Prologue

641 46 0
                                    

Jika Tuhan memberimu kesempatan untuk bisa bertemu ayahmu, kau yakin akan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Kau kesal, rasanya ingin marah, tapi pada siapa? Kau tidak bisa menyalahkan ibumu yang telah membuatmu berpisah dengan ayahmu. Mungkin berpisah adalah hal yang paling baik untuk dilakukan. Jika saja waktu itu ibumu menahan ayahmu agar tidak meninggalkan ibumu dan dirimu yang saat itu masih belum bisa melakukan apa-apa, mungkin kalian akan menjadi keluarga kecil yang bahagia. Ayahmu terlalu baik, merelakan nyawanya demi menyelamatkan orang lain. Kau sangat menghormati apa yang telah ayahmu lakukan, perbuatannya patut kau banggakan.

Kau duduk di atas kasur sambil menatap foto ayahmu yang kau genggam sejak tadi. Kau mengusap tepat di wajahnya yang tidak bisa kau sentuh secara nyata. Kau tersenyum dan siap bercerita pada ayahmu.

"Selamat malam, appa. Apa kau baik-baik saja di sana? Hmm, apa kau tidak rindu padaku? Aku tumbuh dengan baik di sini. Tapi mungkin akan lebih baik lagi jika kau ada di sisiku. Kau bisa melihatku dari atas sana kan? Appa, menurutmu, apa aku cantik? Aku rasa semakin hari mataku semakin mirip dengan matamu. Wajahku semakin mirip dengan eomma"

"Ah ya, aku ingin bercerita, tapi aku malu. Bagaimana ini? Aku bingung harus memulai dari mana, tapi ceritaku ini sangat memalukan. Tapi aku ingin kau orang pertama yang tahu cerita ini. Tunggu, sebelum aku mengatakannya, kau harus berjanji untuk tidak marah, okay?"

Kau mengambil jeda sebentar untuk menarik napas.

"Appa, aku sedang dekat dengan seseorang. Awalnya aku pikir ia sama seperti pria lain yang suka mempermainkan wanita. Tapi dugaanku salah, laki-laki yang setiap hari membantuku di sekolah ini sangat tampan, tidak hanya tampan namun ia juga sangat baik padaku. Ia tulus melakukan semuanya untukku, dan kau tahu? Ia benar-benar romantis di setiap candaan dan omong kosongnya"

Kau secara tidak sadar menyunggingkan sebuah senyuman.

"Aku sempat menolak bantuannya berkali-kali. Tapi semakin lama aku merasa seperti ada yang hilang jika ia tidak ada. Appa, inikah rasanya menyukai seseorang? Jantungku selalu berdegup kencang jika ia menyentuhku, tapi aku selalu berusaha menutupinya. Aku tidak bisa kehilangannya, aku selalu ingin berada di sisinya. Appa, inikah rasanya mencintai seseorang? Apa kau pikir laki-laki itu baik untukku?"


°°°°

[kimtvh's]

Hai, ini baru prologue, sejauh ini gimana?^^

Vommentnya ditunggu chingu

Next Chapter? Pls wait.

my sweet senior ; jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang