Pertemuan (3)

18 2 0
                                    

"Kita menunggu mereka sebentar lagi." Ujar Rin.
"Rin, aku ingin darah mu. Aku sangat haus." Pinta Ebisu.
"Tolong jangan sekarang, Ebisu-Kun." Ujar Rin.

Di sebuah tower yang tak jauh dari taman tempat Rin diam.

"Shhtt...! Kita harus tetap bersembunyi, karena naluri vampir sangat kuat." Ujar Shinya.

"Itu mereka, target kita! Yang lelaki itu bangsawan ke-5, Ebi Ebisu. Dan yang perempuan itu bangsawan yang baru diangkat Bangsawan ke-4, Tetsuya Shourin." Jelas Shinya.

"Apa?!" Kaget Aruya sambil mundur dari jendela.
"Ada apa Aruya-kun." Tanya Yourei.
"Ah, tidak apa apa." Jawabnya.
"Sepertinya kamu mengenal Tetsuya Shourin ya?" Tanya Shinya.
"Uh.. umm... iya. Dia sahabat ku." Jawabnya sambil meneteskan air matanya.

"Hei! Lihat Hibiki dan Yuhiko mulai menyerang." Ujar Yourei.
"Apa? Dasar bedebah, apa mereka tidak mendengarkan perintah ku." Shinya sangat marah saat mereka menyerang duluan.

"Hei! Vampir jelek! Aku akan menghabisi kalian." Teriak Hibiki dari jauh.

"Hah? Jangan berharap, manusia!" Ujar Ebisu yang langsung mengeluarkan pedang nya.
"Ebisu, stop. Biar aku yang mengurusnya." Ujar Rin.

"Oi manusia, apakah kamu kenal dengan Aruya?" Bisiknya.

"Mau apa kau mencarinya?" Ujar hibiki.
"Aku hanya-" omongannya terpotong karena peluru Shinya hampir mengenai nya.

"Apa kalian tak apa, Hibiki-kun Yuhiko-kun?" Tanya Yourei.
"Tak apa." Jawabnya.

"Ukhh..."
"Rin! Kamu tidak apa apa?" Tanya Ebisu.
"Aku tak apa, mungkin senjata itu tak akan mempan pada ku." Ujar Rin.

Rin mulai bangkit, namun saat asap asap serangan tadi hilang dia melihat sosok Aruya.

"Ebisu, cepat kamu pergi dari sini dan panggil bala bantuan. Cepat!" Perintahnya.

"Apakah benar kamu bisa mengatasinya." Tanya Ebisu.
"Sudah jangan banyak bicara!" Teriaknya.

Ebisu pergi meninggalkan Rin dan memanggil bala bantuan. Tetapi Aruya mulai merasa penasaran dengan Sesosok Rin dewasa itu.

"Oi, teman mu pergi tuh!" Ujar Yourei.
"Cih, minggir kalian." Jawab Rin.

Rin mengeluarkan pedang nya dan siap menyerang manusia, namun sosok Aruya mulai menggugupkan nya.

"Sebentar!" Ucap Aruya.

"Ada apa Aruya-san?" Tanya Yuhiko.
"Aku lihat dia seperti manusia, dan terlihat seperti seseorang yang aku kenal." Jawab Aruya sambil menyelidiki Rin.
"Memang siapa? Apakah dia sahabatmu yang telah mati?" Tanya Yourei.
"Hah! Tetsuya Shourin!" Panggilnya.

Rin terhenti karena dia merasa terpanggil oleh Aruya kecilnya.
"Oi! Apakah benar kamu Tetsuya Shourin? Sahabat kecilku." Tanya Aruya dengan tatapan sedih.
"Siapa kau?!" Tanya Rin dengan mengangkat senjatanya.

Aruya berjalan ke arah Rin sambil menangis. "Rin.. Rin.. ini aku," Panggilnya sambil menangis dan berjalan sempoyongan.
Tetapi Hibiki dan Shinya berlari menyerang Rin dengan senjata mereka.

Jeebb....

"Ugghh... hehe.." Senyumnya.
"APA!!" Mereka kaget dengan apa yang terjadi, biasanya vampir setelah ditusuk oleh pedang iblis bulan hitam secara otomatis akan mati.

"Dia.. dia.. manusia?" Tanya Hibiki.
"Hoi! Menyingkir dari Rin." Teriak Aruya sambil berlari kearah Rin dan memeluknya.
"A ru ya?" Bisik Rin.
"Ini benar kamu kan Rin? Ayo kita pergi bersama sama." Ujar Aruya yang masih menangis.

Rin hanya bengong melihat Aruya kembali kepadanya lagi dengan penampilan yang berbeda.

"Ayo cepat ikuti aku sebelum mereka datang." Ujarnya yang menarik tangan Rin.
"Aruya, mau kemana?" Tanya Shinya.
"Aku akan kembali setelah dunia aman." Teriaknya.
"Dasar! Baru juga mendapat misi baru sudah pergi bersama sahabatnya yang mati." Gumam Shinya.

Ebisu datang kembali sambil membawa pasukannya, tetapi ada yang janggal di pikiran Ebisu. Ebisu mulai teringat, 'kemana Rin? Jangan jangan!'  Dia mulai teringat Rin.

"Heh Manusia! Dimana Rin!" Tanya Ebisu.

"Dia dibawa pergi." Jawab Hibiki.
"Semua!! Mundur!" Perintah Shinya.

________

Percakapan:

"Rin, kukira kamu sudah mati." Ujar Aruya sambil tersenyum kecil.
"Hmm... aku diselamatkan, oleh Himura." Balasnya.
"Berarti, kamu bukan manusia." Tanya Aruya.
"Bisa dibilang begitu," jawabnya sambil menunduk.
Mereka berjalan entah kemana, hingga jauh dari medan perang.

"Aruya." Panggil Rin.
"Hm.."
"Sudah 6 tahun kita tidak saling bertemu dan berbicara seperti ini." Ujarnya melihat ke langit yang penuh bintang.
"Iya, hahaha.... benar juga. Hampir saja aku tak mengenali mu tadi." Aruya tertawa bahagia.

"Aku juga Aruya, kau.. kau.." tanya nya terbata bata. (Blusshh)

Pipi tembemnya mulai memerah bagaikan tomat.

"Aku kenapa? Kok pipi mu menjadi merah." Tanya Aruya.
"Ah... tidak, aku tidak apa apa." Ujarnya yang mulai malu malu.
"Tidak apa kok, bilang saja."

Tiba" langkah Aruya terhenti saat melihat bekas gigitan di leher Rin yang belum sembuh.

"Sebentar!" Ucap Aruya yang menghentikan langkah Rin.
"Hmm.. ada apa?" Tanya rin.
Tangan Aruya mulai memegang bekas gigitan itu, dia mengusapnya pelan pelan.

"Aww.. sakit Aruya-chan." Ujarnya.
"Jangan pake chan! Lehermu kenapa? Apa kamu digigit olehnya?" Ujarnya.
Kepala Rin tidak mau diam hingga membuat Aruya kesal.

"Rin, tolonglah kepala mu diam sebentar saja." Sentaknya.
Saking kesalnya Aruya tersandung bebatuan yang ada dibawahnya dan menimpa Rin.

"Akhh.. ARUYAAA!!!" Teriak Rin.
"Aduh, parah. Aku menindih nya lagi, celaka." Gumamnya.

Rin menendang Aruya sangat jauh, karena Aruya tidak sengaja memegang oppai nya Rin.

"Memalukan," ujar Rin kecewa.
"Ah, maaf Rin aku tak sengaja. Benar benar tak sengaja." Pintanya.

_____________

See you next chapter....

Darah (1)

TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang