Hari ke-1 : Belajar Bersama si Apoteker_02

3 0 0
                                    


Ryffine

'Aku bersumpah Sir Galantis membenciku. Dia pasti sengaja melemparku ke tangan makhluk ini.' pikir Ryffine. Ia merasa sejak peristiwa di rawa Ascott, Sir Galantis memang selalu lebih memilih Ghibran daripada dirinya.

Galantis menggiring mereka berdua keperpustakaan terdekat.

"Tapi perpustakaan ini hanya menyimpan buku - buku yang sulit" sergah pemuda itu.

"Terserah. Dia memintamu untuk mengajarinya membaca. Bukan mengajarinya meracik obat"

Alhasil Ryffine dan Greyalz duduk berhadapan didalam ruangan tersebut. Dipisahkan oleh sebuah meja panjang, dikelilingi oleh lemari - lemari yang berisi buku - buku tebal. Sementara itu si ksatria duduk di bangku lain terpaut tiga meja dari mereka. Perpustakaan ini berukuran sedang. Dindingnya berwarna gelap, serasi dengan perabot didalamnya. Lemari bukunya pun sederhana, tanpa dihias ornamen ukiran seperti pada perpustakaan utama.

"Aku tidak tahu buku apa yang kiranya cocok.." Ryffine menarik sebuah buku besar dari rak terdekat dan menaruhnya secara terbuka. Buku itu menimbulkan bunyi yang cukup keras ketika menimpa meja. Ryffine mengambil buku teks yang dia pelajari pada tahap menengah pendidikannya. Ia sengaja memilih buku yang sulit agar Greyalz meminta guru yang lain, atau lebih bagus lagi kalau gadis itu menyerah sama sekali.

"Buku yang tebal ya..Isinya tentang apa?" jari - jari Greyalz menelusuri lembar demi lembar sudut buku tersebut.

"Banyak hal. Terutama mengenai proses peleburan mineral." Ujar Ryffine sambil tersenyum lebar untuk pertama kalinya pada Greyalz. Ia yakin dengan taktik ini, sedikit demi sedikit dapat membuat semangat belajar gadis itu lenyap, atau paling tidak membuatnya bosan.

Greyalz membalik - balik halaman buku itu sambil mengamati ilustrasi yang ada disana dengan seksama. "Menarik. Dulu aku sering dipaksa untuk membaca buku - buku sebesar ini.". Greyalz mendongak dan dengan wajah cerah berujar "Aku juga pernah dilatih meleburkan benda - benda, menggunakan sihir.....sementara kalian menggunakan cara yang lain. Kalian para manusia sangat hebat."

Mendengar perkataan gadis itu, Ryffine melongo. Dia tidak tahu apa Greyalz benar tulus merasa kagum atau bersikap sinis. Selain itu fakta bahwa gadis ini terpelajar, setidaknya dalam standar kurikulum Otherside (apapun isinya, mungkin 101 cara membunuh manusia) membuat Greyalz semakin berbahaya.

Ryffine pun tertawa gugup. Sambil menarik buku itu kedekatnya, pemuda itu kemudian berkata "Kalau boleh tahu buku apa saja yang sudah kau baca?"

"Buku - buku sihir. Tapi aku tidak pernah menyelesaikan satu buku pun. Aku hanya diijinkan mempelajari bagian - bagian yang penting saja." Saat melihat Ryffine tidak memberi respon, Greyalz meneruskan "Yang berhubungan dengan tugas -tugasku saja. Misalnya sihir untuk ini atau itu. Penyihir yang mengadopsiku......, dia memberikanku banyak tugas sejak aku kecil."

'Sihir ini atau itu. Berarti makhluk ini menguasai banyak sihir. Berarti dia sendiri juga bisa disebut penyihir. Hebat, mereka telah membawa penyihir dari Otherside ke istana' pikir Ryffine sambil berusaha tidak terlihat cemas.

"Ehm.....Apa tugas - tugas itu ada hubungannya dengan manusia?" tanya pemuda itu memberanikan diri.

"Oh tidak. Hanya masalah sesama penghuni Otherside." jawab si gadis sambil tersenyum. "Nah, bagaimanan kalau kita mulai pelajarannya sekarang?" sambung Greyalz mengalihkan topik.

Ryffine menelan ludah dan membalik - balik lembaran buku, mencoba mencari teks yang lebih sederhana.

===========================================================

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Other PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang