MUKJIZAT
Pagi ini Fanya ke perpustakaan, entah apa yang ingin dicarinya, kerusuhan atau ngamburin buku?.
Saat Fanya berdiri di depan penjaga perpus, tatapan tajam melayang di matanya.
"Ehem..." Deham ibu penjaga perpus. Fanya menoleh lalu tersenyum santun, seolah dia adalah mahasiswi yang santun.
"Pagi, bu... jangan tanya saya mau ngapain, saya gak mau ribut kok, bu... jadi tatapannya dimanisindikit ya, bu..." Ujarnya. Tak ada jawaban "Diam adalah jawaban yang paling tepat, permisi bu..."
Satu jam Fanya membaca buku yang baru saja ia pilih. Ia membacanya sampai terngantuk-ngantuk.
"Huuaaa..."
"Kalo mau tidur, di rumah... Tidur kok di perpus" Suara yang sudah bisa ditebak Fanya, suara yang nyebelin. Devan.
Sambil menoleh, "Bacot" ucap Fanya tanpa bersuara, duduk di samping Fanya,
"Lo tetap gak berubah, ya? Padahal temen lo udah nangis-nangis minta lo buat berubah. Kasihan dia" Ujar Devan sambil membaca buku.
Dilihatnya tak ada respon, Devan mengalihkan pembicaraan. "BTW, Thanks ya, buat teman lo". Fanya langsung menoleh dan merubah raut wajahnya. Bingung.
Seolah-olah bisa membaca raut wajah Fanya, Devan langsung berucap, "Buat yang kemarin, dia udah bantuin gue ngobatin ini." Devan menunjuk bekas tamparan Fanya yang kemarin. Fanya tak ingin melewatkan pembicaraan ini, jadi ia mengubah posisi duduknya.
"Ini kali keduanya dia ngobatin gue... ya, gue gak bermaksud curhat sih, tapi cuma pengen kasih tau, temen lo baik ya... beda sama lo..." Sambung Devan.
Fanya mengangguk mengerti, "Terus?" Tanyanya.
"Gue boleh minta bantuan lo, gak?" Devan balik bertanya.
"Gak" Jawab Fanya cepat, "Gue males bantuin orang kaya lo! Yang gila nauju bilah!!" Sambung Fanya dengan nada yang sedikit keras.
"Fanya... lo yakin gak mau?" Devan memastikan kembali
"Gak" jawab Fanya cepat.
"Yah... sayang banget, padahal gue mau bantuin lo biar berubah"
"Maksud lo?" Tanya Fanya.
"Ya... gini, lo kasian gak sama Gina yang setiap hari harus dengar gosipan pedes tentang lo? Lo mau berubah demi Gina? Nah, maksud gue... Gue kan pintar disemua mata pelajaran dan gak kaya lo..." Ucap Devan.
Fanya sedikit kesal.
"Wajahnya santai... Gue bisa bantuin semua tugas lo, apa pun itu. Asal lo bantuin gue ngedekatin Gina..."
" HAAA?!!" Teriak Fanya.
" Ssstttttss..."
"Lo suka sama Gina ?" Tanya Fanya pelan.
"Iya... gue suka sama dia sejak kita ketemu di toko buku..."
"Bener kata Davin, Devan kalau ngomong ngasal. Apa yang ada di hantinya, tanpa basa-basi langsung di keluarin aja. Padahalkan belum tentu Gina suka sama dia. Tapi cocok sih... sama-sama kutu buku! Minus, minus tuh mata " Batin Fanya.
***
Sekarang mereka lagi di taman, membicarakan apa rencana mereka, setelah Fanya menyetujui kesepakatan itu. Menurut Fanya, dia mau berubah demi Gina. Tak masalah kalau Gina marah tentang Devan, toh Devan juga sama kaya dia. Kutu Buku.
"Oke, Gina itu orangnya suka sama cowo yang ganteng, pintar, cool, terus... sama cowo yang romantis" Ucap Fanya memulai percakapan.
Devan hanya diam sedangkan Fanya memerhatikan raut muka wajah Devan. Devan yang menyadari tu langsung berucap,
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away
Teen FictionMengikhlaskan bukan berarti tak sayang, tapi mungkin ada suatu hal yang gak bisa dipaksakan....