Darah (2)

16 3 0
                                    

"Rin, kau diam saja." Ujarnya sambil membungkam mulutnya.
"Hei, pengkhianat ratu!" Teriak Ebisu dengan tatapan menantangnya.
"He he.. ternyata aku tak bisa meremehkan atasan seperti kalian." Ujarnya sambil tertawa licik.

Tatapan sinis Ebisu mulai membuat Rin takut padanya, karena tatapan sinis nya menandakan kematian.

"Yah bagaimana lagi ya, Himura-san sudah ku tangkap." Ujarnya yang ke pede an. Tangannya mulai melepas sergapan nya.

"Akh!"

Rin terjatuh kehabisan napas dan darahnya yang semakin sedikit membuatnya susah bangkit. Ebisu mulai menangkapnya dan menggendong nya, tetapi Aruya masih lemah.

"A-ru-ya." Panggil Rin.

Aruya tak sadarkan diri karena saking lemahnya, dia tak bisa kemana mana selain menunggu Rin pulih.
Ferid menghilang entah kemana, mungkin ke medan pertempuran.

Tak lama kemudian Rin tersadar, tetapi keadaannya masih lemah.

"Ohayou, Rin-chan." Ujar Ebisu yang membangunkan Rin.
"Hmm... aku dimana? Aruya!" Rin melompat dari pangkuan Ebisu dan mencari Aruya.

"Aruya? Dia masih tertidur." Jawab Ebisu sambil menunjukkan tangannya kearah kasur yang di tiduri
Aruya.
"Hah~ yokatta." Rin mengeluarkan napas lega.
"Memangnya dia siapa mu?" Tanya Ebisu yang sangat penasaran.
"Dia adalah sahabatku yang paling berharga." Jawabnya dengan hati yang sangat mendalam.

Ebisu terlihat sedih saat Rin menceritakan itu.

"Eh? Ebisu-Kun menangis? Apa cerita ku menyinggung diri mu?" Tanya Rin sambil menghapus air matanya.
"Ah, umm.. etto.."
"Ayo ceritakan pada ku." Paksa Rin.

Akhirnya Ebisu menceritakan semuanya kepada Rin dengan apa yang terjadi dulu.

"Sebenarnya dulu, aku adalah manusia. Dan aku tak sengaja melarikan diri dari tahanan, namun hanya aku sendiri yang lari." Ungkapnya.

"Lalu~"

"Lalu, aku terjerumus kedalam jebakan Ferid dan yang lainnya. Aku pun termangsa oleh mereka, aku hampir mati disana. Lalu, Himura memberikan kesempatan hidup untuk ku, yah jadi aku sekarang begini." Sambungnya.

Wajah Rin mulai memerah ketika mendengarnya seakan ingin menangis tetapi ditahan.
"Tetapi kamu bukan half kan?" Tanya Rin.

"Aku, tak sengaja meminum darah dari clan Hyukiyoka." Senyumnya.

Saat mereka asik bercerita Aruya terbangun. Dan bertanya "umm.. Apa sudah pagi?" Tanyanya sambil mengucek matanya.

Mata Rin langsung berkilau kilau seakan ingin menangis melihat Aruya masih hidup, Rin berlari kearah Aruya lalu memeluknya dengan erat. Aruya membalas pelukannya dan dia mencium kepala Rin.

"Ne~ne~ Daijobou dayo." Ujarnya sambil mengelus elus kepala Rin.

"Ekhemm." Ebisu pura pura batuk untuk mengalihkan pandangan.
"Ah~ suminasai..." Ujar Rin yang melepaskan pelukannya.

Ebisu berjalan mendekati Rin dan Aruya, Ebisu membawa se cangkir darahnya untuk diberikan kepada Rin.

"Minumlah." Ujarnya sambil menyodorkan cangkir itu.
"Darah apa ini? Manusia?" Tanyanya yang mulai mengambil cangkir itu.

"Ini darah ku, jadi kamu aman kalau meminumnya." Senyumnya. (bayangkan aja senyumnya kaya husbando kalian)

"Arigatou Ebisu-Kun." Balasnya dengan senyuman yang sangat manis,
Saking manisnya Aruya dan Ebisu terpukau dengan keimutan Rin.

Sllrruupp...

"Wah, aku baru merasakannya. Darah yang berbeda." Ujar Rin.
Aruya kaget karena mengapa sosok Rin yang sekarang hanya menyukai darah sesama vampir?

"Arigatou Ebisu-Kun, ini sangat menakjubkan. Darah mu mengalir kencang di dalam tubuh ku." Ujar Rin yang terlihat semakin kehausan.
Matanya sangat menyala, taringnya mulai memanjang sedikit demi sedikit.

"Rin?! Masaka!" Kagetnya.
"Rin mengapa kamu menjadi seperti ini? Aku bingung." Ujar Aruya.

"Kemarilah Ebisu-Kun, akan ku sedot darah mu." Ujar Rin yang mulai memegang bahu Ebisu.

Ebisu mulai ditarik oleh Rin , taringnya mulai menancap di leher sexy milik Ebisu.

"Ughh.." itu yang dikeluarkan oleh mulut Ebisu.
"Mengapa? Mengapa?" Ujar Aruya yang kebingungan.

"Hei, berhenti kamu sudah terlalu banyak menyedot darah ku Rin. Ughh..." ujarnya yang kesakitan.
"HEI RIN!! KUMOHON SADARLAH!!" Teriak Aruya dari balik kasur.

Seketika Rin terdiam dan tak mengatakan apa apa. Ebisu mulai lemas tetapi dia tetap menahan badannya untuk tetap duduk.

"Hah... Hah..." nafas Ebisu yang mulai terengah engah.
"Nande?" Tanyanya sambil menangis.
"Rin?" Gumam Aruya yang masih bersembunyi.

Rin mulai takut dengan apa yang terjadi barusan, sebenarnya Rin sudah terbiasa meminum darah Himura. Tetapi saat meminum milik Ebisu, Rin menjadi hilang kendali.

"Akhirnya, sudah sadar." Ujar Ebisu.
Ebisu tersungkur setelah mengembalikan Rin menjadi semula.

"Aruya, temani aku." Panggil Rin.
Aruya gemetar karena takut dengan keadaan Rin yang sekarang.

"Kumohon, jangan takut." Rin memohon kepada Aruya untuk menemaninya. Akhirnya Aruya setuju dan keluar menemani Rin.
"Rin? Apa yang terjadi pada mu." Tanya Aruya.

"Aku tidak tau, Ebisu pingsan karena ku." Ujarnya.
"Hahaha... satte.." ujar Ebisu yang mulai terbangun.
Rin dan Aruya kebingungan dengan apa yang terjadi.
"Kalian ini, gampang sekali aku bodohi." Ujarnya.
"Eh! Bukannya tadi pingsan." Rin sangat heran dengan apa yang terjadi.

"Aku hanya pura-pura, masa bangsawan seperti ku pingsan begitu saja?" Ucapnya.
"Hei, hei! Tolong serius lah." Ujar Aruya.
"Hm... dikira beneran kamu pingsan."

"Lebih baik kita mulai kembali ke pertempuran, ok." Ujar Ebisu.
"Baik!" Saut mereka berdua.

_____________

Satte....

Wars (1)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang