11

5K 361 9
                                    

Rencanaku hari ini harus berhasil, kak Rafa.. kau tunggu pembalasanku ya?!

Aku sedang berada di kantin sekarang, berdiam diri sambil menatap monster beruang itu. Dia sedang makan di pojok kantin, sendirian,tanpa ekspresi. Aku pun segera menghampirinya.

"Boleh aku duduk disini?" tanyaku sambil tersenyum manis, ia melirik kearahku.

"Itu kursi umum." jawabnya datar, sungguh menyebalkan. Apa dia tidak ingat kalau waktu itu dia sudah lancang menciumku?!

"Jadi, bolehkan?" tanyaku memastikan, namun ia tidak menghiraukanku. Dengan begitu, aku langsung menggambil posisi duduk disampingnya.

"Apa kau selalu makan sendirian?" tanyaku berusaha mengalihkan perhatiannya, dengan perlahan tanganku sudah mulai membuka resleting tas milik kak Rafa.

"Ya."

"Apa kau tidak merasa kesepian? Kau butuh teman?" tanganku masih meraba – raba setiap benda yang kupegang, dan.. HAP! Kudapatkan benda itu, segera kumasukan kedalam saku jaketku.

"Tidak."

"Hm baiklah, kurasa sebentar lagi kelasku dimulai, sampai jumpa , kak?" aku segera meninggalkan kak Rafa dan tak lupa aku mengucapkan ucapan selamat tinggal. Dia hanya menatapku malas.

Aku tersenyum bangga dengan apa yang kudapatkan, hari ini kuputuskan untuk melakukan misiku dengan sempurna, jadi aku tidak masuk kelasku sama sekali hanya untuk mengikuti dan mengamati kak Rafa.

Hingga tiba saatnya, kak Rafa pergi ke tempat yang sudah kutunggu – tunggu. Ia ke parkiran dan berhenti di depan mobil merah yang kuyakini adalah mobilnya. Aku yang daritadi bersembunyi di semak – semak, melihatnya yang sedang kebingungan mencari sesuatu. Baiklah, kurasa sekarang waktu yang tepat untuk menghampirinya.

"Mencari sesuatu?" tanyaku padanya. Kak Rafa menatapku curiga

"Pasti kau!"

"Eitss, baiklah aku tak perlu berbasa basi lagi. Jika kau menginginkan kunci mobilmu kembali, kau harus mengantarku pulang." Ucapku sambil menimang – nimang sebuah kunci di tanganku.

"Benar - benar licik."

"Jadi, deal?"

.

.

Sesuai dengan rencanaku, kak Rafa menerima tawaranku. Awalnya kupikir dia akan meninggalkanku setelah mendapatkan kuncinya, tapi nyatanya tidak. Kak Rafa benar – benar menepati janjinya. Dia mengantarku pulang.

Sepanjang perjalanan, aku memberikan banyak pertanyaan tentangnya, namun tak satupun yang dijawabnya. Walaupun begitu entah mengapa aku merasa senang, berbeda dengan kak Rafa yang dari raut wajahnya sudah terlihat tidak bersahabat.

"Itu rumahku." ucapku sambil menunjuk letak tempat kediamanku.

"Cepat turun." ucapnya malas, aku melirik kearahnya sambil memikirkan cara agar dapat membawanya masuk ke dalam rumahku. Ya tentu saja, kalau aku tidak bisa membawanya masuk kedalam rumahku itu sama saja usahaku dari awal sia – sia.

Bagaimana ini?? Ayo otakku, ayolah bekerja!

Emm, AHA!

Semoga saja caraku kali ini berhasil membawanya masuk ke rumahku.

"Hei, jangan pura – pura pingsan. Cepatlah kau turun." Ya, aku memang pura – pura pingsan. Tadi aku sengaja membenturkan kepalaku ke bagian pintu mobil, walaupun sakit sekali tapi dengan begitu aku bisa berpura – pura pingsan.

"Cepat! Kalau kau tidak turun aku akan membuangmu di jalan." aku masih saja enggan untuk bangun dari posisiku yang pura – pura pingsan. Tapi, bagaimana kalau dia benar – benar membuangku dijalan? Tapi aku tidak boleh menyerah, aku harus membawanya masuk ke rumahku agar rencanaku sempurna.

Sayup – sayup aku mendengar kak Rafa membuka pintu mobil, sepetinya dia keluar dari mobil. Apa dia berniat untuk membuangku? Tak lama, pintu disebelahku terbuka. Kak rafa menggendongku ala brydal style, badanku terangkat sempurna digendongannya. Apa sekarang dia bersungguh – sungguh ingin membuangku?

Aku berusaha mengintip sekilas, tapi ternyata kak Rafa tidak sungguhan membuangku. Dia malah menggendongku masuk ke rumah, dan oppalah yang membukakan pintu. Oppa sepertinya sedikit panik melihat aku pingsan, sangat terdengar dari cara bicara oppa. Oppa pun menyuruh kak Rafa membawaku ke kamar. Bagus oppa, dengan begini aku akan lebih mudah untuk menakhlukan kak Rafa.

Kak rafa membawaku menuju kamar, ia tidak kesulitan sedikitpun walaupun harus menggendongku sambil menaiki tangga. Wow, aku sedikit merasa bersalah karena sudah merepotkannya. ia membuka pintu kamarku, namun tak lama tubuhku serasa dilempar dengan kasar ke tempat tidurku.

"Apa kau sudah selesai berpura – pura?" ucapnya datar. Aku pun membuka kedua mataku dengan perlahan. Oh Tuhan, hampir saja aku berteriak sekarang. Bagaimana tidak, wajah Kak Rafa benar – benar tepat berada di depanku. Dan itu membuatku sedikit salah tingkah. Semoga saja dia tidak menyadarinya.

"Ja-jadi kau me-mengetahuinya?" tanyaku sedikit gugup. Haduh, gawat bisa – bisa dia tahu kalau aku salah tingkah.

"Kau pikir aku bodoh? Kau pasti sengaja."

"Benarkah? Lalu apakah kau menyesal datang kesini?" tanganku kukalungkan ke leher kak rafa. Membuat jarak kami semakin dekat, jangan tanya kenapa aku melakukan hal ini. Aku ingin membuatnya tunduk kepadaku, aku tau caraku salah tapi kurasa merayunya adalah jalan terbaik.

"Apa kau mencoba merayuku? Aku tidak akan terpengaruh." Ucapnya santai, dia melepaskan tanganku dan berjalan ke arah jendela. Sialan! Aku gagal, dan kenapa sekarang aku malah terlihat seperti orang murahan?

"Oke, aku mengajakmu kesini hanya ingin menanyakan sesuatu. Ku kira kita perlu waktu untuk bicara berdua. Anggap saja yang tadi sebagai salam perkenalan." Alibiku, aku sungguh kehilangan akal. Rencanaku untuk menakhlukannya dengan cara merayunya gagal total.

"Apa maumu?"

"Baiklah aku akan mengatakannya. Aku ingin kau menjadi bodyguardku. Kau tau kan, aku ini seorang model majalah terkenal? Aku tidak suka jika saat aku sendiri banyak orang orang yang akan mengganguku." Jujur aku memang menginginkan kak rafa menjadi bodyguardku, kurasa akan menyenangkan dikawal oleh seorang lelaki tampan yang aneh.

"Tidak mau. Apa peduliku?"

"Ayolah kumohon. Aku akan berikan apapun yang kau mau jika kau mau menjadi bodyguardku." Aduh kenapa malah begini, ini sungguh jauh dari ekspetasiku sebelumnya. Kenapa malah aku memohon seperti ini padanya? GAYO KAU INI KENAPAA!!

"Em, siapa namamu?"

"Apa kau tidak mengingatnya? Gayo. Namaku Gayo Makamoto!" jawabku semangat. Menyebalkan, bagaimana bisa dia mengingat namaku. Seharusnya dia mengingat nama orang yang sudah diciumnya!

"Baik, mulai sekarang aku akan menjadi bodyguardmu."

"BENARKAH?"

"Baiklah, sampai jumpa." Kak Rafa berjalan ke arahku. Dia mencubit pipiku dengan keras dan pergi begitu saja.

"AWWW! HEI KAUUU DASAR BODYGUARD KURANG AJAR!!" teriakku sambil melempar bandal ke arahnya. Dia menghindar, sial!

"Kalau begitu, pecat saja aku." Ia keluar dari kamarku, sepertinya dia mau pulang. Dia tersenyum sekilas.

Tunggu. Apa barusan dia tersenyum?

Kepadaku?

G & G [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang