Melody menyandarkan kepalanya pada meja. Kepalanya pusing karena ia baru saja selesai mengerjakan uts matematika peminatan. Meski sejujurnya, bukan penyelesaian soal-soal irisan kerucut dan kawan-kawannya yang membuatnya pusing.
Seminggu ini ia berusaha keras menghindar untuk berpapasan dengan Moonbin. Dan mengacuhkan setiap pesan cowok itu di sticky note. Meski ia merasa begitu bersalah pada cowok itu.
Melody bahkan belum meminta maaf karena menabraknya. Dan justru cowok itu yang meminta maaf padanya. Meski ia tak tahu apa salahnya. Karena memang ia tak bersalah.
Diktat abang Moonbin sudah seminggu berada di lokernya. Ia ingin segera mengembalikannya, namun nyalinya sama sekali tak bersisa untuk bertemu langsung dengan Moonbin. Mana sopan bila diktat itu ia titipkan ke Dara. Yang ada Moonbin akan makin berpikir buruk tentangnya.
Yujin memandang prihatin sahabatnya yang sedang galau itu. Ia menghelas nafas lalu melangkah keluar kelas hendak membuang sampah. Tanpa disangka, ia menemukan sosok jangkung Moonbin yang berdiri didepan pintu kelas. Moonbin membuka mulutnya hendak berbicara, namun Yujin memotongnya.
"Nyari Melody, kan? Tunggu disini, gue panggilin."
Yujin bergegas memasukkan sampah plastik bungkus roti yang dimakannya tadi ke tempat sampah di bawah jendela lalu berlari kecil ke arah Melody, yang kini menenggelamkan wajahnya pada meja. Moonbin tersenyum tipis melihatnya. Ia lalu melangkah keluar dan bersandar pada dinding.
"Mel, dicari tuh. Katanya penting."
Melody mengangkat kepalanya malas-malasan. Dengan mata yang terlihat sayu.
"Siapa?"
"Ngga tahu, udah buruan!"
Melody lalu berdiri dan berjalan menuju pintu. Ia sempat kebingungan karena tak menemukan seorangpun di koridor. Sebelum akhirnya ia merasakan tepukan pada bahu kirinya dan menemukan sosok Moonbin yang bersandar pada dinding. Matanya melebar sesaat lalu setelahnya ia memandang ke segala arah agar tak bertemu pandang dengan Moonbin.
"Oh, diktat ya? Bentar, gue ambilin di loker."
Saat Melody hendak berlari menuju tempat lokernya berada. Moonbin menggenggam tangan kirinya. Cowok jangkung itu tersenyum tipis. Ia lalu berdiri tegak dihadapan Melody yang kini seakan telah kehabisan nafas.
"Ngga, gue kesini mau ngomong sesuatu."
Mata jernih Moonbin menatap tepat mata Melody.
"Besok pulang sekolah gue tunggu di parkiran."
"Huh?"
Melody hanya terperangah. Dahinya mengerenyit. Saraf telinganya menangkap suara Moonbin, namun otaknya tak mampu menerjemahkannya. Moonbin yang melihatnya hanya terkekeh pelan.
"Gue ngajak lo kencan, Ody."
Jempol kiri Moonbin lalu mengusap-usap kerutan di dahi Melody secara perlahan hingga kerutan itu menghilang. Lalu telapak tangan kirinya bergerak mengusap-usap puncak kepala Melody.
"Pasti otak lo masih linu ya, habis uts mat minat? Pokoknya besok pulang sekolah lo ngga boleh lupa ada janji kencan sama gue! Oh, bawa diktatnya ya jangan lupa!"
Melody mengangguk dengan telinga memerah. Ia tak dapat mempercayai bibirnya untuk merespon ucapan Moonbin. Karena sepertinya bibirnya akan bergetar. Bila tidak, mungkin suaranya yang akan mengkhianatinya karena tergagap.
Moonbin tersenyum lebar. Ia lalu mencubit pelan kedua pipi Melody dan melangkah pergi setelah mengecup ringan pipi kanan Melody.
"See you~"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sticky Note // Moonbin
Teen FictionMoonbin kebingungan mencari diktat biologi mahal milik abangnya yang menghilang. Seingatnya, kali terakhir ia memegang diktat itu saat kelas Biologi di Ruang B. Akhirnya ia dengan harap-harap cemas menulis pesan singkat di sebuah sticky note warna b...