Hari ke-1 : Belajar Bersama si Apoteker_01

10 0 0
                                    


Galantis

Pagi - pagi sekali Vadrin sudah menyingkap selimut, mencuci mukanya, dan berganti pakaian. Ksatria itu melangkah menuju ruangan tepat disebelah kamar barunya. Belum sempat dia mengetuk pintu, pria itu menyadari kedua prajurit yang seharusnya berjaga disana tidak berada di tempat. Vadrin mengutuk dalam hati dan membuka pintu tersebut, yang mana ternyata tidak tertutup rapat. Setelah memeriksa seluruh sudut ruangan, si ksatria melangkah keluar, menelusuri koridor dengan tergesak - gesak.

Gadis itu tidak ada dikamarnya. Kembaran Putri Lorena dari dunia lain sudah lenyap entah kemana.

Setelah pertemuan dengan Raja usai. Kepala staff rumah tangga istana menemuinya. Sebelum Kepala staff itu berbicara padanya, Vadrin dapat mendengar perkataan lirih Ratu yang berdiri tidak jauh dari sana pada dayang - dayangnya.

"Aku tidak bisa membiarkan gadis itu tinggal di kamar Lorena."

Maka dengan itu rencana berubah total. Vadrin menduga sang Ratu mengira gadis yang akan dia bawa dapat mengobati kerinduannya pada sang Putri dengan memberikan kamar dan mungkin juga pakaiannya. Tapi setelah melihat gadis itu, nampaknya Ratu berubah pikiran. Greyalz akan ditempatkan dibagian lain istana, jauh dari kamar Putri Lorena dan bagian istana yang dihuni para pejabat serta keluarga kerajaan, dan Vadrin akan mengiringinya. Dalam semalam Ia dipindahkan dari apartemennya di bagian sayap istana yang dekat dengan barak prajurit.

Bagian istana yang ini adalah bangunan lama, kamar - kamarnya cukup luas, tetapi sebagian besar tidak lagi ditempati. Kini ruangan - ruangan itu lebih banyak dimanfaatkan sebagai kamar tamu darurat. Jikalau istana sedang mengadakan pertemuan, maka tamu - tamu dengan status sosial yang tidak terlalu tinggi akan ditempatkan disini. Kali ini Vadrin bertekad tidak akan mengulangi kesalahannya, dia akan mengawasi gadis itu baik - baik. Bedanya sekarang dia akan menjaga orang - orang dari gadis itu, bukan sebaliknya. Tapi alangkah kesalnya Vadrin pada dirinya sendiri karena perjalanan ke rawa - rawa dan pertemuan dengan Raja menguras tenaganya (terutama pikirannya), sehingga belum satu hari Vadrin sudah mengingkari tekadnya sendiri.

Para penjaga yang ditempatkan disepanjang lorong memberi tahu Vadrin kearah mana Greyalz pergi. Rupanya kedua prajurit yang ditempatkan didepan pintu kamar gadis itu turut pergi mengiringinya. 'Mereka berdua patut diberi pujian karena menjalankan tugas mereka dengan baik' pikir Vadrin. Karena melihat reaksi penghuni istana yang ketakutan saat melihat Greyalz, mereka berdua memiliki loyalitas yang besar jika dipagi buta mengikuti gadis itu ketempat yang tidak diketahui jelas.

Satu lantai dibawah, langkah ksatria itu terhenti ketika melihat dua orang bawahannya berdiri pada jarak yang sopan dibelakang sesosok perempuan yang bertengger di pagar balkon. Perempuan itu sedang asik memperhatikan pemandangan dibawah sana. Vadrin menganggukan kepala menyapa kedua prajurit, kemudian menghampiri Greyalz.

"Selamat pagi." sapa gadis itu sambil tersenyum.

Keramahan Greyalz membuat Vadrin terkejut.

"...kurasa itu yang kalian katakan pada satu sama lain diwaktu seperti ini." sambung gadis itu.

Pemadangan yang bisa dilihat dari balkon itu sama sekali tidak menarik. Hanya terdapat lapangan kecil berbentuk persegi panjang berlantaikan bata berwarna kemerahan, dikelilingi oleh bangunan - bangunan yang serupa dengan tempat mereka berada sekarang.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Aku bosan, dan tempat ini begitu besar. Jadi aku keluar jalan - jalan."

"Apa yang sudah kau lakukan?" tanya Vadrin lagi tak sabaran.

"Tidak ada. Sebenarnya aku ingin mencari buku untuk dibaca. Tempat sebesar ini pasti punya banyak buku kan!. Aku menanyai dua orang ini tapi mereka tidak menjawab." ujar Greyalz sambil memotar bola mata kearah kedua pengawalnya. "Lalu tadi kuhampiri siapapun yang ku temui, tapi mereka pergi menjauh sebelum aku sempat mengatakan apa - apa."

Prajurit yang ditugaskan menjaga Greyalz memang diperintahkan untuk tidak memberikan informasi apapun mengenai istana kepadanya. Jikalau gadis itu ingin mengetahui sesuatu tentang seluk beluk istana, maka itu harus melalui penyeleksian Vadrin.

"Kemudian aku melihat papan diatas salah satu pintu, dan aku tersadar kalau aku tidak bisa membaca tulisan kalian. Jadi aku melihat pemandangan disini dan kaupun datang."

Kening Vadrin berkerut "Untuk apa kau membaca buku - buku kami?"

"Lalu apa yang harus kulakukan? Aku punya waktu 3 bulan lagi sebelum hari besar ku datang." cengir Greyalz.

Mungkin gadis ini memang mempunyai agenda tersembunyi. Tapi hal macam apa yang dia harapkan bisa dia pelajari dari buku - buku itu ? . Apa dia benar - benar murni merasa bosan?

Istana memiliki 3 perpustakaan. Yang paling besar berada dibangunan utama. Perpustakaan itu menyimpan buku - buku berbagai tema, dengan mayoritas buku politik, hukum, dan budaya. Perpustakaan kedua berada dekat dengan bangunan mereka berdiri sekarang, didominasi buku - buku sains. Perpustakaan ketiga, yang paling kecil berada didekat barak militer; berisi peta -peta dan taktik perang. Buku - buku itu hanya memuat ilmu pengetahuan standar. Selama Vadrin bekerja di sini, Raja memang pernah memperkerjakan penyihir. Tapi dia tidak pernah menemukan buku - buku sihir diperpustakaan. Buku yang memuat informasi paliing berbahaya mungkin hanya buku mengenai racun, dan itu tampaknya sulit Greyalz manfaatkan untuk menyakiti orang lain. Bukannya Vadrin memeriksa semua sudut ketiga perpustakaan itu tapi dulu Ia sering mengendap - endap menyelundupkan buku - buku keluar istana untuk istrinya. Mendiang istrinya sangat suka membaca. Yang bisa Vadrin lakukan untuk menghiburnya hanyalah 'meminjam' buku - buku baru dari sana, karena harga buku cukup mahal, dan Vadrin takkan mampu membeli buku baru setiap harinya.

Lamunan Vadrin buyar begitu menyadari bahwa dia menatap mata orange Greyalz selama beberapa saat sambil tetap mengerutkan kening.

"Kalau Nona ingin membaca buku - buku disini mungkin Nona harus belajar membaca aksara kami terlebih dahulu."

"Apa kau akan mengajariku membaca?." Tanya Greyalz berwajah cerah. Pemandangan itu membuat dada Vadrin terasa tersengat sesaat. Tingkah Greyalz tadi sekilas mengingatkannya pada Lorena saat masih anak - anak. Putri Lorena kecil yang mengira Vadrin akan melatihnya menjadi kstaria seperti dalam cerita dongeng.

"Tidak. Tapi aku mengenal seseorang yang kompeten untuk mengajarimu."

=========

Sang ksatria membawa Greyalz ke laboratorium para tabib istana. Karena alasan keamanan, Vadrin membuat Greyalz menunggu didepan pintu bersama dua pengawalnya.

"Ryffine Kinnear, aku memiliki tugas penting untukmu" kata Vadrin sambil menghampiri pemuda berambut panjang itu. Ryffine menatapnya bingung dari balik tabung - tabung kimia berwarna - warni yang tersusun rapi diatas meja.

"Kemarilah"

Ryffine bangkit dari kursinya dengan ragu "A...apa yang bisa aku bantu?"

Vadrin merangkul pemuda itu dan menggiring tubuhnya keluar ruangan dengan paksa "Aku memerlukanmu untuk mengajari Nona Greyalz membaca."

"Apa??? Ke...kenapa aku?"

"Karena kau pemuda yang cerdas. Kau pasti bisa menjadi guru yang baik."

"Tidak, aku peneliti, bukan guru" sanggah Ryffine.

Tapi Vadrin mencengkram bahu pemuda itu erat - erat, kemudian berujar dengan nada tegas "Raja memberiku perintah untuk mengawasi gadis itu. Aku diberi kewenangan untuk melakukan apapun yang dirasa perlu untuk menjalankan tugas itu. Dengan membuatnya sibuk belajar bersamamu, Greyalz kan menjadi lebih mudah diawasi. Kurasa semua akan setuju jika aku menggunakan tenaga orang - orang yang terlibat dengan 'peristiwa itu' terlebih dulu sebelum melibatkan orang yang tak berdosa."

"T..tapi kenapa bukan Ghibran?! A...atau Lord Meldera??"

"Lord Meldera seorang bangsawan, dia memiliki hak spesial dibandingkan dengan kita berdua. Dan si Yesayaz muda kupikir tidak secerdas dirimu."

Sebelum Ryffine sempat melontarkan protes lagi, Vadrin mendorong pemuda itu keluar pintu dan tepat berdiri di depan Greyalz yang tersenyum lebar

"Beri salam lagi pada Tuan Kinnear. Dia yang akan menjadi gurumu" Ujar Vadrin mengabaikan Ryffine yang mulai berkeringat dingin.

The Other PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang