Prolog

76.2K 2.8K 35
                                    

Leander Arsenio tampak berciuman mesra dengan Lareina Pramudita di malam ulangtahun X tv.

"Shit!!"

Lareina Pramudita atau yang sering dipanggil Rein mengumpat membaca judul di situs gosip itu. Dia tak menyangka pagi ini berita tentang dirinya dan Lean tersebar di dunia maya.

"Ini semua gara-gara lo, Lean!!" jerit Rein di apartemennya.

Rein ingat semalam dirinya mabuk dan ada lelaki yang menciumnya. Saat itu dia tak sepenuhnya sadar jika lelaki itu Lean. Jadi dia membalas saja ciuman lelaki itu. Semalam dia sangat suntuk dan lelah dengan pekerjaannya sebagai seorang aktris. Lalu lelaki itu menciumnya dan Rein hanya melampiaskan.

Paginya, saat Rein bangun dia amat menyesal dengan keputusannya semalam. Dia terbangun di ranjang Lean, penyanyi sekaligus anak dari musuh bebuyutan mamanya. Beruntung Rein bangun dalam kondisi baik-baik saja. Tak ada pakaian berserakan dan tanda lainnya.

Tadi Rein tak bisa berkata-kata selain memukuli Lean. Setelah puas mengeluarkan emosinya dia buru-buru pulang ke apartemennya yang terletak dua lantai dari apartemen lelaki itu.

"Jangan sampai mama tahu. Gue harus hack tuh website!!"

Panik, Rein mencari kontak sahabatnya yang berprofesi sebagai hacker. Dia tak ingin mamanya yang tak pernah akur dengan mama Lean tahu gosip ini. Rein hendak memencet tombol hijau tapi nama mamanya telah muncul di layar ponselnya.

"Sial!!! Mama telepon!!"

Rein menjerit panik. Dia berjalan mondar-mandir sambil menatap ponselnya yang menampilkan nama mamanya itu. Rein mengigit bibir, firasatnya mengatakan kalau mamanya akan menanyai-oh bukan-lebih tepatnya memarahinya karena gosip itu.

Tangan Rein bergetar, dia bimbang. Kalau mengangkat panggilan itu, dia enggan mendengar kemarahan, tapi kalau tak diangkat mamanya akan terus menelepon sepajang hari.

Rein menarik napas panjang. Perlahan ibu jarinya menggeser layar hijau dan meletakkan ponsel di dekat telinga.

"Lareina Pramudita!!! Kenapa ada gosipmu sama anak lampir itu!!!"

Mendengar teriakan Mamanya, Rein menjauhkan ponsel dari telinga. Mamanya memang musuh bebuyutan mama Lean sejak remaja. Rein tak banyak tahu mengenai perseteruan mamanya dengan mama Lean, yang dia tahu hanya persaingan dalam dunia modeling.

"Lareina!!! Kenapa kamu nggak jawab pertanyaan Mamamu!!"

"Ini mau jawab, Ma."

Rein mengelus telinganya yang lagi-lagi mendengar teriakan Mamanya. Dia berjalan ke ranjang dan menghempaskan dirinya di sana. "Ma, itu nggak kayak yang Mama pikirin."

"Terus Mama harus mikir apa selain kamu udah ciuman sama anak lampir itu?"

"Rein mabuk, Ma. Nggak sadar," jawab Rein jujur.

"Rein, Mama nggak mau tahu ya! Gosip ini pertama dan terakhir kalinya. Mama nggak sudi kamu berhubungan sama anak lampir itu."

Tut. Tut. Tut.

Rein menatap ponselnya sambil mendesah lelah. Dia tak tahu harus berbuat apa untuk meyakinkan mamanya.

"Ini semua gara-gara lo Lean!! Sialan!! Gue harus ngasih dia perhitungan!"

Buru-buru Rein keluar apartemen. Dia ingin meluapkan emosinya kepada Lean.

Beberapa menit kemudian, Rein berdiri di depan pintu apartemen Lean. Dia memencet bel dan menunggu lelaki itu membukakan pintu.

Tet!!!

Rein menekan bel sekali lagi saat pintu apartemen tak kunjung di buka.

Brak!!! Brak!!

Kedua telapak tangannya memukul pintu apartemen Lean. Tak lama pintu dibuka, beruntung Rein dengan cepat menyeimbangkan tubuhnya hingga tak sampai jatuh ke depan.

"Mau apa lagi?"

Tatapan Rein tertuju ke Lean yang berdiri hanya dengan handuk yang melilit di pinggul. Rein buru-buru menutup matanya. "Pakai baju dulu sana! Mata gue sakit lihat tubuh lo."

"Nggak mungkinlah sakit. Badan gue bagus gini."

Rein tak terima dengan ucapan Lean. Dia menjauhkan tangannya dari mata berganti mengepal di antara pipinya. Rein mendekat lantas memukul dada lelaki itu.

"Ini semua gara-gara lo nyium gue semalem!! Gara-gara lo kita ada gosip!! Gara-gara lo nyokap gue marahin gue!!!"

Emosi Rein sedikit mereda setelah memukul dan berteriak ke Lean. Dia menjauh dan melihat lelaki itu tersenyum miring.

"Udah marahnya?"

Rein tak menjawab, hanya menatap lelaki itu sambil menormalkan napasnya.

"Emang lo peduli sama gosip itu?" tanya Lean heran.

"Pedulilah!! Gue nggak mau nama gue tercoreng. Gue gak mau orang lain nganggep kita ada hubungan. Gue gak hemppp.."

Ucapan Rein terputus karena tiba-tiba Lean membungkam bibirnya. Tangan Rein terangkat ke dada Lean untuk mendorong lelaki itu, tapi Lean dengan cepat menahan kedua tangannya dengan satu tangan.

"JADI GOSIP ITU BENAR LEAN!!!"

Rein dan Lean buru-buru melepas ciuman mereka. Mereka menoleh dan mendapati Mama Lean berdiri sambil bertolak pinggang.

Mati gue, urusan makin panjang batin Rein.

Romantic ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang