SECOND LOVE

146 16 3
                                    

Warning! Gaje sulit dipahami dan insyaallah bikin baper 😝 happy reading jangan jadi sider ya vomentnya ditunggu 📄

>>>>>>>>>>>>

  Minggu pagi menjelang, seorang gadis mengendarai sebuah motor matic menuju suatu tempat. Taman kota. Irene, sang pencinta fotografi. Ia membawa 2 buah kamera, sebuah DSLR dan kamera ekawarna atau kerennya monochrome camera. Ia memilih hunting foto pagi hari karena banyak orang yang jogging di sekitaran Taman.

---

    Kaki-kaki jenjang beralas sepatu Adidas berwarna merah-hitam mulai melangkah berburu foto di sana. Irene berjalan dengan kamera DSLR ditangannya dan ransel hitam yang menggantung di punggungnya.
Klik..klik..
Derik tombol kamera terdengar oleh telinganya. Tiba-tiba Irene tertarik pada suatu hal. Sepasang sepertinya kekasih sedang berjalan bersama. Dua orang itu tidak terlihat asing baginya. Benar mereka Kevin dan Zizi. Irene mengarahkan kameranya kearah mereka berdua. Sialnya Kevin melihat kebelakang.
"Oh fuck sialan! Hoi cewek keparat hapus tu foto!" seru Kevin disertai umpatan.
"Kenapa?! Masalah orang lagi hunting foto juga." tanggap Irene sedikit menyepelekan,
"Eh kamu emang mantan aku tapi ga usah ganggu hubungan aku sama Zizi ya!" ujar Kevin saat mendekat dan menghardik Irene,
"Siapa yang ganggu pe'a! Dimana-mana orang pacaran seneng kalo difotoin nah kamu malah marah-marah gaje begini." sanggah Irene
"Eh cewe cacat! Ka..." hardik Kevin
"Udahlah say, malu diliat orang banyak." ujar Zizi menengahi. Akhirnya mereka berdua pergi. Zizi hanya menatap Irene dengan tatapan kosong. "Maaf rin, aku rebut Kevin dari kamu." batin Zizi
"Biar aja penghianat dan penggoda hancur bersama" ujar Irene pelan sambil membenahi topi yang ia kenakan. Ia menatap benci kemudian beranjalan pergi.  Irene meneruskan hunting foto sesekali ia memotret dengan kamera ekawarna miliknya.

---

   Piiip... 
Jam tangan digital yang melingkar di tangan kiri Irene berbunyi. Irene melihat jamnya.
"Jam 6 eh 9 eh 6 eh.. " Irene terbata-bata melihat jamnya
"Jam 9 rin." ujar suatu suara berat di belakang Irene. Sang arjuna yang bernama Juna itu berdiri dibelakang Irene. Ia tersenyum tipis melihat Irene yang memerah malu. "Gapapa kok, semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kamu tumben kesini." ujar Juna sambil berjalan perlahan,
"Biasanya tiap minggu pagi iya kok. Tapi kadang ke tempat lain, ya sekedar menyalurkan hobi sama refreshing  sih." jawab Irene sambil mengikuti langkah Juna. Mereka berjalan beriringan.
"Kamu lain kali kalau hunting ajak-ajak dong. Aku juga suka fotografi loh." pinta Juna sambil tersenyum lebar.
"Hahaha oke oke siip..." jawab Irene sambil tertawa.
"Kamu dah cape?" tanya Juna
"Cape eh belum eh ngga tau sih." jawab Irene sambil cengegesan.
"Gimana sih, mampir sana dulu mau? Kita beli siomay?" tawar Juna terkekeh
"Boleh aku juga sekalian mau lihat hasil hunting hari ini." jawab Irene menerima. Mereka berjalan beriringan. Beberapa detik kemudian mereka sampai di pedagang siomay itu.
"2 pak ngga pake pare sama yang satu ngga pedes ya." ujar Juna memesankan siomay. Irene yang sudah terduduk membeku seketika.
" Weh kutu curut kutil badak tai lalat kok dia bisa tau aku gasuka pedes? Wah stalker ini stalker.." batin Irene kaget. Ia membeku sambil menatap Juna yang dengan santai memilih duduk tepat di samping Irene. Kemudian ia memilih melihat-lihat
"Gimana hasil huntingnya?" tanya Juna memulai obrolan,
"Lumayan." tanggap Irene sambil terus memperhatikan foto-foto hasil jepretannya. Mereka berdua bercengkrama sambil menikmati siomay dan saling bertukar pendapat tentang foto-foto itu. Sesekali mereka saling memotret satu-sama lain. Rupanya Juna dan Irene sama-sama tertarik pada fotografi.

---

"makasi Jun traktirannya." ujar Irene dari atas motor maticnya yang tak sengaja diparkir dekat motor milik Juna.
"Oke. Nanti chattingan di WA ya." jawab Juna sambil memacu motornya pergi dari parkiran. Irene hanya tersenyum tipis kemudian menyusul keluar. Ia mengendarai motornya dengan perasaan yang amat tak jelas. Ia senang tapi juga bingung, sedikit malu-malu tapi juga ragu. Sepanjang perjalanan ia senyum-senyum sendiri didukung oleh lagu yang terputar di IPod miliknya.
"Diantara beribu Bintang hanya kaulah yang paling terang diantara beribu Cinta pilihanku hanya kau sayang" alunan lagu Diantara Bintang yang dinyanyikan oleh Hello band itu terdengar di headset yang tersemat di telinga Irene.
"Apa dia bener-bener suka aku? Apa dia serius? Apa aku cuma sekedar pelampiasan? Benarkah dia cowo baik-baik? Kita baru kenal dua hari dia udah akrab banget. Setau aku dia bukan anak yang easy going ke anak perempuan. Bener ngga sih dia itu apa jangan-jangan ngga kalah bajingan dari Kevin? Astaga perasaan apa ini Tuhan.." Irene bergumam sendiri diatas motornya. Ia dilema atas perlakuan Juna dua hari ini. Juna begitu perhatian dan paham atas seluk beluk hidup Irene. Namun, Irene enggan baper dulu ia tidak mau cintanya kandas ditengah jalan lagi. Apalagi jika ia hanya diberi harapan palsu.

---

   Hari minggu berlalu. Saat ini adalah hari yang paling dibenci anak sekolah. Hari senin.
   Bel istirahat menggema ke penjuru sekolah. Sesuatu hal yang membahagiakan bagi anak sekolah. Tak beda dengan Irene, ia langsung bahagia karena terlepas dari rumus-rumus aljabar yang dijelaskan guru matematikanya yang sedikit yaa.. um... melambai yak bisa dipahami kan. Irene segera mengeluarkan Iphone-nya dan mengetikkan judul rekaman materi perlahan dan sesekali ia bertanya apakah huruf yang ia ketik sudah benar. Setelah itu, Irene pergi ke ruang Media kebetulan sang pembina menyuruhnya untuk ke sana.
"Permisi pak." Irene masuk perlahan
"Oh ya silahkan. Duduk dulu." Suruh gurunya yang sedang sibuk mengobrak-abrik lemari multimedia. "Jadi gini rin, ini kan mau ada lomba fotografi kategorinya ada fotografi monokrom sama foto makro. Kan kamu suka foto-foto monokrom itu kan. Nah rencananya kita mau ngajukan kamu, sama Juna buat jadi satu tim. Kamu yang monokrom, Juna yang foto makro. Gimana?" tawar guru itu
"Umm.. Junanya gimana pak? Sudah di konfirmasi?" tanya Irene, agar ia bisa mendapat alasan untuk tidak ikut.
"Sudah malah yang menyarankan kamu itu Juna." jawab sang guru mantap.
"Ah oke, skak mat." batin Irene. "Iya pak saya tanya orang tua dulu." ujar Irene beralasan, "oke rencana B. Awas aja kamu Jun. Kelar kamu."  Irene mengomel dalam hati. Ia pamit kemudian keluar dari ruangan itu. Ia berjalan penuh emosi pada Juna.

---

   Irene sampai di depan kelas Juna. Pas sekali, Juna sedang membuang sampahnya.
"JUNAAA!!! Apa-apaan sih kamu nyaranin aku ke Pak Rokhim?!" omel Irene sesampainya di hadapan Juna. Namun, Juna hanya tertawa tak jelas.
"Udahlah hasil foto kamu bagus loh." puji Juna sambil cengar-cengir tak jelas. Irene memajukan mulutnya kesal.
"Oke fine sekarang dia mau ngapain lagi dasar kutu curut." omel Irene dalam hati. Ia tahu apa motif Juna sebenarnya. Mencari kesempatan dalam kesempitan. Karena pada dasarnya yang namanya cinta itu sering muncul dimana-mana dan kapan saja. Irene hanya pasrah mengahadapi pengagumnya itu.

>>>>>>>>>>>>

Uyeeh udah yang kedua 🎉🎉 kelanjutannya kira-kira jadian gak ya 😂 oke ikuti terus dan jangan ketinggalan voment-nya yah.  Makasii ❤

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang