Flirts #1: Gadis di Titik Nol

10.3K 220 4
                                    

SHILLA

PANAS-panas begini asyiknya minum es kelapa muda sambil ditemani bang Bieber yang berselonjoran di pinggir pantai. Tapi kenapa nasib gue naas begini? Gue disuruh Alys and the club (cewek-cewek gila yang mau diperdaya seorang PK bernama Cakka) berjemur di depan Museum Bahari. Konon katanya ini adalah titik nol Jakarta.

Jadi ceritanya begini, setelah kemarin gue (dipaksa) menyetujui ide gila Alys and the club (jadi penggodanya Cakka). Padahal ngebayangin aja gue ngeri! Gimana gue nggak ngeri? Gue yang masih perawan ting-ting begini mau dengan sukarela dimasukan ke dalam kandang singa yang gue aja nggak tau buasnya kayak apa. Yang pasti sangat buas sampe berhasil screw sama empat belas cewek! Prok...prok...prok. Pasti pengalamannya menaklukan cewek sangat tinggi. Gimana kalau gue takluk sama dia? Dan nyerahin punya gue juga dengan sukarela sama singa itu? Oh no! Shilla ingat Shilla! Lo masih waras lo bisa kendalikan permainan ini.

Oke, begini ide gila pertama mereka. Gue di suruh nunggu sama mereka di depan museum ini. Dan mereka berusaha buat unyu momen buat gue dan si Cakka--singa itu. Tapi sebelumnya nanti mereka bakal sewa peramal yang bikin Cakka percaya kalau cinta sejatinya itu ada di titik nol. Mereka juga udah kerja sama dengan beberapa teman (yang lumayan) dekat dengan Cakka. Buat ngadalin Cakka kalau mereka juga ikut percaya dengan ramalan itu peramal. Mereka pokoknya bakalan buat sampai Cakka benar-benar ke titik nol nemuin gue. Dan gue... Tentu saja di suruh berjaga di depan museum ini sambil membawa-bawa kamera DSLR gue. (Ceritanya nanti gue bakal pura-pura ketabrak sama dia, trus kenalan dan siapin PDKT--klise banget kan? ). Katanya mereka nanti kalau mereka sudah ngasih aba-aba gue masuk dan langsung cari replika kapal pinisi yang mereka kirim gambarnya ke gue.

Tapi.... Sampe sekarang pun gue menunggu. Aba-aba gue belum adapula. Padahal gue udah dari tadi pagi lho di sini. Mana bolos kuliah lagi demi permainan gila dan tolol Alys and the club. Tahu gitu gue kemarin-kemarin nggak ikut-ikutan Alys ke club-nya. Kan jadinya nggak berujung penderitaan kayak gini... Hupfh...

Sekitar 10 menit setelah gue komat-kamit nggak jelas. Android gue bunyi tanda sms. Gue segera membukanya.

Alys:
Shil... Singa masuk lobang. Dia udah masuk ke dalam museum. Lo masuk juga dan cari kapal yang kita bilang ya. Nanti di belakangnya ada cowok pake jersey real madrid sama skinny jeans warna coklat itu singa. Lo pura-pura motret sambil mundur dan jalankan rencana. Oke.

Shilla:
Siap laksanakan!

Gue mengembuskan napas sebelum melangkah masuk ke dalam museum.

*^*

Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang sampai merauke. Itu yang gue kutip dari wikipedia. Habisnya gue belum pernah ke sini. Gue cuma pernah dengar sih. Tapi belum pernah kemari.
Gue menghempaskan pandangan ke kiri dan kanan banyak sekali perahu/kapal baik replika, miniatur maupun yang benar-benar kapal. Mata gue tertumbuk pada lelaki yang berdiri dengan bingung memandangi yang ada di sekitarnya. Pakaiannya jersey...celananya... Ah! Tidak salah lagi itu dia!
Dan di depannya ah... Itu replika kapal pinisi. Cepat-cepat gue mendekat sebelum singa itu melihat kalau gue sengaja. Setelah itu gue pajang tampang bak fotografer yang membidik obyeknya dengan profesional.

Cekrek! Satu bidikan berhasil.

Gue mulai mundur-mundur dan mundur. Sambil mata gue masih berada di depan lens kamera.

Eh...eh tapi gue udah mundur-mundur kok belum tabrakan ya sama dia?
Trus gue mundur... Lo? Lo? Lo? Mana dia?!!!!
Dan... Baru saja gue mau balik belakang buat ngeliat dimana posisinya. Muka gue tertumbuk pada sesuatu yang kekar dan keras. Gue buka mata gue dan melihat sebuah dada yang bidang di depan gue dengan wangi musk yang menggoda. Dan bikin gue hilang keseimbangan dan....

“Eh... Eh,” katanya ikutan panik.

Dia lalu memegang tangan gue. Dan nggak tahu kenapa dia juga hilang keseimbangan, oleng dan...

Bruuuukk!!!

Jatuh di atas gue.

Cup!

Damn!

*^*

CAKKA

Nggak ada seorang pun yang buat gue percaya sama ramalannya peramal entah sehebat apapun dia. Tapi berkat hasutan teman-teman gue yang memang sih gue harus pertimbangkan. Akhirnya di sinilah gue. Museum Bahari.

Oh ya gue belum cerita. Tadi agak siangan pas gue ngabisin mata kuliah gue untuk hari ini. Tiba-tiba nggak ada angin, nggak ada hujan di lapangan basket rame. Gue kira kan ada apaan trus gue mendekat. Eh... Ternyata Mak Eroth si peramal yang terkenal seantero dufan (?) Ada di tengah-tengah lapangan basket sambil meramal. Sial!
Gue berniat aja buat balik. Eh... Tapi gue malah dipanggil Mak Eroth itu. Awalnya gue ogah-ogahan. Eh malah ada yang teriak "pecun" ke gue. Apa? Gue pecun? Lo kali!
Gue akhirnya tertantang dan mendekat ke arah Mak Eroth. Setelah tiba di depan Mak Eroth gue langsung ngasih tangan gue. Dan beginilah ramalam Mak Eroth.

“Gadis di titik nol...” Katanya (sok) misterius.

“Apa maksudnya Mak?” Tanya gue kebingungan.

“Iya, gadis di titik nol. Jodoh kamu,” katanya lagi.

“Jodoh gue?” Gue semakin bingung.

“Iya dari garis tangan kamu. Sebentar siang kalau kamu mau mengikuti takdir, kamu akan ketemu sama seorang gadis di titik nol yang merupakan jodoh kamu,” kata Mak Eroth.

“Titik nol dimana ya? Monas?” Tanya gue rada-rada tulalit sih sebenarnya sama perkataan Mak Eroth.

“Bukan. Di Museum Bahari. Berdirilah di depan lukisan bahari nusantara. Tunggulah. Gadis itu akan datang menemuimu dengan kameranya,” kata Mak Eroth lagi.

Ah makin ngaco nih. Gue sih sebenarnya masih nyantai men. Gue belum niat buat ketemu jodoh gue. Apalagi nikah! Men... Gue masih kuliah. Lagipula gue masih senang dengan hidup gue saat ini. Gaul sana sini. Terutama having sex dengan pacar-pacar gue. Eit... Gue itu baru having sex belum making love. Making love gue bakal gue simpan buat isteri gue. Buat kita sama-sama buat anak nanti. Oke. Tinggalin. Balik ke Mak Eroth yang kata-katanya makin ngelindur. Gue akhirnya dengan terpaksa lepas tangan gue dari Mak Eroth dengan kasar.

“Gue belum mau nikah!”

Gue berjalan menyusuri koridor kampus gue. Dua orang teman gue, Setya dan Fauzy menghampiri gue sambil menepuk bahu gue.

“Lo nggak percaya sama Mak Eroth Kka?” Tanya Fauzy.

“Never!” Kata gue.

“Hm... Tapi biasanya ramalan Mak Eroth itu bener lo Kka. Lo nggak mau emangnya liat jodoh lo?” Tanya Setya.

“Belum sekarang Setya. Gue masih suka screw sama macam-macam cewek! Gue masih mau cari experience lha,” kata gue sambil mengeluarkan Lucky Strike dari dalam saku gue lalu segera menyulutnya dengan korek yang gue minta dari Fauzy.

“Dari kata-kata lo kayaknya lo ada percaya sedikit deh Kka sama kata-kata Mak Eroth tadi,” kata Fauzy.

“Siapa bilang? Gak sama sekali,” gue menyangkal.

“Coba aja kali Kka lo ke sana. Siapa tahu lo dapet cewek buat lo screw lagi kan di sana. Siapa tahu beneran cewek itu jodoh lo. Ya... Nggak apa-apa kan lo liat dulu nanti takdir yang menentukan kalian gimananya,” kata Setya.

Gue agak berpikir. Perkataan Setya yang "dapet cewek buat lo screw lagi" malah yang menarik perhatian gue. Siapa tahu! Tapi gimana kalau yang datang model Pretty Asmara yang badannya segede gajah? Atau terlalu ceking? Yang wajahnya standard abitch? Gimana dong?

“Kata lo kan Kka lo suka tantangan. Siapa tahu gadis di titik nol ini tantangan buat lo,” kata Fauzy yang berhasil merubah pikiran gue.

Catch it!

*^*

Dan akhirnya gue menyesali keputusan gue berada di museum ini. Gue tampak bodoh dengan menatap perahu/kapal dan sebagainya yang ada di museum ini. Masa sih ada gitu cinta sejati dipertemukan di museum kapal-kapalan kayak gini. Apa? Cinta sejati? Ralat maksud gue yang katanya "jodoh".
Akhirnya dengan langkah malas gue menyusuri museum ini mencari lukisan bahari nusantara yang dikatakan Mak Eroth.

Gue celingak-celinguk. Belum tampak seorang "gadis" di sini. Adanya ibu-ibu yang tampangnya kayak perahu usang. Serta bapak-bapak yang keningnya berkerut karena kebanyakan mikir. Duh... Dimana sih? Apa gue dikibulin ya?

Kalau bukan karena perkataan Fauzy dan Setya yang menghasut gue kemari... Mana mau gue terlihat tolol di sini.
Akhirnya... Gue mutusin menyudahi kebodohan ini.

Baru saja gue berbalik. Gue lihat cewek yang mundur-mundur ke arah gue. Rambutnya sebahu. Dengan tubuh yang ramping namun terlihat padat. Dan tentu saja bokong yang menonjol di balik rok pendek spandex-nya. Terlihat sangat juicy... Saat ia hampir mendekati gue, gue mundur satu langkah. Tiap kali begitu. Sepertinya dia keasyikan memotret sampai nggak sadar hampir nginjek kaki gue.
Namun saat gue hampir menyentuh dinding dan tidak ada lagi tempat untuk mundur. Gadis itu berbalik dan mendapati dada gue. Jarak kami cuma sekitar 4 cm. Kelihatannya ia shock. Dan langsung kehilangan keseimbangan. Gue menahannya supaya nggak jatuh. Alih-alih menahan, gue malah tergait kaki meja yang letaknya cuma 2 cm di samping kaki gue. Dan gue pun ikut jatuh...

Di atas dia...

Dan...

Shit! Bibir gue sama bibir dia menempel.

Bibir yang berwarna merah jambu. Gue yakin tanpa polesan lipstick/lipbalm/lipgloss atau apapun itu tampak natural. Gue tatap matanya yang melotot kaget.

As a badboy, gue nggak nyia-nyiain kesempatan ini! Gue langsung cecap aja bibirnya itu. Hm... Juicy... Kayaknya dia nggak ngasih respon. Nggak menolak juga nggak menerima. Gue gigit bibir bawahnya.

“Awh---” rintih gadis ini tertahan dan gue langsung ngambil peluang ini membuat akses biar lidah gue bisa masuk.

Gadis ini masih belum merespon ciuman gue. Well... Jangan panggil Cakka kalau gue nggak bisa buat wanita berkutik dan bertekuk lutut minta gue nyium mereka lagi. Gue segera membuainya dengan ciuman yang lembut. Gue bisa merasakan badannya dibawah gue gemetar. Good! Cakka! A stranger beautiful girl.
Dan saat gue udah mulai merasakan bibirnya membalas ciuman gue.

Sebuah blitz menyala menggagalkan semuanya!

“Catch Ashilla! Lo bisa di coret dari keluarga Brahmanawija kalau ketahuan berbuat mesum sama cowok di museum kayak gini,” kata sebuah suara--tentu suara cewek.

Gadis ini kaget bukan main dan segera mendorong tubuh gue. Ia menatap gue dengan tatapan shock. Lalu melotot ke arah gadis yang take picture dengan kamera DSLR-nya saat gue lagi nyium gadis ini.

“Arcilla,” sebutnya dengan tampang shock setengah mati.

“Sori ganggu. Lanjutin aja, gue mau kasih foto ini ke bokap,” katanya dan langsung ngacir ninggalin gue dan gadis yang dipanggil Ashilla ini.

Ashilla segera berdiri dan hendak mengejar gadis yang disebutnya Arcilla itu. Sebelumnya berbalik sebentar menatap gue. Lalu kemudian dengan mimik yang nggak bisa dijelaskan meninggalkan gue.

“Ashilla, gadis di titik nol,” gumam gue sambil mengelap bibir gue. Gue tersenyum kecil. Manis juga, rasanya seperti warnanya. Rasa jambu.

Sekilas gue teringat sama perkataan Mak Eroth. Hm... Ashilla jodoh gue? Tapi... Gue teringat pada Arcilla yang membawa "kamera" juga. Jadi? Jodoh gue Ashilla atau Arcilla? Hah?!

Ah... Persetan! Gue ngambil Lucky Strike gue dan menyulutnya lalu melangkah pergi.

Setidaknya gue dapet sedikit makan siang tadi ;)

***

BADBOY'S SEDUCTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang