5. Memulai Kebaikan

46 6 0
                                    

Bug.. Bug.. Bug

Suara bola basket yang berkali-kali memantul ke tanah sampai Alvin memasukannya ke dalam ring dengan sangat sempurna.

"Nice shoot!!" seru Dzulvi dibelakang.

Sekarang seragam ketiga siswa itu, sudah basah karena keringat yang mereka keluarkan. Pertandingan antara kelas XI Bahasa 3 dengan kelas XI Bahasa 2 sangat sengit dan mereka memiliki point yang sangat beda tipis.

Alvin dkk, bermain basket dengan sangat cantik di bawah derasnya air hujan. Ketampanan wajah mereka dan keahliannya dalam memainkan bola menambah popularitasnya dikalangan siswa dan siswi  SMA Kurnia Jaya meningkat.

Alvin mendrible bola basketnya, dan dengan satu lemparan ia melakukan three point shoot dengan gerakan yang sangat cantik.

Saat hujan turun dan ikut serta dalam permainan, tim kelas XI Bahasa 3 sudah lebih dulu meninggalkan lapangan. Yang tersisa sekarang hanya Alvin, Dzulvi dan Rayyan.

Alvin sudah tidak nyaman menggunakan seragamnya yang sudah basah dan lengket karena keringatnya. Tanpa menunggu lama ia langsung membuka seragam kemejanya menyisakan kaos putih yang sangat ketat di tubuhnya.

Alvin dan Rayyan memang berbeda jauh. Alvin lebih suka berolahraga dengan alat berat, dan Rayyan lebih suka berolahraga ringan.

"Oper Dzul!" kata Alvin bersemangat.

Tiba-tiba saja Dzulvi menghentikan bolanya sembarangan. Matanya menangkap sesuatu yang lebih berada di depannya.

"Yan..!" kata Dzulvi menepuk bahu Rayyan.

"Apaan?" sahut Rayyan malas. Ia masih fokus dengan operan yang Alvin berikan.

"Itu Rahma, kan?" tanya Dzulvi memastikan orang yang di lihatnya benar Rahma.

Seperti mendengar pengumuman kelulusan, Rayyan langsung menengok Dzulvi dan langsung mengikuti arah tatapan temannya itu ke arah ruang UKS sekolah.

Rayyan sedikit memicingkan matanya agar apa yang dia lihat itu benar.

"Iyaa itu Rah-" ada jeda sebentar.

"Anjing.. Kenapa Erros bisa sama cewek gue?" maki Rayyan dan langsung keluar dari area permainan dan menghampiri seseorang yang akan mendapat tonjokannya.

Tatapan matanya tajam setajam elang dan iris matanya tidak lepas dari kedua orang yang baru saja lewat depan ruang UKS.

"Tampol bego entar kebiasaan!" ujar Alvin dengan tatapan masih fokus dengan bola basketnya, ucapan Alvin mengundang amarah yang sudah Rayyan tahan dari tadi.

Tanpa basa-basi Rayyan langsung berlari kearah Rahma yang sedang berjalan berdua bersama Erros ke kantin.

Sebenarnya Rahma bukan kekasih dari Rayyan, mereka hanya terikat janji saling setia sampai keduanya lulus dengan nilai yang terbaik.Tapi Rayyan sering sekali mengangap bahwa Rahma itu kekasihnya.

Dan akhir-akhir ini muncul sosok Erros yang sering terlihat bersama Rahma. Dibandingkan Rayyan, Erros segala-nya. Pintar, tampan, jago dalam bidang seni musik dan dia adalah pewaris tunggal keluarga Handoko.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang