3 - T I G A - B

17 2 0
                                    

Sejenak Shinta diam, mencoba menebak apa yang sedang Zya pikirkan dan rencanakan. Kemudian tak lama sebuah pemikiran jika sekarang ini Zya sedang tertarik dengan pria itu melintas di otaknya. Lalu dengan cepat signal bahaya berbunyi di kepalanya. Jangan sampai Zya tak tau apa – apa tentang pria itu. Kasian dia nantinya.

"woy..." teriak Zya dengan geram ketika melihat Shinta yang hanya diam menatapnya dengan wajah yang tampak berpikir dengan keras.

"okay. Dia itu Jayvan ardi saputra. Salah satu orang berpengaruh di sekolah ini mungkin juga di indonesia. Enggak banyak yang bisa aku ceritain ke kamu, karna dia itu type cowo yang misterius. Mungkin bukan hanya aku yang tak mengenal dirinya tapi juga mungkin orang – orang di sini juga gak tau banyak tentang dirinya. Tapi ada rumor yang bilang kalau dia itu sudah di persiapkan untuk memimpim perusahaan keluarganya sejak dia smp, ada juga yang bilang kalau dia itu sempat stres gitu gara – gara beban yang di berikan ke dia terlalu berat dan yang terakhir harus kamu ketahui adalah dia itu playboy akut, dia itu sering banget nongkrong ke club – club mahal tiap malamnya dan hampir setiap hari ada aja cewe yang di buatnya nangis gara – gara kepincut sama pesona dia. Jadi aku saranin ke kamu buat jauh – jauh dari dia..."

"good" ujar Zya dengan semangat sambil berdiri dari kursinya dan ini sontak saja membuat Shinta menghentikan sesi cerinya.

"siapa tadi namanya ?"

"Jayvan ardi saputra"

"thank you" ujar Zya dengan senyuman lebar kemudian menjauhi mejanya. Shinta yang masih bingung dengan maksud Zya hanya bisa mengamati pergerakan Zya yang pergi menuju menja Jayvan.

"ya ampun anak itu ! baru aja di bilangin" ujar Shinta frustasi sambil menenggelamkan kepalanya di antara tangannya yang ada di meja.

"hi" sapa Zya dengan senyuman manis kearah Jayvan yang hanya menatapnya dengan datar sejenak. Bukannya merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Jayvan, kini senyuman lebar semakin di umbar oleh Zya kearah Jayvan.

"baru kali ini gue liat orang pakai earphone ujung kabelnya gak di masukkin ke hp atau gak ke mp3" mendengar pernyataan Zya sontak saja membuat pandangan Jayvan sedikit teralihkan dan itu berarti yang di katakan oleh Zya adalah benar.

"gak papa, tenang aja. gue ngerti kok, di sini pasti berisik banget sehingga lo harus pura – pura dengerin lagu"

"sok tau" ujar Jayvan sebelum meninggalkan Zya yang masih ada di depannya.

"asyik, kayanya bakalan seru ni kalau nempel terus sama dia." Gumamnya dengan wajah sumringah.

Shinta yang melihat hal itu hanya bisa diam dan menggelengkan kepalanya, sepertinya dia mengetahui satu sifat Zya lagi yaitu nekat. Dia orang yang sangat nekat.

Sampai sekarang Zya masih setia mengikuti Jayvan di setiap langkahnya di sepanjang koridor sekolah ini, walaupun dirinya hanya bisa mengikuti Jayvan dari belakang, tapi Zya sangat menikmati saat – saat ini dan benar saja katanya tadi yang mengatakan jika ini akan mneyenangkan buktinya dari tadi dia mendapatkan tontonan di mana para gadis di acuhkan oleh Jayvan, kebanyakan dari wanita – wanita itu ada yang menyapa Jayvan dengan malu – malu walaupun ada juga dari mereka yang menyapa Jayvan dengan malu – maluin yang membuat Zya harus menahan rasa mual yang entah kenapa tiba – tiba saja muncul dari perutnya. Tapi Zya suka dengan sikap Jayvan yang sok ganteng, sok penting dan sok cool itu. Entah karena itu memang sifat aslinya atau dia hanya menjaga sesuatu agar hal itu tidak ketahuan ataupun di ketahui orang. Entahlah dia hanya tebak – tebak berhadiah.

Duk !

"auw" ujar Zya kesakitan karena tanpa disadarinya dirinya telah menabrak punggung keras Jayvan yang entah sejak kapan berhenti.

"buset, keras banget ya. Boleh ni di jadiin samsak kalau lagi kesal" gumamnya tanpa sadar ketika Jayvan belum membalikkan tubuhnya.

"hehehe" cengirnya ketika Jayvan membalikkan tubuhnya.

"keras ya Jay tangannya" ujarnya sambil memijit lengan Jayvan. Jayvan yang terkejut di sentuh oleh Zya langsung saja menepis tangan Zya dan menjauh dari Zya dua langkah dengan wajah marahnya.

"gue bilang, jauh – jauh dari gue !" ujar Jayvan geram sambil mengangkat satu tangannya yang siap untuk menyekik leher Zya. Zya yang terkejut langsung saja menghindar dan mengunci lengan Jayvan.

"aish ! sialan ! cepat lepaskan !" ujar Jayvan semakin kesal karena kuncian Zya yang tampaknya membuat tangannya terkilir.

"maaf, maaf maaf" ujar Zya dengan menyesal. Dia sungguh tidak sengaja melakukannya.

"singkirkan tanganmu !" marah Jayvan karena tangannya benar – benar terasa sakit saat ini.

"ehm. Tolong diam sebentar" ujar Zya sambil berusaha untuk memegang kembali lengan Jayvan.

"lo ngapain, hah ?!"teriak kesal Jayvan karena Zya yang berusaha kembali menyentuhnya.

PLAK !

"diam bentar kenapa ?!" bentak Zya sambil memukul kepala Jayvan dengan geram karena melihat Jayvan yang terus bergerak disaat dirinya sedang berusaha mengobati Jayvan. Jayvan yang kepalanya di pukul hanya terdiam tampak terkejut. Dirinya sekarang sedang memahami apa yang sedang terjadi saat ini.

Mereka yang melihat kejadian tersebut tampak tidak percaya, jujur saja mereka baru melihat soosk Zya di sekolah ini dan sekarang apa, dirinya sudah berani membuat Jayvan terluka dan lebih parahnya membuat Jayvan terdiam karena di pukul oleh Zya. Dia adalah gadis tergila dan ternekat yang pernah mereka temui.

KREK !

"selesai" ujar Zya sesaat setelah dirinya sudah berhasil mengobati tulang Jayvan yang terkilir.

Prok prok prok!

Suara tepuk tangan dari seseorang sontak saja mengalihkan perhatian mereka semua termasuk Zya.

"bagus, tadi cari masalah sama gue, dan sekarang lo cari masalah dengan prince Jayvan. Lo beneran sesuatu tau gak" wajah Zya berubah menjadi serius bukan karena pernyataan dari Razika tapi karena sosok pria yang sekarang sedang di gandeng oleh Razika.

"oh, jadi ini cewe yang udah buat kamu cemberut terus dari tadi ?" ujar pria itu

"menjijikkan" gumam Zya dengan wajah seriusnya.

"liat sayang, kurang ajar banget kan tu adik kelas sama aku"

Pria itu melepaskan kaitan tangan Razika di lengannya dan berjalan beberapa langkah ke depan.

"lo dan pacar lo itu menjijikkan. Putus !" ujar Zya dengan santainya.

Pria itu tampak menghela nafas beratnya.

"sayang, maafin aku. Jujur aja selama ini aku cuma main – main sama kamu. Aku mau kita putus. Terima atau tidaknya kamu terserah. Kita putus"

"Ardian ! maksud kamu apa ?"

"maksud dia kalian the end. Putus. Budek ! yuk bang kita c'mon dari sini" ujar Zya sambil berjalan mendahului Ardian. Sedangkan Razika kini sedang menahan kesalnya tak terima di putuskan secara sepihak apalagi ini benar – benar tidak masuk di akal, Ardian memutuskannya hanya karena 1 kalimat dari adik kelas yang tidak di kenalnya sama sekali ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my crazy lovely girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang