Setelah meyakini dirinya, gadis yang bernama Shinta itu kini memberanikan untuk menginjak sekat pagar pertama. Melihat hal itu membuat Zya semakin geram karena dengan bodohnya gadis itu akan mengikuti perkataan manusia yang tidak ada apa – apanya itu. Zya melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah Shinta.
Zya memandang Shinta dengan tatapan tajamnya seakan – akan siap menelan Shinta hidup – hidup , dan tatapan ini sontak saja membuat Shinta lebih gemetar ketakutan.
"minggir !" perintah Zya tak terbantahkan. Hal ini sontak saja membuat Shinta langsung memundurkan langkahnya dengan takut.
Setelah Shinta menyingkir, Zya naik ke atas dengan menaiki pagar tersebut dengan cekatan dan hal itu sontak saja membuat mereka yang ada di situ terkejut. Jarak pagar pembatas dan tanah itu sangat tinggi, bagaimana bisa Zya menaiki pagar tersebut dengan santainya ?
"Ra-zi-ka" Zya mendekati gadis yang memerintahkan Shinta untuk turun dari pagar pembatas kemudian mengeja nama gadis itu yang tertulis di nametage tepat di dada sebelah kirinya.
"ke- kenapa ? apa mau lo hah ?" Razika yang di panggil seperti itu merasa sedikit terintimidasi oleh sikap Zya.
"eh lo, jangan sok jagoan ya disini !" marah gadis lainnya yang merasa tidak terima temannya di intimidasi seperti itu. Sehingga membuat gadis itu menghampiri Zya lalu berniat untuk mendorong Zya, tapi niatnya itu di tangkis oleh Zya dengan menangkap tangan gadis itu lalu menekannya dengan kuat hingga gadis itu meringis kesakitan, bahkan kini sudah terduduk di lantai marmer koridor sekolah ini.
"Rika...." sekali lagi Zya membaca nama gadis tersebut.
"lepasin sialan !" teriak gadis yang bernama Rika itu sambil meringis kesakitan. Zya melepaskan tangan Rika sambil menyentaknya kebelakang hingga Rika terjatuh. Setelah itu Rika berdiri sambil memegang tangannya yang terasa sakit.
"Mawar, Febri"
"kalian !" Zya menatap mereka satu persatu tak terkecuali shinta dengan tatapan tajamnya.
"sepertinya otak kalian udah pindah dari sini ke sini?" Zya menunjuk kearah kepalanya lalu ke pantatnya.
"Sekali lagi kalian memperlakukan junior kalian seperti ini ataupun teman gue..." Zya menunjuk ke arah Shinta yang sedang menatapnya dengan tatapan kagum.
"bakalan gue pastiin kalian ketemu lagi sama gue." setelah mengatakan itu, Zya langsung saja pergi meninggalkan mereka semua dengan langkah lebarnya. Tapi langkahnya kembali berhenti, lalu dengan geram dirinya berbalik ke arah Shinta.
"lo balik kelas sana !" tanpa sebuah bantahan, Shinta langsung saja pergi ke kelasnya.
Zya tersenyum setelah dirasanya dirinya sudah menyelesaikan tugas yang di beRikan bu kai. Dengan senyum gembira Zya membawa dua karung yang berisi penuh sampah ke ruang guru untuk melaporkan jika tugasnya sudah selesai. Setelah itu Zya langsung menuju kelasnya untuk beristirahat. Dia lelah, hari ini sungguh melelahkan baginya dan keinginan terkuatnya kali ini adalah tidur. TIDUR. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada tidur. Tapi sebelum tidur Zya sempat memeriksa wangi tubuhnya yang menurutnya masih aman dan sepertinya tidak akan mengganggu orang jika di tambahkan sedikit parfum yang selalu di bawanya.
Tok tok tok
Ketukan di mejanya membuat Zya mengalihkan pandangannya.
"hi" melihat siapa yang mengganggunya membuat Zya membatalkan niatnya untuk tidur.
Shinta tersenyum dengan canggung kearah Zya yang memandanganya dengan tatapan datarnya. Dengan memberanikan diri dan membuang rasa takutnya, Shinta duduk di depan Zya sambil memberikan jus jambu ke Zya. Pemberian Shinta membuat mata Zya membulat senang karena itu merupakan jus kesukaannya kemudian dengan cepat Zya meminum jus yang ada di depannya itu.
"terimakasih ya" ujar Zya dengan senang dan di balas dengan anggukan senang dan semangat dari Shinta. Dirinya tidak menyangka jika pemberian sederhananya dapat di terima dengan baik oleh Zya. Wajah senang Shinta sontak saja berubah menjadi murung ketika sebuah ingatan terlintas di kepalanya tentang dirinya yang dulu melakukan apapun untuk mendapatkan teman sampai – sampai dia tidak segan untuk mengeluarkan uang di luar pemberian orang tuanya hanya untuk temannya dan karena hal tersebut tidak jarang dirinya dimarahi oleh orang tuanya. ini salah dirinya yang terlalu nekat untuk masuk ke dalam kumpulan gadis – gadis famous di sekolah.
"perkenalkan namaku Shinta" Shinta memperkenalkan dirinya dengan suara kecil dan sangat berhati – hati, takut Zya menolak ajakan perkenalannya.
"hah ? siapa ? maaf gue agak budek jadi kalau lo ngomongnya kaya tikus kejepit gitu gue gak bakalan denger" teriak Zya hingga membuat murid lain memerhatikannya dan tertawa dengan perkataannya, tapi dirinya tak memperdulikan hal itu karena menurutnya sekarang dirinya hanya sedang berbicara dengan Shinta bukan dengan mereka. Mereka yang tertawa itu adalah sekumpulan orang tak sopan karena menguping pembicaraan mereka berdua.
Shinta merasa iri kepada Zya karena dirinya tidak bisa berterus terang entah kepada dirinya sendiri ataupun kepada orang lain tentang apa yang ada di pikirannya. Dirinya selalu mengatakan hal yang berlawanan dengan kemaunannya dan selalu memikirkan perasaan orang lain tanpa tau akibatnya jika semua yang dilakukannya itu membuat dirinya sendiri tersakiti.
Shinta menarik napasnya sejenak.
"nama aku Shinta bintang pratiwi" teriak Shinta tak kalah nyaringnya dari Zya yang kini sedang tersenyum sambil menganggukkan kepalanya seakan – akan dirinya menerima perkenalan Shinta.
"kita sekelaskan ?" tanya Zya yang di jawab Shinta dengan anggukan.
"jadi kamu tau siapa aku kan ?" lagi, Zya bersikap sombong tentang dirinya dan sekali lagi di jawab dengan anggukan oleh Shinta. Zya menatap wajah Shinta dengan serius. Shinta yang di tatap menunjukkan wajah bingungnya.
"lo gak punya teman ya, sampai - sampai nyamperin gue ?" pertanyaan Zya ini sontak saja membuat Shinta menunduk malu dan kesal karena merasas tersindir telak ke intinya, tapi anehnya dia tidak merasa marah dengan Zya karena rasa malunya lebih besar dari pada rasa kesalnya.
Di pandanginya lagi wajah Zya yang sangat tenang, dia tidak boleh menyerah atas intimidasi yang di berikan Zya kepadanya.
"iya, aku gak ada temen" teriak Shinta dengan kesal yang di anggapi Zya dengan anggukan paham.
"gak papa, itu artinya selamat karena lo udah nemuin satu teman" Shinta memandang Zya dengan wajah polosnya.
"gue" ujar Zya kemudian dengan senyuman manisnya.
"okay teman, gue lapar, kantin yuk " ucapan Zya ini langsung saja membuat Shinta terharu, akhirnya ada juga orang yang mengakui dirinya sebagai temannya.
~~~~
Sesampainya di kantin, Zya langsung memesan nasi goreng serta jus jambu dan tak lama pesanannya sampai di meja. Selama menyantap makanannya Zya dan Shinta hanya diam. Di satu sisi Zya kini sedang mengamati kelakuan senior maupun adik kelasnya yang tampak heboh di kantin ini dan di satu sisi Shinta merasa bingung untuk memulai pembicaraan bersama Zya. Dia benar – benar bingung, rasa tidak enak jika nantinya Zya merasa tersinggung dengan pertanyaannya membuat Shinta selalu menelan kembali pertanyaannya.
"shin, lo kenal gak sama cowo' yang ada di sana ?"
"ha ?" pertanyaan Zya sontak saja membuyarkan lamunannya. Shinta melihat kesekelilingnya, mencari sosok yang di cari Zya.
"noh ! yang di ujung sana" ujar Zya sedikit geram sambil menggenggam untuk mengarahkan kepala Shinta ke sosok yang dimaksudnya.
"yang kamu maksud pria yang sedang baca buku pake earphone itu ya ?"
" iya itu yang lagi minum jus jambu juga, sama kaya gue" ujar Zya dengan semangat 45 sambil mengamati pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
my crazy lovely girl
Romanceselalu tersenyum dan tertawa bukan berarti selalu bahagia. selalu diam, cuek serta kejam bukan berarti tak perduli dan tak punya hati,...