First

526 47 1
                                    

"Kakak, itu Abangnya di bangunin dong!" seru seorang wanita yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.

Seseorang yang di panggil kakak itu malah memcebikkan bibir dan menghampiri wanita yang beberapa detik lalu menyerukan sesuatu padanya, tak lupa mendaratkan ciuman di pipi wanita itu.

"Abang itu kalau tidur yah kayak kebo Mi," ujar gadis yang bernama Mikayla.

"Jangan samain Abang kamu sama hewan dong, kan Ami capek-capek besarin dia biar jadi orang." keluh wanita tersbut yang tak lain adalah Shanin, ibu dari Mikayla yang di panggil Ami.

"Kamu udah prepare untuk besok masuk sekolah?" tanya sang Ami yang duduk di kursi yang bersebelahan dengan kursi Mikayla, begitu selesai menyajikan sarapan.

"Yah mau gak mau Kakak harus prepare kan?!" jawab Mikayla enggan, Ami Shanin tersenyum bahagia melihat tingkah Putri pertamanya itu.

Selama Mikayla menginjak usia remaja lebih tepatnya setelah ia lulus dari sekolah dasar, anaknya tersebut mengambil keputusan besar di mana ia memilih untuk menimba ilmu di pondok pesantren santriwati. Ponpes yang ia pilih tersebut ponpes yang di khususkan untuk kaum perempuan, yang secara tak langsung memisahkan Mikayla dari keluarganya selama bertahun-tahun. Dan setelah lima tahun berlalu Shanin akhirnya bisa tersenyum bahagia setelah putrinya itu mengabulkan permintaannya untuk kembali ke rumah, rumah di mana ada keluarganya yang begitu menyayanginya.

Mikayla memiliki alasan kuat ketika dirinya mengambil keputusan itu, alasan yang selalu membuat Babanya – sebutan untuk Ayahnya– selalu merasa bersalah. Pasalnya alasan tersebut memiliki sangkut paut atas kejadian masa lalu kedua orangtuanya.

"Assalamualaikum Ami, Kakak." sapa seorang gadis cilik yang berusia 12 tahun, – Adoria Khadijah Rahman– gadis tersebut datang bersama seorang pria dewasa dengan tangan saling bertautan.

"Wa'alaikumsalam." balas keduanya bersamaan.

"Kakak belum mandi yah?" ujar gadis kecil yang adalah adik bungsu dari Mikayla, Adoria.

"Kok Dordor tahu?" Adoria menatap Mikayla sebal, sedang kakaknya itu hanya tertawa.

"Kakak bau!" sambil mengulurkan lidah Adoria berlari mendekat ke arah sang Baba yang sudah duduk tenang di kursi kebesarannya.

Baba dan Ami ikut tertawa melihat tingkah Putri bungsunya itu, sangat jarang sekali melihat kedua putrinya tersebut saling ledek meledek seperti saat ini. Karena ketika Kayla masih berada di ponpes, Kayla hanya bisa berkumpul bersama mereka hanya sesekali.

"Pagi." ujar seorang lelaki remaja dengan  wajah bantalnya dan  kedua mata yang masih terpejam.

"Abang!" tegur Baba Arsen membuat lelaki yang di panggil Abang itu membuka mata.

Lelaki itu, Mikail menggaruk kepalanya dan duduk di kursi yang berada di sebelah kursi Adoria. Mereka memulai sarapan dengan di awali doa yang di pimpin oleh si bungsu Adoria. Setelah sarapan, Baba Arsen, Mika, juga Adoria lebih dulu meninggalkan ruang makan dan berpindah tempat ke ruang keluarga. Sedang Kayla membantu Ami Shanin untuk merapikan meja makan. Setelahnya mereka berdua ikut menyusul yang lainnya di ruang keluarga.

Ketiga manusia berbeda jenis kelamin tersebut tengah fokus menyaksikan pertandingan balap motor besar di tanah eropa tersebut – Motogp. Keduanya hanya bisa mendengus sembari ikut bergabung menyaksikan pertandingan tersebut.

Setelah permainan berakhir dengan podium pertama di raih oleh pebalap legend Valentino Rossi, podium kedua oleh Maverick Vinhales dan Marc Marquez di podium ketiga. Fokus Baba Arsen kini berpindah ke Putri pertamanya Kayla, senyum kecil terbit di bibirnya melihat sosok putrinya kembali.

MikadorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang