suka-sukaan. Nggak boleh!" Tambahnya.

Segera Sella tepiskan pikiran-pikiran itu. Ia pun segera keluar dari kamarnya.

"Sella, kamu itu tidurnya lelap banget, kamu tidur dari jam setengah delapan malam, kan? Jam segini baru bangun. Gak sholat deh tuh." Ujar Ibunya menyambut dengan tatapan mengerikan.

"Hehehe.. Capek banget, Bu. Capeeek... banget. Tapi emang lagi nggak sholat kok, Bu." Jawab Sella terkekeh sambil menuang air ke dalam gelas.

"Yaudah mandi sana kalau udah bantuin bikin capcay nih."

***

Seketika, mimpi yang dialami Sella semalam terpikir kembali olehnya. Rasa nyaman yang timbul saat dipeluk laki-laki yang tak ia kenali, membuatnya menebak-nebak, mungkinkah laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi dan bongsor itu teman sekelasnya?

"Apa, itu Fahmi? Ah.. Tapi mana mungkin itu dia. Aku sama sekali tak pernah memperhatikan dia, bahkan berbicara dengannya pun belum pernah."

Fahmi dan Sella memang berada dikelas yang sama. Sella baru mengenal Fahmi tak lebih dari satu bulan sejak perkuliahan baru, di mulai. Kenaikan kelas membuat mereka harus beradaptasi kembali dengan teman dan suasana kelas yang baru.

Sikap Sella yang sudah semakin dewasa, menanamkan dirinya sendiri bahwa ia harus memperbanyak teman tanpa pilih-pilih, yaitu dengan cara membaur pada semua teman baru. Karena ia berharap, kelak teman-teman barunya dapat lebih akrab dalam menjalani kehidupan perkuliahan. Hingga tak terpikir olehnya untuk menaruh hati pada teman sekelasnya yang akan menjadi teman sampai akhir mereka menamatkan perkuliahan.

***
Sella's.

Dari kejauhan mata, aku melihat sosok laki-laki yang kukenal berada disamping temanku, Rifky. Tatapan itu seakan terlihat mengerikan karena ujung mata kanannya mengikuti arah kemana aku pergi. Seketika, aku menunduk tak berani membalas tatapan matanya.

"Lo sih bikin dia marah, ngapain pake bercanda sama Deva?" Tanya Tia padaku.

"Memangnya kenapa kalau bercanda, kan kita berteman. Deva juga temannya." Balasku tak terima menerima perlakuan laki-laki yang menatap dengan aneh.

"Masa lo gak ngerti sih, itu artinya Fahmi cemburu."

***

Author's.

Sella terbangun. Ia tersentak kaget saat mengetahui nama Fahmi disebut dalam mimpinya.

"Fahmi? Mengapa Fahmi muncul dalam mimpiku? Mengapa tatapan matanya membuatku tak berani membalas tatapannya? Tuhan, mengapa kau hadirkan Fahmi dalam mimpiku? Ini sudah kedua kalinya aku memimpikannya." Ujar Sella sambil mengacak-acak rambutnya sesal.

***

Siang hari, sang matahari menyimpan malam, memancarkan cahaya untuk memberikan kehidupan kepada seluruh mahluk hidup di muka bumi. Di hargai atau tidaknya matahari, ia tetap bersinar sangat terang, ia  berputar pada porosnya dan tetap menerangi kehidupan manusia, sekalipun malam datang menggantikan posisinya.

Dan malam hari, saat bulan dan bintang menggantikan tugas sang mentari menerangi dunia, membiaskan cahaya untuk tetap memberikan keindahan malam, serta menebarkan kelap-kelip kedamainan. Membawakan suasana baru ketika matahari beristirahat sejenak sebelum ia kembali bekerja memberikan kehangatan.

***
Sella's.

"Happy birthday, Fahmi.. Happy birthday, Fahmi..."

Sebuah nyanyian ulang tahun terdengar serempak saat kami menyanyikan lagu ulang tahun untuk Fahmi. Wajah Fahmi sangat bahagia mendapatkan pesta kejutan ulang tahun dari sahabat-sahabatnya.

"Thank you ya, semuanya..." Ujar Fahmi meniup lilin kue ulangtahunnya. Ia sangat bersyukur dikelilingi dengan teman-teman yang baik.

"Sella, kasih dong hadiah spesialnya untuk Fahmi.." Celetuk Indah.

"Oh iya, ini untuk orang yang spesial di hari yang spesial." Ujarku sambil memberikan hadiah ulang tahun untuk Fahmi.

Fahmi pun membuka hadiah yang aku berikan. Sebuah tas hitam dengan warna coklat di setiap sisinya, kuberikan untuknya.

"Wah.. Bagus banget, Sella. Makasih ya.." Ujar Fahmi tersenyum manis.

Aku mengangguk bahagia.

***

Author's.

"Sella, kuliah jam berapa? Udah jam lima nih.." Ujar Ibunya membangunkan.

Sella tersadar. Lalu menghembuskan nafas panjang-panjang.

Mimpi lagi.

Enjoyed? Tap to vote :)

Sun's Romance (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang