"Eh bagi permennya, Bin!"
"Ogah!"
Dan bentakan Moonbin pada Eunwoo diikuti oleh teriakan kesakitan, karena kaki kirinya yang terkilir terbentur kaki meja. Hukum karma, mungkin?
"Sukurin, makanya jangan pelit!"
Eunwoo mencibir lalu duduk dibangkunya yang berada disamping Moonbin. Moonbin memutar matanya dan duduk bersandar pada kursinya.
"Kampret lo, Nu!"
"Pasti dari pujaan hati lho ya itu."
"Eh! Moonbin punya gebetan?!"
Tanpa diduga Chanwoo muncul dari balik punggung Eunwoo. Moonbin menatap tajam ke Eunwoo. Namun cowok berambut hitam itu berlagak tak merasa sama sekali. Ia tenggelam pada novel dihadapannya.
"Kok lo gitu, Bin. Kita kan udah sahabatan sejak kelas satu SD."
Chanwoo memasang wajah pura-pura sedih. Moonbin hanya menatapnya malas. Saat tangan Chanwoo secara diam-diam hendak mengambil satu permen cokelat di atas meja Moonbin, Moonbin dengan sigap menepisnya kasar.
"Ngga usah pegang-pegang!"
"Dih galak. Beneran dari gebetannya ya, Nu?"
"Iya, nanti gue kasih tunjuk anaknya yang mana."
"HEH CURUT! UANG JAJAN SEMINGGU GUE BUAT TUTUP MULUT LO JADI GA BERARTI DONG?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sticky Note // Moonbin
Teen FictionMoonbin kebingungan mencari diktat biologi mahal milik abangnya yang menghilang. Seingatnya, kali terakhir ia memegang diktat itu saat kelas Biologi di Ruang B. Akhirnya ia dengan harap-harap cemas menulis pesan singkat di sebuah sticky note warna b...