Prolog 01

17 0 0
                                    


Galantis

Cinta bisa membuatmu menjadi penghianat.

Sir Vadrin Galantis tidak menyangka bahwa suatu saat dia akan menyebut Putri Lorena penghianat. Tapi dia tidak sanggup menahan kekecewaannya. Vadrin sudah bertugas melindungi Lorena sejak gadis itu masih balita. Dia menyaksikan sang Putri Mahkota tumbuh menjadi sosok yang dikagumi bukan hanya karena kecerdasannya, tapi juga kebaikan hatinya. Sampai 5 bulan yang lalu, Vadrin masih meyakini bahwa Lorena akan menjadi pemimpin yang mengembalikan kerajaan Yvithar ke kejayaannya. Bagaimanapun juga gadis itu sudah diramalkan sebagai cahaya yang membawa berkah untuk negerinya. Walaupun Sir Vadrin tidak terlalu percaya pada ramalan, tapi perilaku gadis itu selama 17 tahun ini sudah memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Semua kekacauan ini berakar dari pertemuan sang putri dengan murid asuhan Vadrin, Roan. Roan pemuda berusia 19 tahun. Dia anak yang baik, cukup cerdas, dan pelajar yang tekun. Sebelum tiba di ibu kota 2 tahun yang lalu, Roan adalah anak didik Sir Zeidah yang tinggal di kota paling ujung Selatan Yvithar. Ksatria tua itu mengaku menemukan Roan sebagai bocah sebatang kara yang kebingungan di tengah padang pasir. Andai waktu bisa diputar , Vadrin pasti akan mengirimkan pesan pada Zeidah untuk membiarkan bocah itu mati. Sehingga ketika bocah itu tumbuh dewasa dia tidak perlu repot - repot membawa serta Putri Lorena.

Ghibran

Aroma dedaunan busuk dan air payau yang menusuk membuat Ghibran Vesayaz mengerutkan hidung. 'Drama. Semua ini terjadi gara - gara drama payah yang dilakoni Putri Lorena dan Squire itu.' pikir Ghibran, melangkah sambil berupaya mencari petak tanah yang tidak terlalu lunak untuk sepatu bootnya. Bukannya dia peduli dengan sepatu itu, hanya saja perjalanan menembus rawa - rawa ini terasa konyol. Ghibran yakin semua orang merasa kesal, yang menangis tersedu - sedu sekalipun sebenarnya pasti juga menyimpan kekesalan pada sang Putri. Putri Lorena yang termasyur mati 5 bulan yang lalu. Tewas saat pedang Lord Alvon menembus perutnya. Ghibran tidak menyalahkan Alvon. Lorena lah yang dengan gegabah berpura - pura sebagai dirinya dan pergi menjawab tantangan duel tunangannya itu.

Pemuda itu sangat tidak suka kalau ada yang mengingatkannya tentang bagaimana Lorena membuatnya mabuk pada malam sebelumnya, sehingga sepupu tirinya itu dapat mencuri pakaian Ghibran dan menghadapi Alvon sebagai dirinya. Terlebih lagi kalau ada yang menyalahkannya atas kematian Lorena, walaupun memang seharusnya dia lah yang mati ditangan Alvon ; anggota keluarga kerajaan yang paling tidak penting, dikorbankan untuk menebus nyawa seorang squire yang dicintai sang Putri Mahkota. Ghibran lumayan menyukai Lorena, hanya saja dia tidak menyangka sang Putri akan bertindak segegabah itu. 'Dan lihat apa akibat dari drama ini'.

Burung - burung rawa berkaok diatas dahan pepohonan lebat yang dililit sulur - sulur. Seiring dengan tenggelamnya matahari, tempat ini menjadi semakin ricuh dengan bunyi - bunyian. Ghibran sangat tidak menyukai tempat ini, tapi dia tetap mempertahankan langkah ringannya. 'Setidaknya ada yang lebih menderita dibanding aku' pikir Ghibran dalam hati sambil memandangi belakang kepala Lord Alvon yang berjalan didepannya. Bangsawan muda itu terlihat suram dan penuh beban sejak 5 bulan yang lalu. Penampilannya yang dulu selalu rapi sekarang terkesan tidak terawat, rambut hitamnya kusam dan seperti tidak pernah menyentuh sisir selama berhari - hari.

'Semua orang...tidak, seluruh kerajaan menjadi semakin suram semenjak Lorena mati'. Ghibran menendang sebuah batu kecil. Batu itu terlempar dan jatuh ke air rawa, diluar dugaan menimbulkan suara yang cukup besar untuk mengusik binatang yan ada disekitarnya. Sekelompok burung terbang dari dahan terdekat dan menimbulkan kegaduhan. Seantero rawa menjadi ricuh dengan kaokan dan bunyi - bunyian lainnya. Akibat kegaduhan itu rombongan berhenti tiba - tiba. Anggota rombongan saling berbisik satu sama lain. Sir Galantis yang memimpin rombongan berbalik dan mengerutkan kening sambil menatap Ghibran dengan tajam, seakan sudah tau pasti siapa yang sudah berulah. Melihat pemimpin mereka, anggota rombongan yang lain juga ikut - ikutan menatap kearah Ghibran.

The Other PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang