Prolog

13.2K 696 26
                                    

'Awal pertemuanku denganmu, sudah menjadi takdir.'

******

        "Diem kek, Ren."

Rena yang sedang asik bercerita, cemberut menatap Reno kesal. "Gue mau cerita, Reno!"

"Tapi, gue lagi ngga mau denger cerita lo." Reno berdiri, dan meninggalkan Rena yang terdiam di bangkunya.

Mereka berdua sedang berada di kelas. Padahal, sekarang sedang jam istirahat. Rena dan Reno memang mempunyai kebiasaan yang hampir sama, keduanya sama-sama tak suka pergi ke kantin, dan keduanya sama-sama tak menyukai keramaian.

Rena hanya berdiam menatap punggung Reno yang baru saja keluar dari kelas, ia sudah biasa dengan sikap Reno yang seperti ini. Ia dan Reno sudah bersahabat sejak umur dua belas tahun, sampai sekarang.

Bagi Rena, Reno adalah segalanya.

Dan bagi Reno, Rena adalah pengganggu.

Meskipun begitu, tetapi Reno tak pernah bersikap, ataupun berkata kasar pada Rena. Lelaki itu selalu mendengarkan ocehan tak penting Rena, walau ujung-ujungnya ia akan memutus pembicaraan ketika Rena tengah bercerita.

"Masih kuat aja sama es batu."

Rena menatap kaget pada Margaretta di sampingnya, lalu ia menghela nafasnya. "Dia es batu, yang sangat gue rindui di kala es batu itu mencair, dan menjadi air."

"Dramatis amat lo, Na!"

Rena nyengir, lalu ia berdiri dari kursinya. "Nonton Reno latihan basket, yuk?" Ajaknya langsung menarik Retta keluar dari kelas.

Rena adalah salah satu siswi pintar di SMA Tunas Bangsa, ia dan Reno memasuki kelas XII IPA 1. Semua orang, bahkan satu sekolah tau kalau Rena adalah milik Reno, dan Reno adalah milik Rena. Walaupun keduanya tak berpacaran, tetapi hampir semua orang mendukung jika mereka berdua berpacaran.

"Ren, Rena tuh." Ucap Fajar pada Reno di pinggir lapangan.

"Terus, kenapa?"

"Yaelah, Ren. Jangan dingin-dingin napa, kasian kali Rena."

Reno hanya menggedikkan bahunya acuh, lalu meminum minumannya. "Dia yang minta gue jadi sahabatnya, resiko dia harus terima sikap gue yang gini." Reno melempar botol minumnya ke sembarang arah, lalu pergi ke lapangan.

******

"Rena mana, Ren?" Tanya Abidzar.

"Gue ngga liat," jawab Reno.

Mereka hari ini ada latihan basket, sekarang pukul empat sore. Tadi, ketika jam istirahat memang hanya team laki-laki yang latihan. Sekarang, team perempuan juga latihan. Dan Rena adalah salah satu orang yang masuk ke dalam team basket cewe.

"Pemanasan," teriak Reno.

Semua anggota team basket laki-laki, maupun perempuan berkumpul mendatangi Reno di tengah lapangan untuk melaksanakan pemanasan.

"Rena belum dateng, Ren!" Seru Retta. Perempuan ini juga mengikuti ekskul basket, ia adalah sahabat Rena.

"Tinggal aja," jawab Reno cuek. Lalu ia memulai hitungan pertama untuk pemanasan mereka.

"Bid," panggil Reno. "Lo wakil kapten, ngapain di belakang? Sini!" Serunya menyuruh Abidzar ke depan, untuk memimpin pemanasan bersamanya.

"Ayo, bagian tangan sekarang," ucap Abid.

"Reno!"

Reno dan seluruh anggota team basket menoleh pada Fika, salah satu siswi di kelasnya.

"Apa?"

"Rena mimisan, dan darahnya ngga berhenti dari tadi."

Mendengar itu, Reno langsung berlari meninggalkan team basketnya, untuk menemui Rena.

"Dia di mana?"

"Di uks, Ren."

Tanpa berkata apapun lagi, Reno langsung menuju Uks, dan benar, Rena tengah mendongakkan kepalanya, dengan tisu di hidungnya.

"Kenapa?"

Rena menatap kaget Reno, lalu ia menggeleng. "Ngga papa elah, pasti Fika yang kasih tau ya?"

Reno diam, ia mengambil tisu di hidung Rena. "Ini ngga papa?"

Rena diam.

"Gue udah sering bilang, lo ngga bisa kecapean. Masih juga ngotot ikut basket," ucapnya. "Jangan maksain diri."

Rena menggeleng. "Gue kuat kok, lagian cuma mimisan doang."

Reno diam, mengusap darah yang keluar dari hidung Rena dengan ibu jarinya. "Pulang."

"Lo basket kan? Nanti kalau lo ngga latihan, malah bikin anggota yang lain marah."

Reno memberikan tisu di tangan Rena sebelah kiri, dan ia menggandeng tangan Rena sebelah kanan. "Ngga usah berisik."

*****
Halo! Selamat pagi!!!!
Aff dateng membawa cerita baru, siapa nih yang greget sama cowo cuek kayak Reno? Affa gemes banget sm cowo yang kayak Reno. Rasanya, greget sendiri. Ekspresi datar, padahal udah ngelucu. Ditinggal sendiri, padahal lagi cerita. Tapi, cowo kayak Reno punya kharisma sendiri.

Akkhhh, sampai bertemu di part 1!

Ren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang