Dengan perlahan Nadya melepas pelukan Amira.
"maaf mir aku harus kerja." seru Nadya
Amira hanya mematung mendapat perlakuan seperti itu
'segitu bencinya kamu sama aku nad?' batin Amira lirih
Dimaspun menyadari keanehan diantara mereka. segera di tatapnya Amira dengan penuh tanya.
Amira hanya menggeleng pelan, menunduk kecewa. seolah memberikan jawaban tidak tau
'pasti ada yang gak beres diantara mereka' batin Dimas penuh tanya
DIMAS POV
Aku gak tau apa yang terjadi sebenarnya. pandangan Nadya terhadap Amira sungguh sulit untuk diartikan. Tapi entahlah. kenapa harus kupikirkan?, bukan urusanku juga kan!.
setelah bergelut dengan pikiranku sendiri, aku baru ingat akan tujuanku ke ruangan ini.
"oh ya Amira, tadinya saya mau kenalin partner kerja kamu Nadya. tapi rupanya kalian sudah saling kenal. nadya teman kamu ?." ucapku penuh basa basi. tapi harus gimana lagi, perang dingin ini harus segera dihentikan.Amira tersenyum
"iya pak. Nadya teman saya, kami sudah berteman sejak kecil"Dan, ternyata pikiranku salah. tak tau kenapa aku begitu lega mendengar semua itu. tadinya aku pikir mereka bermusuhan. Tapi ternyata dekat sejak kecil.
"ya sudah kalo gitu, kamu selamat bekerja Amira. ingat, jangan buat saya kecewa " ucapku dengan penekanan di setiap katanya. kulihat Amira hanya mengangguk.
jujur saja aku tak ingin kecewa atas apa yang sudah kuputuskan.setelah itu pandanganku tertuju pada Nadya, seorang karyawan yang sudah 6bulan ini bekerja di perusahaanku. dia bekerja sangat baik. dan kuharap dia bisa diandalkan untuk mengajari Amira.
"nad, tolong kamu kasih tau amira apa saja yang harus dia kerjakan!." perintahku pada nadya
"baik pak" jawab nadya
"ya sudah kalo gitu saya permisi. selamat bekerja!" ucapku
POV end
Dimas beranjak pergi dari ruangan itu . Amira berusaha mendekat ke arah nadya
"Nad, kamu masih marah sama aku?" tanya amira hati-hati
Nadya menghembuskan nafasnya kasar "tolong mir, jangan pernah menanyakan sesuatu yang kamu sendiri sudah tau apa jawabannya!" jawab nadya begitu prustasi.
Amira menghela nafas
"tapi kamu belum dengar penjelasan aku nad!""buat apa aku dengar, semuanya sudah jelas, kalau kamu adalah seorang PENGHIANAT!" jawab nadya penuh penekanan.
Amira menggeleng, menahan sesak di dadanya. ingin sekali ia menumpahkan air matanya. tapi bukan saatnya untuk sekarang. hatinya menjerit, tapi apalah daya. di mata Nadya , amira tetap seorang penghianat baginya.
SKIPP
Hari menjelang sore. Sama seperti karyawan lainnya Amira bergegas merapikan barang-barangnya memastikan agar tak satupun yang berserakan di meja kerjanya . Setelah itu barulah Amira mengemasi barang-barangnya yang ia bawa dari rumah ke dalam tas, setelah memastikan tak ada yang ketinggalan iapun memyampirkan tas tote bag kesayangannya itu.
Tak bisa di pungkiri sedari tadi fokus perhatian Amira hanya pada Nadya. Wanita teman masa kecilnya, teman terbaiknya, teman yang selalu ada untuknya. Tapi seolah waktu tidak berpihak kepada mereka. Persahabatan yang mereka jalin sejak kecil harus kandas hanya karena kesalahan yang tak pernah ingin Amira lakukan.
"Duluan ya, Nad." Sapa Amira, meskipun ia tahu kecil kemungkinan untuk Nadya menjawabnya
Nadya yang mendapat sapaan mendadak itupun hanya mengangguk dan tersenyum simpul seolah terpaksa menanggapinya.
Amira yang sudah menduga akan respon yang akan ia dapatkan hanya tersenyum miris.Ada perasaan bergejolak dalam hatinya, namun iapun tak tahu harus seperti apa ia mengungkapkannya.
'Aku minta maaf nad, bukan maksud aku buat nyakitin kamu.' Hatinya bersuara.
Tak selang berapa lama kini Amira sudah berada di rumahnya, untung saja jalanan tidak semacet biasanya. Jadi ia pun tak terlalu kesulitan untuk segera sampai ke rumah. Yang pertama menjadi tujuannya adalah kamar, dimana ibunya kini tengah terbaring. Dilihatnya sang mama sudah tertidur lelap di ranjang mini-sizenya. Amira mendekat, dibelainya rambut sang mama dengan penuh kasih sayang
"makasih mah, makasih karena sudah bertahan untuk Amira."
airmata pun menetes di pipi cantiknya . ingin sekali ia menjerit , karna keadaan tak kunjung berpihak padanya.
Tak disadari amira, ternyata sang mama sudah terbangun
"makasih juga sayang, makasih karna sudah berjuang untuk mamah!"
segera diraihnya tubuh anak semata wayangnya dan dipeluknya penuh dengan rasa haru.Di rumah Dimas
"papaaa.!" suara seorang anak berlompat riang berlari dan merentangkan tangan menyambut papa-nya pulang.
"cinta sayang!" sambut seorang pemuda yang tak lain adalah Dimas.
pemandangan yang begitu membahagiakan untuk sebuah keluarga kecil. tapi ternyata tidak untuk Dimas. rasa haru selalu menyelimutinya di setiap kali anak semata wayangnya ini menyambutnya.
"kamu udah makan sayang?" tanya dimas. tangannyapun tak henti untuk membelai rambut putri kecilnya.
"udah kok pah." jawab cinta diiringi dengan anggukan lucu membuat dimas semakin gemas di buatnya
"papa aku boleh nanya ga?" lanjut cinta bertanya."boleh dong sayang, emangnya cinta mau nanya apa sih?" balas dimas dengan mengacak pelan poni sang anak.
"kok mamah ga pulang-pulang ya pa, aku kan kangen!!"
deeeggg...
pertanyaan yang tak ingin Dimas dengarpun, kini keluar juga dari mulut mungil putrinya..
Dimas seakan bingung, bibirnya kelu untuk menjawab.
apa yang harus ia katakan pada putrinya?
apa harus ia katakan tentang rumah tangganya yang sudah hancur?
Tapi tak mungkin, cinta terlalu kecil untuk tau masalah kedua orangtuanya.
to be continue
makasih ya yg udah voment, makasih banget..
seneng deh cerita abal2ku ini ada yang baca..voment lg ya :-D
kritik & sarannya jugasalam manis selalu
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Takkan Keliru
Fanfictionamira adalah seorang janda muda yang harus berjuang untuk merawat mamanya yg tengah trauma. pertemuannya yg tak sengaja dgn dimas membuatnya mendapatkan pekerjaan.. entah kenapa amira memutuskan untuk memulai hubungan dengan richo.. dan tanpa amira...