pertama

77 5 1
                                    

"MAMPUS udah ada guru lagi!"

Cewek itu menoleh dibalik pintu kelas lantas melirik jam mungil yang melingkar dipergelangan tangan. Telat lima menit.

Bagi ia telat itu bukan hal biasa, secara ia tidak pernah telat sebelumnya.

"Yah telat lagi."
Kanya tersentak kaget saat mendengar suara cowok dan otomatis ia menolehkan kepalanya kebelakang.

"Bangsat lo, ngagetin gue aja!" Kanya mengelus dada saat ia tau ternyata orang itu adalah Sergio teman sekelasnya.

Sergio Aldito Prasetya

Cowok yang bener-bener kelakuannya sudah diluar kendali. Merokok disekolah udah hal biasa bagi cowok satu ini. Umur 17 tahun ia manfaatkan untuk masuk kedalam club. Bahkan guru-guru disekolah berharap jika anak ini cepat-cepat lulus dari sekolah. Kebayangkan nakalnya kaya gimana?

"Sewot banget jadi orang." Sergio lantas berdiri didepan Kanya.

Mata Sergio kemudian memperhatikan Kanya dari atas sampai bawah.

"Apaan sih lo? Natap gue kaya gitu?" tanya Kanya yang mulai risih dengan tatapan Sergio.

"Baperan lo." Sergio langsung masuk kedalam kelas diikuti oleh Kanya yang berjalan membuntutinya dari belakang.

"Najis!" gerutu Kanya sambil memutarkan bola matanya.

"Pagi Bu." Kanya berjalan menghampiri meja guru yang berada dipojok depan.

"Maaf saya telat, Bu Lina." Kanya menundukan kepalanya dengan rasa takut dihadapan Bu Lina.

"Kali ini saya maafkan, tapi lain kali jangan telat lagi meskipun hanya lima menit. Sekarang kamu duduk."

"Pilih kasih emang tuh orang. Untung guru." Sergio mendengus kesal.

"ALDITO tadi kamu bicara apa?!" sentakan itu keluar dari mulut Bu Lina yang biasa mereka bilang 'si guru killer'.

"Saya? Dari tadi saya ga bicara apa-apa kok bu. Yakan, Net?" Sergio menepuk pundak teman sebangkunya yang bernama Junet.

Junet hanya mengangguk takut.

"Sudah ibu cape ngomong sama kamu! Sekarang buka buku paket kalian! Buat rangkuman dari halaman 30-55, nanti ibu periksa!" perkataan Bu Lina membuat seluruh murid kelas mendengus kesal.

"Gapunya perasaan tuh guru." celetuk Sergio kesal.

Bu Lina lantas melirik Sergio dengan tatapan andalannya yang bisa membuat seluruh siswa takut akan tatapannya.

"Bego sumpah tuh anak." Ucap Thifah teman sebangku Kanya saat ia menatap kearah Sergio yang memang tidak bisa diam dari tadi.

"Eh iya tumben banget sih lo telat kaya gini, kenapa?" lanjutnya.

Kanya tidak menjawab pertanyaan Thifah. Ia malah langsung memulai pekerjaannya.

"Udah biasa." Thifah mendengus kesal karena pertanyaannya yang tidak dijawab.

---------

Kantin adalah tempat terindah bagi anak sekolahan, dimana makanan dan minuman berdatangan dengan menu yang berbeda.

Bala-bala, cireng, dan tempe sudah menjadi menu terlaris di sekolahan ini.

Karena meja dikantin ditata seperti perbarisan dan hanya ada lima barisan, nah pasti murid-murid memiliki mejanya masing-masing.

Gerombolan anak kekinian yang anggotanya cowok empat dan cewek lima, biasanya berkumpul di barisan tengah, itu gerombolan yang suka pap--pap gitu terus udahnya di share ke grup angkatan.

Graduation UnwantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang