goblin 5

2.9K 106 1
                                    

Selama perjalanan pulang, Shin terus berkosentrasi menyetir tanpa memperdulikan Eun Tak. Suasana jadi canggung dan Eun Tak meminta diturunkan saja di sekitar sana. Dia tahu area disekitar hotel.

“Baiklah kalau begitu.” Shin menyetujuinya tanpa bilang apa – apa lagi. Eun Tak cukup kecewa karenanya.

Sesampainya di rumah, Shin kembali membayangkan senyum Eun Tak. Tapi tiba – tiba dadanya terasa sakit, dia sampai terduduk ke lantai menahan rasa sakitnya.


Sedangkan Eun Tak masih dalam perjalanan pulang sambil mendengarkan radio. “Hidup adalah campuran dari berbagai genre. Genre apa yang kau punya hari ini? Komedi romatis? Aneh tapi kisah fantasi yang indah? Atau bahkan kisah sedih?”

Terdengar suara decitan dari headset yang digunakan oleh Eun Tak. Eun Tak menyadari keanehan itu kemudian mengedarkan pandangannya. Di jalan tak jauh darinya, ada seorang gadis yang tengah menatapnya. Eun Tak menyesal kemudian bergegas pergi.

Namun Arwah itu muncul lagi tepat dihadapan Eun Tak.

“Bisakah kau tidak seperti ini? Bicaralah seperti orang normal. Kau hanya membuatku ketakutan.” Rutuk Eun Tak.

Arwah itu meminta maaf, dia hanya ingin meminta bantuan pada Eun Tak untuk mengisi kulkas dirumahnya. Dia baru saja meninggal dan ibu sibuk mengurusi upacara kematiannya. Dia khawatir kalau Ibu sedih saat melihat kulkasnya kosong.

Eun Tak sedih karena tidak bisa membantu, dia tidak punya uang. Tapi... Ah.. dia tahu apa yang harus ia lakukan.


Dia sudah berada di kos Arwah gadis tadi kemudian mengisi kulkasnya dengan minuman dan makanan. Melihat kamarnya yang berantakan, Eun Tak pun sekalian membereskan selimut dan buku – bukunya.

Hantu itu sangat senang “terimakasih.”

Eun Tak menjawab ucapan terimakasih itu dengan senyuman tulus.

Tak berselang lama, Ibu dari arwah itu datang ke kamar kosnya. Memeriksa kamar peninggalan anaknya yang rapi dengan kulkas yang terisi penuh. Dia menangis sedih atas kepergiannya.

Arwah gadis itu rupanya ada disana pula, ia ikut menangis melihat sang Ibu menangis.

Kini Arwah itu sudah duduk dihadapan Wang Yeo dengan mangkuk minuman penghilang ingatan. Dia masih tertegun memandangi mangkuk tersebut. Wang Yeo memintanya untuk meminumnya sebelum dingin. Dia sudah melakukan hal yang baik selama hidupnya.

Gadis itu pun meminumnya sembari meneteskan air mata.


Sunny masih terus menanti dijembatan tempatnya bertemu dengan Wang Yeo. Dia sudah menanti lama namun dia belum muncul. Akhirnya ia berniat untuk pulang tapi langkahnya langsung terhenti saat melihat Wang Yeo berdiri tidak jauh dari sana.

Sunny menghampirinya “Apa ini kebetulan? Kalau aku tidak. Kenapa kau tidak menelfon? Aku menunggumu. Kau bilang kau akan menelfon.”

“Aku akan menelfonmu. Sekarang.” Ujar Wang Yeo bergegas pergi.

Sunny menahannya, kemana dia mau pergi? Mencari telfon umum?

Bukan, Wang Yeo berniat pulang ke rumah karena ponselnya ada disana. Dia akan menelfon Sunny. Sunny mendesis gila karena cara pikir Wang Yeo yang apa banget itu. Dia mengajaknya untuk pergi ke coffe shop saja ketimbang menelfonnya sekarang.


Wang Yeo terus menunduk menyedot minuman diatas meja tanpa melakukan percakapan sama sekali. Dia diam menghabiskan bergelas – gelas kopi sedangkan Sunny masih menatapnya dengan keheranan. Ia mengetuk mejanya kemudian bertanya apakah dia akan terus begitu? Matahari sudah tenggelam.

goblinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang