11. Tak Disangka........

2.7K 46 0
                                    

"BOK BU HWESIO! Kau keluarlah untuk lunaskan perhitungan lama!"

Bok Bu Hwesio adalah seorang tokoh kangouw yang ternama. Mendengar tantangan orang di luar jendela, ia tenang saja karena baginya tidak aneh untuk sewaktu-waktu mendapat kunjungan seorang musuh yang hendak menuntut balas. Ia lalu kebutkan ujung lengan bajunya hingga lampu dalam kamarnya padam seketika.

Kemudian ia berkelebat keluar dan langsung loncat ke atas genteng, diikuti oleh kedua orang kawannya yang sebetulnya hanya dua orang muridnya yang baru saja datang dari luar kota.

Ketika hwesio itu tiba di atas genteng, ia melihat seorang pemuda dengan tongkat bambu di tangannya berdiri menanti kedatangannya.

"Anak muda, dari manakah dan siapakah yang sengaja datang mencari pinceng?" tegurnya.

Melihat musuh gurunya dihadapannya, hati Lie Bun yang sedang sedih dan risau itu menjadi panas dan timbullah marahnya. Ia menuding dengan tongkat bambu sambil berkata.

"Bok Bu! Tidak ingatkah kau, betapa kau telah melukai suhuku ketika ia sedang menderita sakit? Kau telah berlaku pengecut menyerang seorang yang tidak sehat. Sekarang kau berhadapan dengan muridnya yang hendak menuntut balas!"

"Bok Bu Hwesio tertawa tergelak-gelak. "Anak muda, orang-orang yang telah kulukai dan kujatuhkan banyak sekali hingga aku sendiripun tidak ingat lagi ada berapa banyak. Siapakah kau ini, dan siapakah gurumu yang telah kulukai itu?"

"Suhuku ialah Kang-lam Koay-hiap!"

Terkejutlah Bok Bu Hwesio mendengar pengakuan ini. Ah, kalau benar anak muda ini murid Kang-lam Koay-hiap, maka tidak boleh berlaku sembrono.

"Kalau kau hendak menuntut balas, mengapa tidak mencari aku di Thian-siang saja? Di sana aku akan melayani tuntutanmu. Sekarang aku sedang sibuk!" Hwesio gemuk pendek yang licin ini tahu dan ingat bahwa Lie Bun adalah seorang yang berkepandaian tinggi dan barangkali tidak banyak bedanya dengan Kang-lam Koay-hiap sendiri, maka berbahayalah melayaninya di sini. Kalau melayani di sarangnya, yakni di Thian-siang, ia dapat mengharapkan bantuan dari kawan-kawannya.

"Hwesio pengecut! Kau berani berbuat mengapa mundur menghadapi tanggung jawab? Kau terimalah pembalasanku!"

Lie Bun segera menyerang dengan tongkat bambunya.

"Baiklah, kalau kau sudah kepingin mampus!" jawab Bok Bu Hwesio untuk tidak kalah garang dan ia segera menyampok dengan ujung lengan bajunya yang panjang.

Pertempuran hebat terjadi di atas genteng rumah penginapan itu. Kedua murid Bok Bu Hwesio cabut pedang mereka dan membantu hwesio itu. Tapi sebentar saja, mereka kena terpukul ujung tongkat bambu Lie Bun yang digerakkan dengan gemas hingga sangat ganas dan lihai.

Tubuh kedua murid Bok Bu Hwesio itu roboh dan membuat pecah banyak genteng. Bok Bu Hwesio marah sekali dan ia berhasil memungut sebilah pedang muridnya yang telah dirobohkan. Kini mereka berdua memegang senjata dan pertempuran dilanjutkan dengan seru sekali.

Harus diakui bahwa kepandaian Bok Bu Hwesio sangat tinggi dan hampir sejajar dengan kepandaian Kang-lam Koay-hiap. Hanya di dalam ilmu tongkat dan ilmu pedang, Kang-lam Koay-hiap menang setingkat. Dulu Kang-lam Koay-hiap dapat dilukai karena kakek pengemis yang lihai itu sedang sakit dan tenaganya lemah.

Kini menghadapi Lie Bun, segera Bok Bu Hwesio merasa bahwa pemuda ini lebih tangguh dari pada Kang-lam Koay-hiap sendiri. Hal ini karena ketika menghadapi Kang-lam Koay-hiap dulu, pengemis sakti itu sedang sakit dan kini Lie Bun yang sedang menderita hati sedih dan risau itu menyerangnya dengan nekat dan tidak kenal takut hingga Bok Bu Hwesio merasa jerih sekali.

Pertempuran hebat itu berjalan ratusan jurus dan Lie Bun telah berhasil menotok iga kanan lawannya. Tapi karena Bok Bu Hwesio adalah seorang kebal, totokan itu tidak melukai hebat hanya membuat sebelah tubuh hwesio itu untuk sesaat merasa linu. Kemudian hwesio itu loncat ke bawah dan dikejar oleh Lie Bun.

Pendekar Bermuka Buruk - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang