Eunbi duduk di tepian ranjang pasien sambil membaca buku panduan persalinan. Kedua kakinya ia gelantungkan begitu saja di tepi ranjang. Hingga ia tidak menyadari, seseorang menyusup masuk perlahan. Melihat Eunbi terlalu serius yang tidak menyadari kehadirannya. Membuat Seokjin, si penyusup ini menggelengkan kepalanya dan berdecak pelan.
"Serius sekali!". Kini Seokjin sudah berdiri di hadapan Eunbi dengan memasukkan kedua tangannya ke jubah seragam dokternya.
"Eoh kau datang!"
"Iya! Aku ingin mengecek kondisimu! Jika kau benar- benar sudah sehat! Nanti sore, kau bisa langsung pulang bersamaku!"
"Benarkah?"
"Heemmm~!".
Seokjin menjulurkan tangannya untuk meraih lengan atas Eunbi. Mengukur tekanan darahnya. Dan hasilnya sudah normal!
"Ehmm semuanya sudah normal. Kau boleh mengemasi barang- barangmu. Nanti sore kita pulang bersama!"
"Wah! Baiklah, terima kasih Tuan Kim!". Mata Eunbi berbinar senang. Dengan senyum merekah yang tersemat di wajah cantiknya. Membuat Seokjin tidak tahan untuk tidak mengacak pelan rambut Eunbi yang berkikauan pagi ini.
Setelah memeriksa keadaan Eunbi. Seokjin berpamitan untuk memeriksa pasien yang lain. Dan setelahnya ia meninggalkan ruangan Eunbi.
Senyum Eunbi perlahan pudar. Sebenarnya antara senang dan tidak senang, dirinya sudah diijinkan pulang sore ini.
Perlahan Eunbi menurunkan kedua kakinya menyentuh lantai. Berjalan pelan menuju pitu utama. Ia sudah bebas dari selang infus yang menancap di punggung tangan kanannya. Sehingga dirinya leluasa untuk melakukan pergerakan.
Tangan kirinya mengelus perutnya yang membesar. Merasakan pergerakan yang cukup kuat di dalam sana. Senyum tipis Eunbi kembali merekah. Semalam ia juga merasakan pergerakan yang sama kuatnya. Saat Eunbi membawanya berjalan dan berhenti di depan pintu. Kamar rawat nomor tujuh. Yang tidak jauh dari kamar inapnya.
"Kau senang, ingin melihatnya lagi! Semoga ia cepat sembuh, karena kita akan berpisah dengannya sore ini!". Senyum gamang kini tersemat di bibir mungil Eunbi. Menggantikan senyum bahagianya. Yang baru saja tercipta dibibirnya.
Dengan pelan Eunbi menghampiri kamar nomor tujuh lagi. Berdiri di depannya, dan melihat ke dalamnya. Dari pintu kaca yang ada dibagian atas pintu itu.
"Kemana dia?". Eunbi celingukan di depan pintu. Mencari penghuni yang ada di dalam kamar di depannya. Yang ternyata nihil, orang yang dicarinya tidak terlihat di sekitar sana. Semalam saat ia melihat ke dalam kamar, pria itu sedang terlelap. Dan sekarang pria itu tidak ada di dalam.
Hatinya semakin gelisah. Khawatir, jika pria itu sudsh pulang lebih dulu. Dan dirinya belum sempat melihatnya lagi.
"Apa yang kau lakukan di depan kamarku?"
Glekk!
Eunbi meneguk ludahnya. Saat suara seorang pria yang sudah tidak asing di pendengarannya. Kini menyapanya dari belakang tubuhnya. Membuatnya meremang dan sedikit malu. Karena ketahuan seperti penguntit saat ini.
Eunbi membalikkan tubuhnya perlahan. Dan meringis pelan saat pemilik kamar berada di hadapannya saat ini.
"Apa yang kau lakukan di depan kamarku?". Pria ini Jeon Jungkook. Memandang datar Eunbi dan mengeluarkan kata- katanya juga sedatar mungkin.
"A~aku! Aku!"
"Kau ingin menguntitku?"
"Tidak! Tidak seperti itu!". Eunbi mengibaskan tangannya pelan untuk menyangkal pernyataan Jungkook.
YOU ARE READING
"In The Fact" [BTS|Jungkook|Sinb][Series] (COMPLETE)
FanfictionTakdir yang akan mempertemukan kembali! Apa yang sudah terjadi dan yang akan terjadi! Diantara kami!