PS : ini lagi revisi yaaa🙏
"Maksud Papa apa?!" tanyanya, meminta penjelasan.
"Loh, kenapa? Mau berubah kan? Mau dengerin kata Papa kan? Tidak mau melihat Papa kembali berada di kondisi tadi, kan? Kalau gitu masuk pesantren, Sandra. Cuma itu satu-satunya hal yang membuat Papa jadi merasa tenang," jawab Papanya.
"Kenapa harus pesantren, Pah?! Aku bisa berubah meskipun ngga masuk ke sana!"
"Tapi pemahaman agama kamu tidak akan berkembang kalau tidak masuk ke sana, Sandra. Ditambah kamu juga tidak akan bisa berubah kalau lingkungan kamu tidak di ubah."
"Aku pasti bisa berubah, Pah! Aku juga bisa belajar agama dari sini! Ngga harus masuk pesantren! Aku ngga mau ih!" tolak Sandra dengan tegas.
Masuk pesantren adalah salah satu hal yang paling tidak dia inginkan dalam hidupnya.
"Ayolah, Sandra ..., tolong sekali ini nurut sama Papa. Papa janji, setelah kamu keluar dari sana, atau bahkan saat kamu pulang dari liburan sekolah kamu di pesantren itu, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau, Papa ngga akan larang-larang lagi dan bahkan Papa juga akan belikan kamu mobil apa pun yang kamu mau."
Karena Sandra sudah bersikeras, satu-satunya jalan yang Papanya miliki untuk membujuk Sandra hanyalah dengan rayuan saja.
Dan seperti biasa, hal itu sangat berhasil. Sandra yang tadinya terlihat ogah-ogahan mulai berubah ekspresinya setelah mendengar janji beliau yang mengatakan akan memberikannya mobil apa pun yang dia inginkan.
Ya, Sandra adalah pecinta mobil. Dia sangat-sangat suka dengan mobil.
"Papa serius...?" tanyanya tergiur.
Beliau mengangguk. "Iya, Papa serius. Tapi dengan satu syarat. Menangkan tantangannya dan jangan kalah. Kamu harus sampai lulus di sana atau kesepakatan kita batal."
Sandra terdiam, mencoba menimbang-nimbang. Dan kemudian ...
"Berapa lama aku harus ada di sana?" tanyanya.
"Sampai lulus. Mungkin perlu tiga sampai enam tahun karena kamu masih pemula."
"Kok lama?! Kalau selama itu mobil aja ngga cukup, Pah!"
"Kalau gitu kita ganti perjanjiannya. Setelah kamu lulus nanti, kamu bisa meminta apa pun. Papa akan kasih semuanya dan itu atas nama kamu."
"Beneran?"
Beliau kembali mengangguk. "Beneran."
"Yaudah! Sandra mau! Tapi Sandra juga punya syarat."
"Apa?"
"Jangan atur-atur Sandra harus gimana. Papa juga ngga boleh sakit lagi karena melihat tingkah Sandra. Sandra akan di kurung di pesantren jadi biarin Sandra mencari kebebasan dengan cara Sandra sendiri di sana," pintanya.
"Oke." Papanya langsung setuju.
"Sama satu hal lagi, Pah. Sandra pada dasarnya adalah pembuat onar. Itu udah mendarah daging di dalam diri Sandra. Jadi kalau semisal Sandra membuat ulah di sana, Papa ngga boleh marahin Sandra."
Papanya tersenyum mendengar permintaan Sandra itu. "Kita akan lihat siapa yang akan menang. Papa atau kamu," jawab beliau.
Sandra tidak suka memberikan janji manis ataupun memberi harapan. Dia pun juga tidak ingin orang lain ber-ekspektasi tinggi terhadap dirinya.
Dan tentu saja, Papanya sangat mengetahui hal itu dengan sangat jelas.
"Kalau udah ngga ada lagi yang mau Papa bicarain, Sandra keluar ya, Pah." Sandra tidak ingin menjawabnya. Sehingga, dia kepalanya terasa mau pecah karena pembahasan ini memutuskan untuk pamit undur diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesantren In Love (BERALIH KE DREAME)
Teen FictionDunia seakan berakhir bagi Aisyah Alexandra setelah mengetahui kalau dirinya akan dikirim ke pesantren sahabat ayahnya, bagaimana mungkin dirinya yang seorang brandalan dan selalu membuat onar serta tidak tau aturan bisa bertahan disana?. Penasaran...