"Sialan!" Ujarnya.
"Etto, luka mu belum sembuh. Apa tidak apa apa?" Tanya Aruya.
"Ah, tak apa. Sekarang aku tidak akan pernah mati, hahaha...." jawabnya sambil tertawa.
"Apa apaan sih? Jadi kamu senang dengan yang sekarang ya? Darah mu mengalir terus tuh." Ujar Aruya.Rin melihat kearah luka yang bekas tusukan pedang tadi. Benar saja darahnya mengalir terus tak berhenti.
"Eh! Iya. Pantas saja aku merasa lemas." Ujarnya.
"Lemas? Mau aku gendong?" Tanya Aruya.
Seketika wajah Rin memerah kembali dan dia tak bisa menahannya. Tetapi saat Rin akan menaiki nya dia mencium darah Aruya yang sangat manis, tapi dia menolak untuk menaiki punggung Aruya.
"Ada apa?" Tanya Aruya.
"Aku.. Aku.." Ujarnya yang sangat gugup.
"Kamu kenapa? Baik kalau begitu kita cari tempat persembunyian disini." Ujarnya sambil menunjukkan tangannya ke arah hotel yang kelihatannya masih utuh."Hotel?" Tanya Rin.
"Hm.. mungkin didalamnya ada kamar yang masih utuh dan toilet." Jawabnya.Akhirnya mereka pergi masuk ke dalam sana, namun saat masuk kedalam ada enam anak kecil yang bersembunyi.
"Wah, ada anak kecil ya?" Tanya Rin sambil mengelus kepala salah satu anak itu.
Karena penampilan Rin masih berpakaian keluarga bangsawan sontak saja mereka takut dan mencoba menjauhinya. Tetapi saat anak itu mundur sedikit demi sedikit tangannya terkena pecahan kaca.
"Hah! D-darah." Ujarnya yang mulai terlihat haus.
Tenggorokan Rin mulai menelan ludahnya. Mulutnya mulai terlihat ingin menggigit.Grreebb...
Leher anak itu dicekik oleh Rin sampai tidak bisa bergerak, Rin hampir menggigit nya tetapi suara Aruya menyadarkannya.
"Berhenti! Rin." Teriaknya.
"Uh," Rin melepaskan Cekikan nya.
"Dasar MONSTER!" Teriak anak kecil itu sambil menangis.
Rin hanya bengong saat dikatai monster oleh anak itu, air matanya mulai mengalir."Apa yang terjadi?" Tanya Rin.
"Maaf aku meninggalkan mu, terus tadi apa yang kamu lakukan?" Tanya Aruya sambil membantu Rin berdiri."Aku sangat haus, ini sangat menyesakkan. Huwaaa...." tangisnya sambil memeluk Aruya.
"Apa semenyesakkan itu kalau vampir tidak meminum darah?" Tanya Aruya.
"Begitulah, tapi aku tak ingin meminum darah manusia, Aruya." Sambung Rin.
"Lebih baik kita keatas, aku menemukan kunci kamar ini di lantai." Ujar Aruya sambil mengayunkan kunci kamar nomor 20.
Mereka pun berjalan keatas dengan menggunakan tangga.
"Ini dia kamarnya, nomor 20." Ujar Rin.
"Umm.."
Aruya membukakan pintunya, dan melihat kamarnya ternyata masih tertata rapi dan belum ada yang rusak.
"Sekarang Aruya tidur di bawah dan aku diatas." Ujarnya.
"Eh? Apa!" Teriaknya.
"Aku bercanda, karena aku vampir aku tidak bisa tidur."
"He he, baik aku akan tidur." Ujarnya sambil menarik selimutnya.
"Aku akan menjaga mu."
"Benarkah! Wah dulu aku yang menjaga mu sekarang kebalikannya." Ujar Aruya sambil memegang tangan Rin."Sudahlah, kenapa kamu menjadi manja begini sih!" Sentak Rin.
Tak ada suara apapun saat Rin bertanya.
"Eh? Tidur, baik aku akan mengecek hotel ini." Gumam Rin sambil keluar kamar.
Rin menelusuri setiap tempat di hotel ini, namun tidak ada tanda tanda musuh.
"Tidak ada tanda tanda dari manusia ataupun vampir." Ujar Rin.
Sreekk...
"Suara apa itu?" Gumam Rin.
Suara aneh terdengar dari ujung hotel lantai 3, Rin mencoba mendekatinya dan melihat sesosok orang sedang menggigit sesuatu.
"Hoi! Siapa itu." Panggil Rin dengan gemetaran.
"Hehehe..." tertawanya.
Rin mulai mendekat dan semakin terlihat sosok itu, dia mirip dengan Ebisu.
"Apa itu, Ebisu-Kun?" Tanya Rin dengan ketakutan.
Ebisu semakin maju mendekati Rin, sedangkan Rin mundur selangkah demi selangkah.
"Hoi! Rin kenapa kamu mengkhianati perasaan ku?" Tanya Ebisu dengan emosi.
"Em.. anoo.."
"Jangan banyak bicara!" Teriak Ebisu yang langsung menyergapnya.
Ebisu menggigit leher Rin dengan sangat emosi."Ukh.. E-bisu, aku tidak mengkhianati perasaan mu. Ha.. Ha.. Aku hanya menuruti perintah Himura." Ujarnya yang kesakitan.
Ebisu berhenti ketika mendengar penjelasan Rin, dia mengeluarkan air matanya untuk pertama kalinya.
"Rin," ucapnya.
Rin terjatuh ke lantai dengan keadaan lemah, mungkin karena tadi kekurangan darah.
"Hah! Rin! Daijobou dayo?" Tanya Ebisu.
"Daijobou desuka~" senyumnya.
"Yokatta~ Gomen.." Ujarnya yang memeluk Rin."Ebisu, aku harus kembali ke kamar Aruya. Dia sedang dalam masalah." Ujar Rin yang merasa tidak enak dengan Aruya.
"Aku temani, sebenarnya dari bangsawan ke-1 sampai aku telah mengkhianati kaum vampir lainnya. Itu sebabnya aku menjaga mu." Ungkapnya.
Rin terhenti sejenak dan berkata. "Mengapa begitu? Aku bisa menjaga diriku." Jawabnya.
"Tapi, bahaya jika kamu meminum darah dari keluarga Hyukiyoka dan Matsushita." Ujar Ebisu yang sangat cemas dengan keadaan Rin."Memang kenapa?" Tanya Rin.
Rin mulai berjalan menuju lantai 2 tempat Aruya istirahat, Ebisu mengikutinya dibelakang.
Saat Rin membuka pintu kamarnya Aruya sedang di hisap darahnya oleh Ferid hingga Aruya tak sadarkan dirinya.
"ARUYA!!" Teriaknya.
"R-rin, pergilah. Aku tak apa." Ujar Aruya dengan sangat lemah.Ebisu mulai masuk kedalam dan melihat ada Ferid di dalamnya.
"Oi! Ebisu-Kun." Panggil Ferid.
"Hm?" Jawabnya.
"Apa kamu tidak akan membunuh pengkhianat ini?" Tanya Ferid sambil berjalan kearah Rin.
"Siapa pengkhianat?" Tanya Ebisu balik."Ouh, tentunya. Tetsuya Shourin." Ujarnya sambil menyerang leher Rin.
"Apa! Jangan bercanda kau. Yang pengkhianat itu kamu Ferid!" Sentaknya."Nah nah, aku ingin meminumnya." Ujar Ferid sambil menjilati leher manisnya Rin.
"Cih! Menyingkir dasar bodoh!" Teriak Rin.
____________
Yosh....
Darah (2)......
KAMU SEDANG MEMBACA
Two
VampireDi Shibuya jepang. Sekelompok vampir datang menyerang kota itu. seluruh kota hancur dan para manusia di tawan oleh para vampir bangsawan untuk dijadikan santapan mereka. tapi 5 orang anak kecil mencoba kabur dari tahanan, mereka menuruni jurang deng...