Kepergian seseorang bukanlah akhirnya dari segalanya. Waktu akan terus berjalan, karena masih ada masa depan yang sedang menunggu kita.
◾◾◾◾
Malam ini sangat sulit bagi Gilang, satu jam rasanya seperti satu hari. Menunggu Fajar tiba seperti satu bulan.
Dokter baru saja memberitahu Gilang dan Stella kalau malam ini Arora akan melewati malamnya dengan sangat sulit.
Sebenarnya bukan hanya malam ini, tetapi setiap malam Arora harus melewati malamnya dengan sulit. Karena penyakitnya akan menyerang dirinya pada malam hari.
Dan malam ini adalah puncak dari semua malam yang telah dia lewati, Arora masih dalam keadaan kritis.
Sedangkan semua orang yang berada di dalam ruangan berharap cemas.
Dokter juga mengatakan kalo Arora bisa pergi dari mereka kapan saja, hanya tinggal menunggu waktu.
Gilang masih setia duduk di samping Arora dan menggengam tangannya dengan lembut.
"Ma..mama harus kuat. Bukankah Mama sudah janji pada Gilang kalau Mama akan pulang bersama kita, dan kembali menjalani hari-hari seperti biasa. Gilang selalu menunggu janji itu Ma, dan hanya Mama yang bisa mengabulkannya."
"Mama gak boleh pergi ninggalin Gilang sekarang, Sudah 6 tahun Gilang tidak merasakan masakan Mama, pelukan hangat Mama, ciuman sebelum tidur, ucapan selamat tidur. Dan sekarang Gilang datang kesini untuk menagih itu semua dari Mama. Maka dari itu Gilang tidak akan membiarkan Mama pergi begitu aja."
"Hidup Gilang hancur tanpa hadirnya Mama, sudah cukup Gilang kehilangan satu orang yang Gilang sayangi dan Gilang tidak akan membiarkan untuk yang kedua kalinya." Tanpa Gilang sadari ternyata dia menangis, setetes air mata keluar dari pelupuk mata yang sudah dia tahan daritadi.
Gilang berjalan keluar ruangan, menuju rooftop rumah sakit. Angin yang berhembus malam ini seperti belati yang menusuknya secara perlahan.
Dirinya benar-benar belum siap jika harus ditinggal oleh Arora sekarang juga.
Seandainya Gilang mengetahui penyakit Arora dari Awal mungkin Gilang sudah banyak menghabiskan waktunya untuk Arora. Tetapi kenyataannya TIDAK!
"Kak.."
Gilang tidak menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya, dia sudah tau itu siapa. Memangnya siapa lagi yang memanggil dirinya dengan sebutan kakak kalau bukan Stella.
Stella berdiri di samping Gilang mencoba untuk menenangkan perasaanya dan menjelaskannya secara perlahan.
"Kak Gilang ta—"
"Jangan panggil gue Kakak," Potongnya, "Panggil Gilang aja."
Stella mengangguk setuju dan kembali mengingat apa yang dia pelajari tadi malam di google Lo= kamu dan saya=gue.
Stella ingin mengikuti gaya bicara Gilang supaya Gilang menjadi lebih sering berbicara dengannya dan tidak canggung lagi.
"Tadi lo mau ngomong apa?" Tanya Gilang dengan wajah yang datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Trouble Maker
HumorDisini kalian akan dihibur dengan keempat cogan yang terlahir dari pecahan telor kinderjoy yaitu Gilang, Revan, Aldo, dan Dion. Bukan hanya hiburan tetapi disini kalian juga akan disuguhnya dengan beberapa kejadian yang menguras air cucian. *Maksudn...