'Aku bingung, perasaan apa yang menjalar di tubuhku, ketika berdekatan denganmu?'
*****
Rena mengetuk-ngetukkan pulpennya, dengan wajah yang cemberut, dan terlihat sangat jenuh dengan pelajaran yang sedang berlangsung sekarang. Berbanding terbalik dengan Reno di depannya, lelaki itu sangat bersemangat mengerjakan soal yang telah di berikan.
"Reno." Rena mencucuk punggung Reno menggunakan pulpennya, tetapi lelaki itu tak bergeming, ia tetap fokus dengan soalnya.
"Reno." Panggil Rena sambil mencucuk kembali punggung Reno menggunakan pulpennya.
"Lo ngapain sih ganggu Reno, Na? Nanti ngamuk, lo sendiri yang susah," ucap Retta.
Rena menoleh, menatap Retta cemberut. "Gue ngga suka matematika," ucapnya.
"Sukain makanya, matematika itu mudah kok."
Rena menggeleng cepat. "Ngga!" Serunya.
"Nge--"
"Soalnya di bawa pulang saja ya, jam saya sudah habis. Saya permisi," ucap bu Ernita.
Mendengar itu, Rena langsung senyum bersemangat, lalu ia berdiri dari bangkunya, menuju bangku Reno. "Makan bakso, yuk?"
Reno menggeleng.
"Ih, kenapa?"
Reno hanya diam menatap Rena, sedangkan Rena juga menatap Reno. Gadis itu memegang tangan Reno, lalu ia menarik Reno keluar dari kelas.
"Mau ke mana, sih?" Tanya Reno gusar.
"Temenin makan bakso," ucap Rena nyengir.
Reno hanya diam, tangannya masih di gandeng Rena. Mungkin lebih tepatnya bukan menggandeng, tetapi gadis itu menarik paksa Reno. Bahkan ketika sampai di kantinpun, Rena menarik Reno duduk di sampingnya.
"Bu, baksonya satu," teriak Rena yang hanya di beri acungan jempol.
Rena terkekeh, lalu ia menatap Reno. "Makasih ya udah di tulisin PR matematikanya."
"Gue ngga nulis."
"Loh? Jadi yang nulis siapa? Gue kan belum selesai tiga nomor, dan pas tadi pagi gue bangun, PR itu udah selesai."
Reno menggedikkan bahunya acuh, lalu ia mengeluarkan earphonenya, dan memakainya. Sedangkan Rena cemberut kesal, selalu seperti ini. Reno selalu saja mengacuhkannya, padahal yang Rena mau cuma Reno berhenti bersikap dingin padanya.
Tapi percuma, Reno memanglah orang yang mempunyai sikap dingin kepada siapapun, termasuk Rena. Reno jarang sekali mau berbicara atau berinteraksi pada siapapun, kecuali memang penting, dan ia sedang mau. Pada Rena ia terkadang bisa menjadi sosok yang lain, ia bisa saja tiba-tiba menjaili Rena, atau bahkan bersikap sangat manis pada gadis itu.
Rena mengalungkan lengannya pada lengan Reno, lalu bersender di bahu Reno. "Ren," gumamnya.
"Apa?"
Rena menoleh, menatap Reno kaget. Lelaki itu memakai earphone, tetapi bisa mendengar gumaman Rena.
"Malu ngga punya sahabat kayak gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ren
Fiksi RemajaReno Aditya, lelaki dingin, yang sangat susah memberikan ekspresi tersenyum pada semua orang. Renata Amanda, perempuan ceria, yang selalu mempunyai cara membuat Reno tersenyum. Rena dan Reno, dua orang sahabat yang di pertemukan, di sebuah tempat le...