7. Chapter 6

6 2 0
                                    

Nasya pov

"Oy sya..bangun gih,dah nyampe,"sebuah suara membangunkannya.

"Hah?apa?kenapa?"sumpah gue disini kek bego banget.

"Udah nyampe pesek.."ucap zen sambil terkekeh.

"Ih.. Gue mancung kali,lo tuh yang peseknya kebangetan.dasarr jomblo,"kayak gue gak jomblo aja ya.

"Lo juga jomblo,buru noh turun nanti kemaleman.gue bisa ditabok kakak lo"

Dengan fast gue langsung turun. Gue emang fast terus yak..ya ngapain sih lama-lama, jujur gue gak suka lama-lama,apalagi nungguin si doi peka lama banged. Fix,ini alay!!

"Yukk,"ajak zen sambil menggandeng tanganku.

Omaygatttt... Ini paan lagi gandeng gandeng tangan segala. Jan nge-fly pliss syaa...

"Eh,jan bengong ntar kesambet,ayoo"kaya zen yang menarik tanganku lembut.

"Ah eh iya,ayok"bisa bisanya gue gugup didepan dia,.

Baru berapa langkah,zen berhenti jalan dan berkata "eh,mau naik apa dulu nih?"

"Hemm,serah lo deh, gue sih ngikut aja."sumpah bingung bet mau naik apa..

"Naik bianglala aja kuyyy..mau gak?"tawar zen bersemangat.

"Ta..tapi.."

"Ayoo dongg,sekali kali. Kapan lagi coba kita jalan bareng,"paksa zen yang sudah berlari meninggalkanku untuk membeli tiket.

"Zennnnn,aduhh.."ucapku bingung.

Sekarang aku tengah mengantri bersama zen yang dengan bangganya ia memamerkan 2 tiket.setelah sekian lama nunggu si doi yang ga peka peka eh ngantri naik bianglala akhirnya kita masuk ke salah satu bianglala.

Jujur, gue sebenernya takut sama ketinggian.Gimana kalo bianglala berhenti tepat kita yang dipaling atas,kan ngeri.

Perlahan-lahan bianglala mulai berputar,zen keliatan santai dan gue mencoba bersikap biasa aja.

"Aduhh,"gumam gue.

"Kenapa?kebelet ya?"tanya zen.

"Bukann,sebenarnya gue tuh takut naik ini,takut pas tiba tiba berhenti di paling atas,"aku mengecilkan volume suaraku.

"Kok lo ga bilang sih?"

"Kan lo tadi yang maksa gue"ucapku membela diri.

"Gak kok,lo tenang aja,kalo takut peluk gue."goda zen jail.

Lumayan sih bisa dikit lega.

But...yang aku takutin akhirnya terjadi.Bianglala yang dinaiki aku dan zen berhenti tepat di arah jam 12.

"Aduuhh zennn,tuh kan ini tuh tinggi bangett.."oke,aku rasa ini lebay,tapi mau gimana lagi coba,orang lagi takut.

"Sstt sstt...udah gapapa,bentar lagi pasti jalan kok,"ucap zen menenangkanku.

5 menit..

10 menit..

"Manaa zenn...ga jalan jalan,sumpah gue takut banget,"sahutku panik.

Zen yang melihatku panik langsung memelukku dan mengelus rambutku perlahan.

Sumpah,gue gak tau harus ngomong apa. Intinya gue takut. TAKUT!. Aku membiarkan zen menenangkanku sampai bianglala itu berputar kembali.

Zen melepaskan pelukannya dan menyadari kalau tadi aku sempat meneteskan air mata.

Dia menghapus air mataku dan berkata, "hey, jangan nangis dong.nanti cantiknya ilang loh."

Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang