"Hei bocah! Apa yang kau lakukan pada rumput di sebelah situ? Kenapa kau gunduli semua? Dasar bodoh!" Kak Rafa menjitak kepalaku. Uh, dasar Menyebalkannn!!
"A-anu. Dari tadi memang sudah begitu kok. Bukan aku yang melakukannya."
"Ish! Kau ini. Ikut aku!" dia menarikku secara paksa dan membawaku entah kemana. Entah apa lagi yang akan dilakukannya padaku. Ya Tuhan aku sudah lelah...
Ku ikuti kemana kak Rafa akan membawaku.Tanganku masih ditarik paksa dan kakiku kewalahan menyamai langkah kakinya yang jenjang itu. Perbedaan tinggi kami cukuplah jauh, aku hanya sejajar dengan dada bidangnya itu. Aku bukannya pendek, tapi manusia menyebalkan ini lah yang terlalu tinggi.
"Loh, Loh... untuk apa kita ke sini kak?" firasatku mulai tidak enak. Untuk apa dia membawaku ke toilet? Kurasa hukuman kali ini akan lebih menyebalkan dan tidak pantas aku terima.
"Tentu saja kau akan menerima hadiah kecil dariku."
"Ha-hadiah? Di-sisini? Hei kau, jangan bercanda bodoh! Aku ini seorang model majalah terkenal di Jepang. Aku ini orang terkenal dan kau ingin menghukumku apalagi hah?!"
"Ya aku tau. Dan ingatlah satu hal, kau sekarang di Indonesia bukan sedang berada di Jepang."
"Tapi kau tau aku seumur-umur tidak pernah terlibat dalam urusan bersih---"
"Bisakah kau tenang? Kau terlalu banyak bicara." ucapanku dipotong lagi untuk ke sekian kalinya. MENYEBALKAN!!
"Kau. Kau yang memulainya! Dasar sialan! Aku tidak peduli kau senior atau apalah kau—"
BRUK. Tubuhku di dorong ke dinding olehnya, dan tiba-tiba saja kak Rafa mencium keningku. Aku terdiam seketika.
"Uh?" A-apa dia baru saja menciumku?
"HEI KAU! Kau! A-apa yang kau lakukan!" teriakku histeris, aku yakin wajahku sekarang pastilah susah memerah karena malu. Tentu saja aku sangat sensitif dengan kejadian semacam tadi. Aku ini kan GAY! -_-
"Aku hanya ingin menenangkanmu. Kau terlalu berisik dan sekarang malah semakin berisik. Baiklah, cepat bersihkan toilet ini. Aku akan mengawasimu. Dan awas jika kau berisik lagi, akan kupastikan kau akan menginap di sini sampai besok."
"Tapi, bagaimana cara aku membersihkan ini?" tanyaku kikuk, jujur saja aku masih berusaha mengontrol detak jantungku yang mulai tidak karuan.
"Disitu ada alat-alatnya." kak Rafa menunjuk peralatan yang terletak di sudut toilet. "Kau tentu tau cara membersihkannya bocah, jadi tidak usah berpura-pura." ucapnya sambil berlalu keluar.
"HIH.. si sialan itu benar – benar keterlaluan. Bagaimana bisa dia menyuruh model terkenal sepertiku membersihkan tempat menjijikan seperti ini?" aku pun segera berjalan menuju wastafel untuk mencuci tanganku. Saat aku memutar krannya tidak ada air yang keluar, sepertinya macet. Karena kesal, aku memutar keran itu dengan sangat kuat.
"AAAAA TOLONG!" aku berteriak kencang. Aku tidak sengaja mematahkan krannya. Sehingga airnya keluar sangat deras dan tidak bisa berhenti sampai – sampai membasahi bajuku. Bagaimana ini??
"Apalagi?" ucap kak Rafa malas.
"Kakk! Cepat kesini tolong aku. Kran air ini rusak dengan sendirinya." Ucapku panik. Tentu saja aku panik, bagaimana kalau aku disuruh membayar tagihan air? Uang bulananku belum di transfer.
"Astaga! Apalagi yang kau perbuat. Kau ini benar-benar!" kak Rafa segera mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. Aku tidak tau siapa yang dia telpon, karena sekarang aku sangatlah panik.
"Kak, maafkan aku." Aku menunduk, berusaha sekuat mungkin agar tidak menangis. Ya, aku memang selalu ingin menangis saat sadang panik. Dan aku tidak suka itu, karena aku tidak mau dianggap lemah.
"Sudah diamlah."
"Ini semua salahmu. Aku kan sudah bilang aku tidak bisa. Aku tidak bisa mengerjakan pekerjaan seperti ini. Kenapa kau hiks... kau terus saja menyuruhku ini dan itu. Apa kau membenciku? Hiks.. hiks Aku akan pergi jika kau menginginkannya." aku mulai menangis, sungguh memalukan. Aku sudah berusaha menahannya, tetapi tetap saja tidak bisa.
"DIAMLAH!" kak Rafa berteriak ke arahku. Dia menatapku tajam, aku yang ketakutan semakin tidak dapat mengendalikan tangisanku. Aku sungguh tidak suka jika ada orang yang meneriaki-ku seperti itu.
"Hiks.. hiks.. hikss.." aku menunduk dan benar –benar merasa ketakutan. Namun tak lama pelukan hangat kurasakan. Kak Rafa memelukku, dia mengangkat daguku dan dia melumat bibirku. Aku memejamkan mata, berusaha mencerna apa yang sedang kami lakukan. Kak Rafa melepaskan ciuman kami.
"Kau sudah membuatku melakukannya. Tidak bisakah kau tidak bertindak bodoh?" ucapnya, entah mengapa aku merasa dia berubah menjadi lembut.
"A-ano. Em.. kenapa kau melakukan itu?" tanyaku kebingungan, tapi kak Rafa tidak menjawab pertanyaanku sama sekali. Dia malah pergi keluar dan meninggalkanku.
"Heiii tunggu. HEI KAKKKKKKK!!"
..
Aku pulang dengan wajah muram. Oppa yang menyapaku hanya ku balas seadanya. Aku langsung memasuki kamarku dan berteriak kesal seperti orang gila."Hahhh senior macam apa dia?"
"Pertama, dia memelukku. Dan kedua, dia mencium keningku. Ketiga dia mencium bibirku. Dan yang keempat, dia meninggalkanku!"
"Apa maksud dari ini semua??"
"KURANG AJAR!!! MONSTER SIALAN KURANG AJAR!!!!! AKU BENCI DIA AKU BENCI!"
"Lihat saja akan kubalas kau Rafa sialan!"
Akan ku buat Rafa tunduk padaku. Dia akan menyesal karena sudah berani-beraninya mencuri first kiss ku. Memang sih, aku cukup senang karena first kiss ku bersama orang tampan tapi tetap saja dia orang yang sangaaat menjengkelkan. Aku harus bisa memberi pelajaran pada monster beruang itu.
***
Hai gaiz. Long time no see wkwk.
Kangen gua gak? Pasti kagak.
Yaudahlah gapapa :vSori bat gua apdet uda kaya nunggu lebaran gini, lama banget yak?
Sebenernya gua lagi ribet - ribetnya sekarang, banyak tugas bouss..
Udah ngetik lama sih sebenernya, tapi males apdet.
Yaudah gini jadinya, apdet sampe end.Seneng kan?
Jadi gak nunggu2 lagi.Bae gua mah.
Tapi satu pesen gua, jan bully gua apapun hasil ini. Emang dari awal ni cerita ude absurd. Mau endingnya gasesuai ekspetasi dan harapan mohon maap.
Pantengin ampe end yak?
Jan lupa vomment juga wkwkKhapp, enjoykeun lurr :v
KAMU SEDANG MEMBACA
G & G [COMPLETED]
Rastgele[BOYXBOY] [PRIVATE] Juli2016 - Maret2017 Hai, kalian mau dengar ceritaku? Mungkin ini adalah rencana Tuhan, aku bisa mengenal dan menjadi sahabatnya. Bahkan aku diam-diam mulai mencintainya. Dia bukanlah tipe orang yang mudah ditakhlukan. Sampai saa...