Kara dan Hujan Bulan Ramadhan

219 10 10
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab I

Hujan ini masih lebih baik ketimbang hujan kemarin. Begitulah gadis ini bergumam dalam hati tiap kali hujan turun. Karena memang pada dasarnya ia menggemari hujan. Hujan itu indah, hujan itu bersahaja, hujan itu arif dan hujan itu seperti permata. Terutama ketika ia melihat hujan yang jatuh pada lintasan cahaya lampu, rasanya seperti melihat permata dalam bentuk cair dibagikan gratis dari langit.

Gadis ini mari kita namai dengan Kara. Ia adalah jenis perempuan yang senantiasa keberatan jika ada yang menyambung-nyambungkan antara hujan dengan duka nestapa dan kesengsaraan. Sebab, hujan dan tidak hujan, yang namanya duka nestapa akan senantiasa ada. Maka merupakan sebuah kesalahan jika menggambarkan hujan adalah hal yang layak dikeluhkan.

Karena hujan dan karena jas hujannya tertinggal di kos temannya, maka hari ini ia tidak menggunakan motor danmemutuskan untuk berjalan kaki menuju kampus menggunakan payung pinjaman. Sepanjang perjalanan pikirannya beberapa kali tertuju pada surat kemarin sore. Surat yang ia terima lewat ibu kosnya, seseorang yang entah siapa telah menulis surat untuknya. Surat yang berisikan puisi. Puisi yang tidak benar-benar ia fahami. Yang ia fahami tentang suratnya adalah bahwa selembar kertas itu adalah tentang perasaan. Dan bohong rasanya jika Kara harus menganggapnya jelek. Puisi itu benar-benar indah.

Sepanjang malam kemarin, puisi itu berhasil membuatnya penasaran berkepanjangan. Ia nyaris tidak bisa tidur karena memikirkan siapa sang pengirim surat. Adakah lelaki itu adalah lelaki yang akhir-akhir ini sering muncul pada gelora rasa dirinya? Ah, rasa-rasanya tidak mungkin. Lelaki yang kerap menawan perasaan rasanya bukanlah tipikal lelaki yang akan menulis surat hanya karena hal semacam ini.

Lagipula Kara bukanlah jenis perempuan yang sepakat dengan konsep pacaran mayoritas muda-mudi zaman ini. Tapi bagaimanapun juga, Kara adalah perempuan. Mahkluk yang lebih lekat perasaannya kepada hati, perasaan ketimbang logika.

"Kapan kamu bisa lebih dewasa?" seorang perempuan berwajah canda menjajarinya berjalan. Meskipun hujan pagi itu cukup berisik, Kara masih cukup bisa mendengar.

"Pipen," kata Kara agak terkejut, "maksudmu?"

Pipen adalah teman Kara satu fakultas. Sama-sama anak kos dan perantauan, tapi tidak satu tempat kos. Berwajah bersih dan agak bulat dengan perangai yang senantiasa ceria ceplas-ceplos. Karena jarak kos Pipen dengan kampus cukup dekat ia biasa jalan kaki. Tidak terkecuali hari ini.

"Lihatlah kaos kaki yang kau pakai. Perempuan yang sudah dewasa tidak akan mengenakan kaos kaki berbeda warna pada salah satu kakinya."

Nyaris tak percaya dengan ucapan sahabatnya itu, Kara melihat sendiri kaos kaki yang sedang ia gunakan. Tapi dasarnya Kara adalah perempuan yang kalem, lembut dan santun, maka tak ada teriakan yang heboh di sana. Jenis perempuan seperti Kara adalah perempuan yang mudah dikagumi para lelaki lebih dikarenakan sikapnya ketimbang parasnya.

Kembalikanlah Mantan pada Tempatnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang