04. Pekerjaan Pengemis Aneh

4K 59 0
                                    

DENGAN menangis dan beramai-ramai mereka berlutut dan berjanji, bahkan ada beberapa orang yang serentak maju dan menarik bangun para pengemis yang kelaparan tadi dan membimbingnya ke dalam warung untuk diberi makan minum.

"Nah, kalau begitu, sediakan makan minum yang enak untuk aku dan muridku. Soal perampok-perampok kecil itu serahkan saja kepadaku."

Beramai-ramai mereka kembali ke warung tadi dan orang-orang sibuk menghidangkan makanan enak-enak untuk Kang-lam Koay-hiap dan muridnya. Melihat makanan yang lezat-lezat itu, walaupun di rumahnya dulu Lie Bun sering makan masakan-akan yang lebih mewah dan lezat, namun karena perutnya sekarang sedang lapar sekali, ia segera serbu hidangan itu dengan lahap tanpa sungkan-sungkan lagi. Gurunya pun demikian hingga sebentar saja guru dan murid itu berlomba makan hingga perut mereka menjadi penuh.

Kang-lam Koay-hiap elus-elus perutnya yang kenyang, lalu ia rebahkan diri di atas bangku panjang dan tidur mendengkur. Lie Bun tertawa geli melihat suhunya dan ia sendiri lalu keluar dari warung dan mendekati rombongan anak-anak yang sedang main-main di luar. Tapi anak-anak itu melihat seorang pengemis kecil mendekati mereka, lalu pada menjauh dan memandangnya dengan menghina.

Lie Bun biarpun baru beberapa hari saja menjadi pengemis, namun ia sudah biasa akan pandangan menghina dari orang lain padanya hingga ia tidak menjadi marah. Bahkan ia lalu ambil sebutir batu yang runcing dan gunakan itu untuk menggurat-gurat tanah. Dulu di rumahnya ia pernah diajar menggambar oleh guru sekolahnya dan agaknya ia memang berbakat melukis.

Anak-anak yang menjauhkan diri ketika melihat pengemis kecil itu menggurat-gurat di atas tanah, menjadi tertarik dan ingin tahu. Beberapa orang anak mendekat dan ketika mereka melihat lukisan kerbau yang indah, mereka maju makin dekat dan sebentar lagi semua anak yang tadi menjauh telah merubung Lie Bun.

"Bagus...... kerbau bagus!" mereka bersorak dan seorang anak berkata.

"Gambarkan burung untukku!"

Lie Bun menengok sambil tersenyum girang ketika melihat semua anak-anak merubungnya, maka ia segera gunakan tangan kiri membersihkan batu-batu kecil dan daun-daun kering dari permukaan tanah dan mulai menggambar burung yang indah. Kembali anak-anak bersorak riang.

Tak lama kemudian semua anak minta digambarkan, hingga halaman di situ penuh dengan lukisan segala macam binatang.

Sorakan yang saling susul dari anak-anak itu tiba-tiba mendapat sambutan sorakan lain yang keras sekali. Mendengar suara sorakan yang datangnya dari arah hutan itu, semua anak-anak yang tadi tertawa-tawa lalu menangis dan lari pulang ke masing-masing rumahnya.

Orang-orang tua juga tampak bergemetaran dan lari masuk ke dalam rumah lalu kunci pintu rumah dari dalam.

Lie Bun melihat betapa sebentar saja kampung itu menjadi kosong dan sunyi. Cepat-cepat ia masuk ke warung dan mendekati gurunya yang masih mendengkur.

Di dalam warung itupun berkumpul banyak orang, karena sebagian besar orang kampung sengaja mendekati pengemis tua yang telah berjanji hendak menolong mereka. Tapi alangkah kaget dan kecewa mereka ketika melihat betapa pengemis itu masih saja enak-enak mengorok di bangku panjang, sedangkan kawanan perampok telah datang menyerbu.

Beberapa orang lalu maju menghampiri kakek itu dan berbisik-bisik memanggil. "Losuhu ... losuhu...... bangunlah, mereka telah datang!"

Lie Bun melihat suhunya diganggu, lalu mencegah mereka dengan berkata keras.

"Kalian ini tidak tahu aturan. Orang sedang tidur diganggu. Tidak percayakah kalian kepada suhu?"

Tentu saja orang-orang itu tidak puas mendapat jawaban ini karena kini telah terdengar suara kaki kuda di depan warung itu bahkan terdengar bentakan-akan para perampok.

Pendekar Bermuka Buruk - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang