Pertemuan pertama

25 7 7
                                    

Hai, aku Muuta, Muuta Demoira, sekedar siswa normal kelas duabelas (3 SMA). Segala yang kulakukan sampai saat ini adalah 99% hal normal siswa lelaki dan 1% hal ekstrim siswa lelaki.

Sudahlah, sepertinya tak ada gunanya juga membicarakan hal seperti itu. Di halaman ini, akan kuceritakan beberapa lembar cerita kehidupanku.

---

Pagi yang indah, suasana rumah mulai ramai seperti pasar karena si Bibi (asisten rumah tanggaku) mulai membersihkan rumah. Aku pun membersihkan kamarku. Selagi membersihkan seprei, aku menatap jam dinding kamarku, 04.15.

"Eh, buset!" Teriakku sedikit.

Si Bibi berlari ke kamarku, "Kenapa Bang?" *Aku, Muuta juga dipanggil Abang.

"Abang kepagian bangunnya hehe."

"Ah, kirain ada apa. Tidur aja lagi sana." Keluh si Bibi selagi pergi ke dapur.

Benar juga, tidur lagi terdengar seperti tawaran yang menggiurkan, seandainya jika aku tak tiba-tiba teringat harus menyelesaikan PR Bahasa Jepangku. Waktu berlalu dengan cepat, saat PR ku selesai, adzan subuh berkumandang, sehingga aku melaksanakan ibadah salat subuh dalam keadaan lelah mental.

"Mah, si Ayah gimana kerjaannya? Pulang kapan?" Tanyaku sesudah salat, mendapati 'Mamah'ku sedang menyiapkan sarapan.

"Besok katanya pulang." Balas Mamah.

Aku menghela napas. Iya, memang aneh, bukannya senang malah ngeluh. Setiap kejadian itu selalu ada sebab akibat. Kasus ini terjadi karena kurang harmonisnya hubungan Muuta dengan ayahnya, atau malah kelewat harmonis. Setiap hari, setiap 5 menit, kalau ada si Muuta yang terkenal sebagai Mr. Gadget plus Nakal pasti selalu bertengkar dengan si Ayah yang disebut-sebut sebagai titisan Manusia Harimau yang siap menerkam (karangan si Muuta ini) dan selalu marah-marah karena hal kecil.

Tapi menurutku, si mr.Gadget ini, kalau gak ada si Ayah, rumah malah jadi sepi, meski itu berarti aku bisa main game 12 jam nonstop sambil pakai headset, yang artinya mode antisosialku kambuh.

"Terus gimana? Ada oleh-oleh?" Tanyaku sambil membantu Mamah.

"Ada lah! Tapi jangan banyak harap, si Ayah kan pelitnya itu nomor 1 di rumah." Balas si Mamah selagi nyengir.

Hehehehe.....

---

Aku saat ini bersekolah di SMA di Bandung, sekitaran jalan Buah Batu. Karena enggak begitu jauh dari rumahku, aku biasanya naik angkot (angkutan kota) ke sekolah. Turun di depan sebuah toko kue, aku menyebrang. Saat itulah, seorang gadis menubrukku dari belakang. Inginnya sih menoleh sambil bilang "Apa-apaan!" Tapi, apa daya di tengah jalan, daripada nyawa yang keluar alih-alih keluhan, jadi aku menyebrang terlebih dahulu.

"Maaf, maaf." Ucap gadis itu begitu selesai menyebrang bersamaku.

"Gapapa sih, lain kali hati-hati aja, lagian di tengah jalan malah main HP." Keluhku.

"I...iya... omong-omong, bagaimana kalau kita jalan bareng ke sekolah?" Tanya gadis itu.

"Boleh aja." Balasku santai.

Dem dum tes, pertama kalinya aku, Muuta Demoira ini jalan bareng cewek selain anggota keluargaku. Sambil berpikir kejadian di tengah jalan tadi mirip-mirip sama kayak di sinetron maupun anime romance.

"Jadi namamu?" Tanyaku gugup.

"Faerdia, Faerdia Pramitha. Kelas X IPA 3." Jawabnya gugup juga.

"Kalau aku, Muuta Demoira, panggil aja Muuta, kebetulan kelas X IPA 4."

Faerdia terlihat kaget, "Jadi kita sebelahan ya?" Tanyanya.

"Iya juga ya." Jawabku.

Kami terus mengobrol hingga sampai di sekolah. Aku pun mengamati fisik gadis bernama Faerdia ini. Tubuhnya langsing, matanya juga agak sipit, berkacamata, rambut hitam panjangnya ia ikat ponytail sambil berjalan bersamaku. Badannya sama tinggi denganku. Intinya gadis ini cantik dan manis, imut juga.

Kami berpisah di depan kelasku. Aku pun masuk ke kelas, disana sudah ada beberapa temanku.

"Yo, Mut!" Sapa salah satu temanku yang bernama Oyo. Nama aslinya sih Algi, kenapa dipanggil Oyo, aku sendiri tak tahu.

Temanku yang lain, namanya Jatnika menghampiriku, "PR Biologi geus can? (PR Biologi sudah dikerjakan belum?)"

Terkejut, aku spontan bertanya, "Naha Biologi, lainna Jepang nya? (Kenapa Biologi? Bukannya bahasa Jepang ya?)"

"Belegug sia, apan Jepang mah keur isuk. (Bodoh kamu, PR Jepang kan untuk besok.)" Balasnya.

Secepat kilat, aku mengerjakan (menyalin) PR Biologi. Sementara itu, teman-teman yang lain sudah mulai bermunculan. Bel tanda mulainya pelajaran sudah dibunyikan. Keringat dingin semakin membanjiriku, namun tepat setelah guruku datang, aku pun selesai menyalin. Beberapa temanku yang lain masih menyalin, namun tertangkap basah sehingga nilai mereka dikurangi.

Seperti biasa, hari yang membosankan di kelas, banyak jamkos (jam kosong) dikarenakan gurunya sedang rapat. Aku heran, mengapa tak dipulangkan saja.

Karena itu, aku pun keluar kelas, memastikan tak ada guru, lalu mengintip ke dalam kelas X IPA 3. Disana terlihat jelas sekali Faerdia sedang membicarakan sesuatu di depan teman sekelas mereka.

"Anak itu?" Tanya seorang teman Faerdia selagi menunjuk aku yang berpura-pura melewati kelas mereka.

Faerdia memalingkan kepalanya, "Ah, Muuta! Sini dulu sebentar."

Aku pun masuk ke dalam. Melihat wajah para teman-teman Faerdia yang setengah terkejut. Faerdia sendiri wajahnya terlihat memerah seiring aku mendekatinya.

"A... Ada apa ya?" Tanyaku.

Salah satu teman Faerdia yang kalau tak salah bernama Minda beranjak dari tempat duduknya sambil berkata, "Kalau kamu lah 'itu' nya si Fae, harus diuji dulu."

Lalu, satu persatu lelaki maju kepadaku, selagi memuntahkan beberapa tinju. Aku, Muuta ini, tipikal orang yang meninju dulu sebelum bertanya, jadi saat sekitar 15 laki-laki di kelas Faerdia tumbang, barulah aku bertanya, "Nanaonan sih maraneh? (Apa-apaan sih kalian?)"

Minda bersungut-sungut, "Boleh juga, pantas sebagai Sunken Knights."

"Makasih." Ucapku tak puas selagi keluar kelas.

"Hei, Muuta!" Tegur Faerdia.

Aku menoleh, "Kenapa?"

"Kutunggu di kantin sepulang sekolah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Muuta and FaerdiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang