"Reyna, are you okay?"tanyaku ketika melihat wajah pucat Reyna.
"I'm okay, I just feel something bakal terjadi sama kita,"jawab Reyna lemas.
Bagaimana bisa aku percaya padanya. Mana mungkin hanya dengan memikirkan firasatnya, wajahnya menjadi pucat seperti itu.
"Ke UKS yuk, muka kamu pucet banget loh Na,"ajak Rania.
"Aku gak pa..,"belum selesai Reyna bicara, tiba-tiba darah mengalir dari hidungnya dilanjutkan dengan Reyna yang tiba-tiba pingsan.
Aku bingung dengan kejadian ini. Tanpa pikir panjang, Rania dan aku langsung menggendongnya menuju uks. Untungnya disana sudah ada dokter yang siap menangani.
"Ran, gue pergi dulu ya, laper nih,"ijinku pada Rania. Rania hanya mengangguk dan tetap disitu menunggu Reyna sadar.
***
Aku tidak benar-benar ke kantin. Aku pergi ke taman belakang sekolah menuju rumah pohon yang berada disana.Saat berada di atas. Aku merasa aku tidak sendirian. Entah kenapa, seperti ada orang lain di atas sini bersamaku. Saat aku menolehkan kepala ke belakang, betapa kagetnya aku. Sudah ada seorang laki-laki sedang tertidur disana.
"Siapa lo?"tanyaku kaget. Syukurlah aku bisa mengendalikan diri tadi. Kalau tidak, mungkin aku sudah terjun bebas tadi ke bawah.
"Loh, gue kira cuma gue yang tau tempat ini,"jawabnya santai. Aku yang bingung menatapnya lekat-lekat. Aku seperti mengenalnya, tapi siapa?
"Kenalin, gue Reymon Sinandar. Lo pasti kenal gue, dan gue tebak lo pasti salah satu fans gue,"tanpa diminta dia memperkenalkan diri. Dan dengan pedenya menyebutkan bahwa aku salah satu fansnya.
Nah, sekarang aku ingat siapa dia. Dia Reymon, idola Reyna. Dia Reymon, lelaki yang waktu itu menginjak kakiku. Bagaimana mungkin dia se cerewet ini. Ya, setidaknya dia tidak sedingin yang Reyna bilang.
"Udah tau,"jawabku asal. Dia hanya bergedik tak peduli.
Hampir satu jam aku habiskan diatas sini. Walau jujur, aku risih berada diatas sini berdua dengan seorang lelaki. Aku memang sengaja bolos pelajaran Kimia. Males. Bosen. Bikin ngantuk. Dll.
"Lo anak MIPA 4 ya?"tanyanya memecah keheningan. Ntah lah mungkin dia hanya risih dengan kesunyian diantara kami.
"Hm."
"Gak niat banget sih lo jawabnya,"katanya mulai kesel.
"Lalu gue harus jawab apa? 'Iya kakak' atau 'iya kakak Reymon tersayang' atau 'iya, kok kakak bisa tau' gitu? Yang mana yang lo mau?"tanyaku balik kesel.
"Hehe"
Buset nih cowok, dijawab pendek marah-marah, dijawab panjang malah nyengir. Aneh.
"Lo lucu amat kalo begitu,"akunya.
"Makasih,"jawabku singkat.
Untuk urusan ini, aku memang gak ahli baper. Untuk urusan ini, aku memang gak ahli peka.
***
Setelah bosan diatas rumah pohon, aku memutuskan kembali ke uks. Ternyata Reymon melakukan hal yang sama. Dia hanya men skip pelajaran Fisika yang dianggapnya sangat mudah. Sombong sekali batinku.Saat aku tiba di uks, Reyna sudah sadar. Wajahnya juga gak sepucat tadi. Aku gak sampai hati mau menceritakan kejadian tadi padanya. Aku takut dia akan marah padaku. Aku tak dia mengiraku "menikung"nya.
"Dari mana aja?"tanya Reyna padaku. Senyum tipis manis itu menghiasi wajah cantiknya.
"Biasa, nongkrong di kantin sambil belajar hehe,"jawabku asal. Sebenernya, aku gak tega berbohong. Tapi, apa boleh buat.
"Tadi Rania bilang, dia lihat kamu sama Reymon diatas rumah pohon kita."
Deg.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Sahabat
Novela JuvenilApa yang akan kau pilih jika kau dan sahabatmu mencintai lelaki yang sama? Harus kah kata "mengalah" mewakili segalanya?